"Jadi bagaimana Minho?" Minho menghela nafas setelah dia menutup telepon. Wajah pria itu sedikit tidak enak dilihat.
Si penanya pun menghela nafas pelan, "Biar kutebak. Hasilnya tidak sesuai keinginanmu kan." Minho mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis.
"Dia tidak bisa mengabaikanku." Sang penanya pun berdecak memilih mengalihkan tatapannya.
"Kau terus memprovokasinya, dan mengendalikannya. Jadi saat dia mulai melawan bukan suatu yang aneh bukan?" Minho menghela nafas.
"Wifey?"
"Jangan panggil aku begitu!" Minho menghela nafas pelan, "Kita tidak sedekat itu." Jelasnya sambil berdecak.
"Gyuri. Tapi Namjoon harus sadar posisi." Gyuri menghela nafas, "Yang harus sadar posisi itu dia atau kau?" Minho cemberut. Saat mendengar ucapan istrinya.
"Aku anak sulung Gyuri! Aku anak sulung. Seharusnya dia sadar dengan posisinya. Jika buka aku yang segaja mengalah dan membiarkan dia mengambil posisinya saat ini, dia tidak akan berkembang." Gyuri tersenyum remeh.
"Kau yang memberikannya? Atau dia yang memiliki kemampuan untuk mengambil posisimu?" Awan hitam menyelimuti wajah Minho. Saat ucapan istrinya terus membalik opininya.
"Kau tidak membantu sama sekali." Gyuri menghela nafas, "Jadi apa rencanamu untuk menghentikan krisis ini." Minho mencibir.
"Wartawan tidak tahu anak kita." Gyuri mendengus.
"Mereka memang tidak tahu, tapi pejabat lain. Apakah mereka akan tetap bungkam?" Minho mendengus.
"Ini harusnya mudah, jika Namjoon mau bekerja sama." Gyuri menghela nafas, "Selama ini saudaramu ternyata cukup sabar menghadapimu." Minho tidak mau mendengar itu jadi dia kembali membuka mulut.
"Sudah seharusnya dia menurut denganku." Jelasnya. Gyuri memilih bungkam saat dia mengambil teh miliknya dan menghirupnya sedikit.
Sungguh. Suaminya terlalu percaya diri.
"Apa kau bisa mengetahui alasan kenapa Namjoon tidak mau perduli lagi saat aku suruh?" Gyuri menurunkan kakinya. Lalu menatap seakan-akan suaminya adalah manusia yang paling bodoh sedunia.
Wanita itu meletakan cangkirnya dan mendesah, "Kau pikir saja sendiri, seseorang yang terus kau tindas tidak mungkin hanya diam terus selama sisa hidupnya, dia akan mencoba melawan. Apa kau pikir dengan statusmu yang menjabat sebagai karyawan pemerintahan bisa mengendalikan dia yang terus berkutak dengan hidup dan mati selama hidupnya. Dia tidak takut kehilangan, tidak juga takut jatuh miskin. Karena tidak ada yang menjadi proritasnya. Sedangkan kau? Terkena sinar matahari saja kau tidak sudi!" Gyuri menjelaskan membuat Minho mencibir, tapi akhirnya dia mengerti. Walaupun masih sedikit tidak terima.
"Tapi yang membuatku bingung kenapa harus kita, selama ini yang mengambil kontribusi paling besar di bisnisnya adalah kita, kenapa dia harus menyenggolku. Kenapa tidak saudara yang lain. Misalnya adikku Bum?" Minho menarik kesimpulan kecil. Gyuri mendesah.
"Apa yang kau harapan dari Kim Bum. Setelah kematian putrinya yang menarik perhatian. Dan menyatakan diri keluar dari Klan Kim. Mana bisa Namjoon mengusiknya. Lagi pula keduanya tidak pernah terlibat masalah. Tidak seperti kau dan putramu!" Minho tidak senang pun menoleh.
"Apa yang kau maksud putraku. Dia juga anakmu." Alis Gyuri menekuk dengan tajam.
"Intinya selama Kim Bum tidak mengusik Namjoon atau Klan Kim. Dia aman dan sebaliknya begitu. Lagi pula Kim Bum tidak berambisi gila sepertimu. Dia pria yang terlalu sederhana dan tidak tergila-gila dengan harta dan kekuasaan, walaupun dia menikahi Eugene yang juga wanita kaya, mereka sudah lama memutuskan untuk hidup sederhana dan tidak mau bergaul dengan kita lagi." Minho merasa tidak senang, "Kau memuji adik iparmu di depanku." Gyuri mendesah, "Bukankah itu kenyataan." Minho meremas sanggahan sofa. Berpikir. Hingga dia memukul pegangan sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Her Mother
Humor18+ Bagaimana ceritanya saat empat orang gadis yang terkenal dingin, konyol, tomboy dan tidak perduli harus mengurus seorang bayi. Bagaimana kehidupan mereka yang tenang, tidak suka di atur, bebas. Tiba-tiba harus berubah karena kehadirannya bayi m...