"Ibu akan pulang sekarang nak." Sehun belum sepenuhnya pulih pun menganguk dengan wajah pucat. Dia tidak bisa mengatakan apapun lagi pada Ibunya. Dan hanya tergolek lemas di sofanya. Dengan pandangan lingung.
Perkataan Ibunya sepenuhnya membungkamnya.
Dia tidak ingat jika sebentar lagi hari ulang tahun Papa sambungnya. Dan bisa di tebak Ibunya memintanya untuk membawa Jennie.
Itu seperti menyuruh Sehun untuk mengali kuburannya sendiri. Ah, mungkin itu lebih baik ketimbang membawa Jennie untuk bertemu keluarganya.
Selain tidak tahu dimana gadis itu. Sehun juga tidak yakin jika dia bertemu Jennie gadis itu akan setuju untuk ikut dengannya. Mengingat betapa galaknya Jennie jika Sehun berkeliaran di sekitarnya.
"Aku tidak bisa meninggalkan rumah terlalu lama. Ingat untuk membawa Ruby." Nana memberi pesan terakhir sebelum dia pergi. Sehun yang mendengar itu pun mendesah. "Aku tidak yakin." Nana yang hendak mengambil tasnya pun menghentikan gerakannya. Alis wanita itu naik lebih tinggi dari tempat aslinya.
Sehun yang tahu Ibunya tidak bergerak dari tempatnya pun mendesah. "Ibu kau tahu seperti apa dia?" Sehun hanya bisa berkelit. Berharap Ibunya memberikan keringanan untuk tidak memaksa Sehun untuk menyeret Jennie yang bahkan sampai detik ini Sehun tidak tahu dimana keberadaan gadis itu.
Namun Nana adalah orang yang keras kepala. Dia terus menatap Sehun. Seperti memberi tanda bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja untuk bertemu dengan anak sambungnya. Yang sudah lama tidak ia temui.
"Apakah itu sulit?" Sehun tahu jawabannya. Bahkan Nana juga tahu itu, Jennie adalah sejenis setan kecil yang tumbuh dengan gumpalan kemarahan yang menjadikan darah dan juga dagingnya untuk tumbuh dan bertahan hidup.
Gadis itu pasti akan mengumpat hingga nafas terakhir jika bertemu dengan keduanya. Mereka tahu bahwa Jennie sangat membenci keluarganya melebihi apapun di dunia ini.
Tapi Nana seperti tidak goyah dan sudah menyiapkan armor yang tebal untuk menghadapi anak sambungnya itu. Dan terus berperang dengan Sehun untuk membawa Jennie padanya. Tidak perduli dengan apapun yang terjadi nantinya.
"Aku bahkan tidak tahu bagaimana bentuk anak itu sekarang. Jika kau tidak mau. Maka biar aku saja yang menemuinya. Katakan dia dimana sekarang. Biar aku yang mendatanginya." Sehun panik mendengar itu. Dia sampai bangkit untuk menahan lengan Ibunya.
Nana belum pernah melalukan hal nekad. Tapi jika berkaitan dengan Jennie. Wanita itu bisa melakukan apapun untuk bisa akrab dengan Jennie.
"Ibu tolong jangan mempersulit hidupku." Jelas Sehun hampir menangis di tempatnya. Dia tidak punya cara lagi untuk membujuk Ibunya.
"Kau masih tidak mau Sehun?" Sehun menipiskan bibirnya. Dan hampir mengigit bibirnya sampai berdarah.
Sehun lebih rela untuk menukar tempatnya dengan siapapun jika berurusan dengan Jennie dan juga Ibunya.
Sementara itu Nana melihat reaksi diam Sehun segera merogoh tasnya dan mengeluarkan handphone. Sehun yang tahu apa yang akan dilakukan Nana pun segera menahannya. Wanita ini pasti akan menghubungi suaminya. Dan itu adalah masalah besar bagi Sehun.
"Apa yang kau lakukan?" Sehun bertanya walaupun dia sudah tahu jawabanya. Nana di sisi lain mengantungkan handphone dan menatap Sehun dengan intimidasi.
"Menurutmu apa yang akan aku lakukan?" Sehun berkeinginan membenturkan kepalanya ke tembok sampai mati. Dari pada menghadapi Ibunya dengan mode serius.
"Jangan katakan kau akan menghubungi suamimu?" Nana memicingkan matanya dengan serius. "Ada masalah?" Sehun ingin menjambak rambutnya sampai botak.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Her Mother
Humor18+ Bagaimana ceritanya saat empat orang gadis yang terkenal dingin, konyol, tomboy dan tidak perduli harus mengurus seorang bayi. Bagaimana kehidupan mereka yang tenang, tidak suka di atur, bebas. Tiba-tiba harus berubah karena kehadirannya bayi m...