18

1.2K 222 101
                                    

Hawa dingin mengelus lembut kulit, suasana malam kali ini lebih gelap dari hari-hari biasanya.

"Duh, dingin banget." Ujar Valda.

Raisya menatap datar Valda. "Lo daritadi bawel banget, sih. Kalo zombienya nyerang kita gimana."

"Ya... Gak gimana-gimana." Jawab Valda.

Yaya menatap sekeliling, kini mereka sudah berada tepat di lantai satu dan sedang mengendap-endap menuju keluar gedung utama universitas. Walau banyak ketegangan di dalam benak mereka tetapi tidak ada pilihan lain untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan.

Zombie yang menjadi salah satu ancaman terbesar tidak juga kunjung datang.

Entah kenapa lorong dan semua penjuru halaman depan gedung utama universitas sangat sepi dan sunyi, hanya ada beberapa darah yang mengering di tanah.

Solar terheran-heran. "Ini... Cukup aneh? Kemana semua zombienya?"

"Aneh? Bukannya bagus, jika seperti ini kita bisa bebas keluar masuk gedung sesuka hati." Ujar Sai.

"Pakai otak lo dulu sebelum ngomong." Ucap Solar sambil berpikir keras kemana semua zombie itu menghilang.

Ying membuka pintu utama gedung secara perlahan. "Solar..., Lo yakin nih bakal aman?"

Solar mengangguk pelan. Ia yakin sesudah membuka pintu ini zombie itu akan mendengar suara lalu menuju ke arah sini.

Pintu terbuka lebar, tidak sesuai dugaan zombie tetap tidak ada yang muncul.

"Firasat gua gak enak, pulang aja yuk." Kata Arlene, tangannya gemetaran.

"Itu hanya firasat. Ayo, kita jalan menuju luar gedung." Ajak Petir yang tiba-tiba menjadi pemimpin.

Sedangkan Solar masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Apakah akan terjadi sesuatu?

Tanpa adanya halangan apapun mereka melewati pagar batas antara gedung dan luar gedung.

Detik selanjutnya tidak terjadi apa-apa, hingga Taufan muncul dari balik jendela lantai dua, memanggil mereka dengan senyuman khasnya.

Inilah saatnya dia beraksi.

Pengeras suara dikeluarkan oleh Taufan. "Kepada para hadirin zombie sekalian, waktunya memakan hidangan kalian!!"

Lamunan Solar terhenti saat zombie bermunculan dari tempat berbeda-beda.

"Sialan lo, Taufan!" Teriak Annabelle.

Taufan terkekeh pelan. "Heh! Apa?! Gua enggak denger! HAHAHA, nikmati siksaan kalian."

"Turun kesini lo! Taufan!" Bahkan Rasya ikut mengamuk.

Lebih baik Taufan menghiraukan ucapan tidak berguna dari mereka, sebab ia perlu merencanakan rencana yang sempat tertunda olehnya.

"Rencana yang lain masih dalam proses. Tinggal menunggu matahari terbit." Gumam Taufan.

Liana yang sudah sadar namun belum bisa menggerakkan tubuhnya dengan nyaman hanya bisa diam menatap Taufan.

"Zombienya udah pada serang?" Tanya Liana, nada bicaranya terdengar lemah.

Taufan tersenyum. "Sudah."

"Kalo begitu, tinggal satu kelompok yang perlu kita tumbangkan." Ucap Liana.

Terpaksa, Solar dan teman-temannya melawan para zombie yang sengaja datang berkerumunan disebabkan kejahilan Taufan.

Solar membidik pistol miliknya. "Gua lindungin kalian dari belakang. Kalian maju ke depan."

Tidak perlu jawaban, mereka langsung meluncurkan serangan mereka masing-masing. Seperti Arlene yang menggunakan tombaknya dengan estetik.g

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang