19

1.3K 232 65
                                    

Tanah dan Ying.

Kedua orang itu bersama-sama mengakhiri diri sendiri agar para zombie menghilang. Pengorbanan yang besar tetapi sia-sia sebab beberapa orang terpental hingga berpencar kesana-kemari.

Yaya yang bersembunyi di kembali di dalam gedung bersama Solar hanya bisa menatap sendu ketika Ying meledakkan dirinya. Kini badan sahabatnya itu sudah berantakan kemana-mana begitu juga dengan Tanah.

Petir saja tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Ia bersama Rayshifa, Raisya dan Suci, melindungi diri di balik pohon yang sebagian sudah menghancur karena ledakan bom tadi.

Kondisi tidak berjalan dengan baik, Solar sang pemimpin tidak bisa berkata-kata lagi, semua ini terjadi diluar perkiraannya.

"Yaya..." Lirih Solar.

Perempuan berjilbab pink itu tidak berhenti menangis sembari memegang dadanya yang sesak seakan-akan terbakar oleh sesuatu yang tidak dapat dilihat. Ia akan terus menangisi kepergian sahabatnya hingga Yaya benar-benar bisa menenangkan rasa sesak itu.

Setelah beberapa menit, Yaya menatap Solar. "Solar... Lo... Gak bakal mati... Juga kan? Gua... Takut..."

"Tidak akan, Yaya. Gua janji." Ucap Solar mantap.

Solar merentangkan kedua tangannya walau tidak lebar ia hanya ingin Yaya meluapkan rasa sedih atas kehilangan sahabatnya.

Yaya langsung mendekap erat tubuh Solar lalu menangis sepuasnya, tangan sang pemimpin yang gagal itu ikut mengelus punggung Yaya secara perlahan agar menenangkan hati perempuan berjilbab pink itu.

•~•

"Ini belum pagi.... Tapi gua gak sabar buat ke ruangan yang dibicarakan si Taufan."

"Mau kesana sekarang? Gua sih gak masalah."

"Heleh, nanti ada yang ngap."

"Kalo dia ngap, tinggal gua ngep aja."

Kelompok lain, (Y/n), Redav, Thorn, Blaze, Ice, Supra, Glacier dan Angin sedang tidak sabar menunggu waktu untuk menjalankan rencana.

Mereka sedang bersantai di salah satu ruangan kelas yang tidak berbahaya namun harus tetap waspada.

'BOOMM'

Angin berdiri mendekat ke jendela, mengintip kejadian di luar gedung walau tidak terlihat ia penasaran maka dari itu Angin bertanya.

"Ada apa ya? Tadi suara bom kan?" Tanya Angin yang entah siapa yang akan menjawabnya.

Ice ikut berdiri, ia segera bergegas membuka pintu dan memandang kejadian yang pastinya berasal dari kelompok yang dipimpin Solar. Memang tidak terlihat dari sana, namun Ice yakin bahwa ada sesuatu kejadian yang sangat buruk.

"Kita harus bergegas." Ucap Ice, ucapannya penuh penekanan.

Jari telunjuk Thorn memegang dagunya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. "Kenapa, Bang Ice? Ada zombie menyerang?"

Ice memegang golok yang menjadi ciri khasnya. "Tidak perlu menunggu. Gua rasa ini darurat."

"Maksud lo, Bang? Kita harus ke ruangan itu?" Ujar Glacier.

Ice mengangguk cepat lalu menuruni lantai empat, kembali menuju lantai tiga.

'Ruang Dosen 2'

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang