50

877 103 11
                                    

"Ayo, teman-teman. Kita istirahat terlebih dahulu."

Yn, Yaya, Sori dan Glacier menatap penuh bosan ke arah Solar.

"Kita sudah tidur lama, Solar." Yn terlihat jenuh.

"Kalau begitu awasi dan tunggu mereka bertiga hingga selesai. Kami baru saja melawan zombie begitu banyak jadi butuh banyak istirahat." Ucap Solar sok memerintahkan orang.

Sebetulnya ia ada benarnya, tubuh dan otak mereka lelah bersama hanya untuk menghindar dari semua serangan zombie demi selamat dan tetap menjadi manusia seutuhnya.

"Maaf, Kak. Kita tidak bisa menemani waktu bosan Kakak." Ucap Sopan dengan sopan santunnya.

Lunar tersenyum tipis, "Maaf juga. Kalian harus menjaga kami di waktu istirahat, jika ada bahaya langsung tendang kita saja."

"Lo masokis, ya? Suka dihajar sama orang?" Solar tiba-tiba nanya aneh-aneh.

Thorn muncul di sebelah Solar, "Masokis itu apa ya, Solar?"

Lunar tertawa tanpa ekspresi, "Jadi, masokis itu adalah--"

Solar mendorong Lunar menjauh dari Thorn, walau wajah Lunar yang tampan dan rupawan hampir rusak mengenai lantai akan tetapi keberuntungan selalu berpihak padanya sebab wajah Lunar tidak mengenai lantai namun mengenai sebuah bantal empuk yang entah datang darimana asalnya.

"Ck. Thorn jangan tanya lagi pertanyaan itu ke Lunar. Karena hanya gua yang tahu jawabannya."

"Lalu apa jawabannya?"

"Tidur dulu. Setelah mendapatkan energi dari tidur, gua bakal kasih tahu jawabannya."

"Benarkah? Solar memang terbaik."

Lunar semakin aneh dimata Solar, ia menertawakan dirinya dan Thorn lalu berkata tanpa bersuara, 'Pembohong.'

Walau tidak ada suara tapi tetap saja hal itu membuatnya kesal.

Memandang yang lain sedang mencari posisi tidur di lantai dengan nyaman, aman dan sejahtera, Solar lebih fokus mengawasi Halilintar yang entah mengapa tiba-tiba tubuhnya terkena demam.

"Apa jangan-jangan efek sampingnya seperti ini? Tapi, suhu tubuhnya sangat mustahil. Empat puluh lima derajat 'kan angka yang sangat tinggi untuk suhu tubuh manusia." Gumam Solar.

Sedang fokus dalam pikirannya, tiba-tiba Lunar datang layaknya katak yang melompat.

"Hei. Sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Lunar.

"Pasti lagi mikirin si mata merah itu ya? Dia tidak terlihat baik, memangnya apa yang terjadi?"

Bukan hal penting Lunar harus mengetahui bahwa Solar memiliki kepintaran yang kapasitasnya melebihi manusia biasa hingga ia menciptakan sebuah vaksin dari virus zombie yang mengancam banyak nyawa.

"Bukan apa-apa." Jawab Solar.

Yang namanya penasaran, Lunar tidak akan menyerah akan hal itu.

Maka dari itu, ia harus asal menjawab apa yang sedang dipikir oleh Solar.

"Pasti lo sedang mencari tahu kenapa vaksin yang lo kasih ke dia mempunyai efek samping yang membunuh." Ucap Lunar.

Bagaikan peramal handal seperti Dilan, ia sanggup menebak isi kepala Solar dengan sempurna.

"Ayo, katakan saja Solar."

Solar tipikal orang yang sulit bercerita, padahal dulu ia paling bersemangat jika bercerita tentang hal apapun itu namun sekarang ia ragu.

"Gua mau istirahat dulu. Ngobrol sama lo malah bikin overthinking." Lunar terdiam lalu Solar pergi menjauh dari jangkauannya.

"Tunggu. Emangnya lo bakal bisa tidur dengan banyak pikiran begitu? Nggak usah bohong, sini ikut gua."

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang