41

690 123 36
                                    

Sebelumnya maaf kalo agak lama update nih cerita, soalnya Minggu kemaren Author sakit dan ada beberapa acara di kantor ^^

Buat kalian yang masih setia nunggu, I love you so much, guys, thank you for all the support

-gg-

"Oke, kita sudah sampai kembali ke supermarket ini."

Thorn turun dari punggung Solar, terpincang-pincang ia memasuki supermarket tersebut.

Taufan dan Solar mengikutinya, dan tidak lama sekumpulan temannya terlihat pada pandangan mereka.

Mereka terlihat sedang mengumpulkan makanan yang terlihat sehat untuk dikonsumsi dan yang tidak layak.

"Kita hanya menemukan sebanyak ini? Apakah cukup?" Tanya Glacier entah pada siapa, mungkin semuanya yang sedang berada di sana.

Sori mengerucutkan bibirnya, "Nggak cukup. Sori mau permen. Kenapa hanya ada satu bungkus permen? Sori mau satu pabrik permen jadi milik Sori."

Glacier memutar matanya, menghela nafas dan menjawab seadanya, "Kerja dulu, Sori. Setelah itu kamu bisa menguasai pabrik permen."

"Sebentar, Sori mau berdoa dulu supaya cepet-cepet dapet kerja. Kak Laci dan yang lain juga ikut doa supaya Sori cepet tumbuh dewasa." Omongan Sori memang terdengar menyebalkan, namun semuanya mengangkat tangan dan melantunkan kata 'Amiinn' agar Sori tidak banyak berkata-kata lagi.

Taufan lunglai, ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai dengan tidak elitnya membuat Halilintar terheran-heran.

"Lo kenapa? Udah laper?" Tanya Halilintar.

Menghela napas berat lalu mengangguk, Taufan hanya bisa menjawab, "Iya."

Halilintar secepatnya berpaling dan mencari sesuatu yang bisa langsung dimakan yaitu sebuah biskuit.

Sebenarnya Halilintar ingin mengasih sebuah roti pada Taufan namun kebanyakan roti sudah memasuki tanggal kadaluarsa, maka dari itu Halilintar lebih memilih biskuit.

"Nih. Isi dulu perut lo sebelum makan nasi." Halilintar melempar sebuah biskuit untuk Taufan.

Mendengar kata nasi, Thorn mencolek bahu Halilintar.

Sontak Halilintar menoleh namun pandangannya lesu ketika ia tahu akan berhadapan dengan Thorn.

"Bang Hali. Kita makan nasi? Dapetin nasinya gimana?" Tanya Thorn.

Halilintar menghembuskan nafasnya sekencang mungkin, "Digoreng pake oven."

Thorn geleng-geleng kepala, "Pasti sebelumnya Bang Hali belum pernah lulus kelas memasak, ya?"

Tangan Halilintar mengepalkan tangannya, mencoba bersabar beribu-ribu kali lipat jikalau ia sedang berhadapan dengan Thorn.

"Sedang apa, Thorn?" Solar datang.

"Thorn sedang menanyakan Bang Hali cara mendapatkan nasi, soalnya Thorn hanya melihat sekantong beras saja tadi." Jawab Thorn.

Menyipitkan matanya, Solar menatap penuh intimidasi kepada sahabatnya itu, "Setelah dipikir-pikir, Thorn, emangnya lo sendiri tahu caranya masak nasi? Kalo nggak tahu, lo sebelas dua belas sama si Hali."

Bagaikan kabel bagian kiri dan bagian kanan yang baru tersambung, Thorn menggeleng pelan berpura-pura untuk memahami perkataan Solar.

"Solar, Solar, Solar. Thorn itu lebih jenius sebab Thorn tahu caranya memasak nasi yang baik dan benar." Thorn sok-sokan meninggikan keangkuhannya.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang