25

1.2K 224 84
                                    

"ICE!! AWASS!!"

Semua motor mengerem disaat ada penampakan truk besar menghalangi jalan, ada yang membelokkan setir mereka dan melewati truk tersebut, ada juga yang berhenti lalu mencoba menghindari para zombie yang masih mengejar.

Berbeda dengan mobil Ice, ia membanting setir mobilnya ke arah kanan, lupa untuk menekan rem, pada akhirnya kecelakaan mobil tidak terduga terjadi.

"Eughh..."

Kepalanya begitu pusing seperti dihantam beribu palu, pandangannya sedikit memburam sebab asap polusi mengelilingi mobil milik Ice, Blaze terbangun, ia tidak menyangka ada beberapa kendaraan termasuk truk menghalangi jalan membuat kecelakaan ini terjadi.

Ia tidak boleh lama-lama berdiam diri.

"ICE! RASYA! SUCI! ANNABELLE!"

Keempat orang itu masih terdiam, tak sadarkan diri, inisiatif sendiri Blaze keluar mobil dan mengeluarkan mereka satu persatu sebelum mobil itu menimbulkan malapetaka.

Dua suara motor berhenti dan mendekati mereka yang terpelanting ke pinggir jalan, untung saja hanya taman dengan berbagai tumbuhan dan pohon bukan rumah ataupun berbagai macam tempat berbahaya.

Gempa dan Halilintar membuka helmnya, rambut basah dan tebalnya tersapu oleh angin, ia sangat berkarisma.

Sedangkan Redav dan Yn membuka helmnya dengan kerudung yang cukup berantakan.

"Luka kalian parah, Blaze, bagaimana lo bisa sadar? Darah di bagian perut lo itu kebanyakan."

Redav membuka tasnya, namun tak banyak yang bisa ia perbuat, hanya merobek baju cadangan milik adiknya di garasi motor, mengelap darah-darah dan menutupi luka ringan.

Blaze terduduk di atas rumput bersama keempat korban. "Terimakasih, Redav. Untung aja lo gak coba-coba bedah gua."

"Tidak mungkin lah. Lagian untuk apa dikondisi seserius ini?" Komentar Redav.

"Ukh... Di... Dimana?"

Suci sadarkan diri, luka ia tidak terlalu parah namun kakinya terlihat sedikit berbeda, ada sesuatu telah terjadi pada kakinya.

"Lo di surga. Seneng gak ketemu gua di surga?" Celetuk Blaze sesudah perutnya diperban kain oleh Redav.

"Enggak. Pengen pindah."

"Kemana? Ke neraka?"

"Kagak lah! Ke surga tapi beda tingkat supaya enggak ketemu lo."

Baru saja ingin menggerakkan kaki kirinya yang begitu kaku tetapi rasa perih datang hingga Suci harus mati-matian menahan sakitnya.

Halilintar yang kebetulan di dekatnya, memeriksa Suci.

"Menurut gua, kaki lo patah." Ucap Halilintar.

Yn khawatir. "Hanya karena sebuah truk, kalian kecelakaan begitu parah sekali. Suci, gua harap kaki lo masih kuat menghadapi semua ini."

"Lagian kenapa sih itu truk ada di tengah perjalanan kita menuju kota sebelah?!" Marah Blaze, entah memarahi siapa.

"Di kondisi seperti ini seharusnya kita tahu, jalanan tidak akan seperti yang kita bayangkan. Di jalan raya saja berbahaya apalagi mau ke jalanan yang lebih luas lagi, mungkin lebih berbahaya." Jelas Gempa.

Mereka semua menundukkan kepala, terlalu banyak resiko untuk pergi menjauh.

Lalu mereka harus bagaimana?

Annabelle terbangun, Rasya juga, berbeda dengan Ice yang tidak terbangun dari tidurnya.

Blaze menempelkan telinganya kepada dada Ice, detak jantungnya masih berdetak.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang