49

392 77 5
                                    

Di Supermarket

"Hoaamm... Gua udah tidur berapa lama nih?" Tanya Yn ke Glacier, Taufan, Yaya dan Sori.

"Kakak tidurnya udah kelamaan. Tadi Sori dengar Kakak sampai ngorok---"

"Duh, Sori, ngomongnya lain kali yang Sopan, ya."

Glacier menutupi mulut Sori dan mengusap-usap wajahnya, entah karena apa Sori tahu bahwa Kakak yang satu ini sedang kesal dengan kelakuannya.

"Ihh, Kak Laci! Kalo lagi kesal bilang-bilang dong! Wajah Sori nanti berantakan!" Sori melempar kekesalannya.

Glacier tersenyum manis, "Iya. Kak Glacier sedang kesal. Bukan Kak Laci, tapi Kak Glacier.

Yaya memegang kepalanya yang pusing, "Sepertinya kita harus menjauhkan Sori dan Glacier. Mereka tidak berhenti berdebat sejak tadi."

Yn bergabung, diam-diam mendekati Sori yang sedang memasang wajah cemberut bohongan miliknya.

"Duh, pipinya jangan dibikin gede begitu nanti pecah." Celetuk Yn.

Sori berhenti memasang wajah cemberutnya lalu memegangi pipinya dengan cemas.

"Pecah? Tapi Sori nggak sering jajan sembarangan. Harusnya nggak bakal pecah." Jawab Sori.

Glacier lagi-lagi tersenyum, "Kak Glacier tahu. Mungkin karena Sori habis makan permen banyak-banyak kemaren maka dari itu nanti malam pipi kamu bakal pecah lalu keluar darah---"

'Bugghh'

Tonjokan melayang dari Yaya untuk perut Glacier yang malang.

"Jangan bicara yang aneh-aneh ke anak kecil, Glacier!" Bentak Yaya.

"Oke. Gua salah, hadehhh sakit juga." Ucap Glacier sembari mengusap perutnya yang terlanjur perih.

'Krraakk'

"Suara apa itu?" Tanya Yn sambil diam-diam mengambil pandangan ke pintu masuk supermarket.

Jantung Yaya berdegup kencang, tiba-tiba saja suasana menjadi lebih diam dan sunyi sesudah suara aneh itu datang.

"Ada yang mau memeriksanya? Gua pengen lihat tapi gua juga takut kalau gua teriak melihat apa yang benar-benar gua takutkan itu yang ada di depan sana." Ucap Glacier.

Yn memukul kepala Glacier, ia tidak suka dengan orang-orang yang berpikir negatif, "Lu lakik bukan sih? Jangan nakutin begitu dong!"

Apesnya Glacier hari ini, baru dapet tonjokan dari Yaya sekarang ia harus menerima pukulan dari Yn juga.

Daripada kedua perempuan dan satu anak kecil merengek lebih kencang, Glacier pun berdiri untuk mengecek apa yang sedang terjadi di luar sana.

"Gua ikut." Taufan akhirnya bergerak dan berbicara.

Mereka berdua menuju pintu masuk dan muncullah satu pemuda yang tidak dikenali sedang menarik dan menggenggam erat tangan Gempa agar ia tidak kabur kemana-mana.

"Oh. Hai." Sapa Lunar, sang pemuda yang kurang dikenali oleh Glacier, Yaya dan Yn.

Taufan mengenalinya, dan Sori---

"Abang Lunar!" Seru Sori, wajah sumringahnya terpampang jelas.

Lunar tersenyum tipis, "Haha, ternyata Sori masih hidup."

Semua di ruangan tersebut melirik Lunar dengan sedikit tidak suka.

Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu di depan anak kecil yang menunggu kedatangannya?

Sori yang sudah berlari cepat dan ingin menerjang Lunar, berhenti di tempat, hati kecilnya sedikit terluka tapi ia seharusnya tahu sikap Lunar tidaklah sama seperti Kakak kandungnya yang baik hati.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang