16

1.2K 223 134
                                    

"Blaze... Dia... Masih hidup." Ucap (Y/n) lalu menangis kembali sebab bersyukur Blaze masih bernafas walau belum tidak sadar.

Pendarahannya juga dapat dihentikan oleh Ying dan Raisya.

Akhirnya mereka semua dapat bernafas lega. Mungkin, untuk beberapa jam seterusnya. Sebab tidak ada yang tahu kejadian ataupun konflik yang akan datang maupun memanas nanti.

"Ya udah, kalian semua masuk saja." Ajak Shielda.

(Y/n) mendekati Ice yang sudah menghilangkan rasa cemasnya. "Kak Ice, lo pasti khawatir."

Senyuman tipis dilontarkan untuk Ice. Yang menerima senyuman (Y/n) hanya bisa terdiam lalu mengangguk, perlakuannya masih dingin seperti biasanya.

Redav yang asyik mainin keris milik Blaze, tadinya keris itu ingin dipakai untuk membedah Blaze. Untungnya, Suci memukul kepalanya agar otaknya berfungsi.

Redav menghampiri sahabatnya sambil mengayunkan kerisnya. "Eitss! (Y/n), lo sedih? Mau cerita ke gua gak? Butuh waktu sendiri?"

"Tidak apa-apa, Redav. Gua cuman merasa diabaikan." Ujar (Y/n), kepalanya sedikit menunduk ke bawah.

"Di-diabaikan?! Sama siapa? Pengki?" Tanya Redav.

(Y/n) menahan tawanya. "Pfft-- Ya enggaklah! Gua cuman diabaikan oleh angin."

"Angin? Oke, biar gua cangkul terus tanam di kebun kita." Kesal Redav.

Redav malah mengira Angin si kembar Trio Arsalan yang mengabaikan sahabatnya, seharusnya Ice lah pelakunya.

Salah memahami Angin, Trio Arsalan dan angin, yang memang fenomena alam.

"Kita? Lo aja kali, gua enggak." (Y/n) tidak peduli jika Redav akan sakit hati mendengarnya berkata seperti itu.

"(Y/n), jahat!" Redav pun merengek.

Pada sisi yang berbeda, Supra, Glacier, Rasya, Arlene, Valda, Sai dan Shielda sedang berkumpul di satu tempat namun tidak ada satupun yang berbicara.

Hanya keheningan menemani mereka siang ini.

Tidak suka dengan kesunyian, Glacier memulai pembicaraan. "Guys, tahu enggak?"

"Enggak." Jawab mereka serempak kecuali Glacier.

Glacier memasang muka datar. "Dengerin dulu. Gua tahu kenapa Taufan memihak perempuan jahat itu."

"Kenapa?" Tanya Supra, nadanya biasa saja tetapi hatinya penasaran.

Senyum jahil terpampang di wajah Glacier. "Karena ia jatuh cinta pada Liana. Hahahaha."

Sai dan Supra yang sudah kesal duluan, memukul kepala Glacier agar kewarasannya pulih kembali.

"Jangan bercanda, Glacier. Kita dalam keadaan konflik yang memanas, lo bercanda sekali lagi gua kasih ke zombie supaya di makan." Ucap Rasya.

"Oke, oke, gua minta maaf. Habisnya kalian seru banget ditipu." Celetuk Glacier.

'Ketawanya lama banget, lama-lama gua sleding aja deh.' Batin Valda tidak tahan melihat candaan Glacier.

"Supra. Menurut lo aneh enggak kalo cuman gua yang diselamatkan?" Tanya Glacier.

Supra tertegun. "Cukup... Aneh... Mungkin."

"Coba lo inget lagi, deh. Gua gak mati sendirian, Supra." Ucap Glacier.

Memori yang dulu terlintas kembali di ingatan Supra. "Maksud lo? Bang Upan jadi jahat karena itu?"

"Pemikiran yang bagus. Maka dari itu Bang Upan selalu memihak Liana."

Supra membelalakkan matanya.

'Jadi... Mereka... Masih hidup?'

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang