21

1.3K 236 65
                                    

Sesudah mencari tempat yang aman yaitu di halaman belakang gedung utama, Sai menyuruh para perempuan lebih baik mengobati luka-luka mereka terlebih dahulu.

"Gua yakin setelah ini tidak ada lagi yang namanya candaan." Gumam Sai melihat saudara dan dirinya terluka bahkan mengeluarkan darah yang belum terhenti.

Disisi lain, Yaya sudah tenang lalu Solar menggenggamnya untuk segera mencari yang lain karena ia tahu ada dua sisi yang tercipta untuk saat ini yaitu sisi baik dan buruk.

"Kita mau kemana Solar?" Tanya Yaya saat Solar membawanya ke lantai tiga dimana kelompok lain berada di sana.

"Mencari dan menghindari sesuatu yang buruk." Jawab Solar, matanya menelisik ke arah kanan dan arah kiri mengawasi pergerakan zombie.

Yaya memberhentikan langkahnya. "Kenapa harus ke kelompok yang lain terlebih dahulu? Anggota kelompok kita sedang terluka, Solar."

"Gua tahu tapi... Gua enggak mau sisi yang baik menjadi buruk seperti kita." Ujar Solar, tatapannya terlihat mengkhawatirkan seseorang.

"Solar? Mempunyai firasat buruk kah? Bagaimana jika kita berpencar?" Saran Yaya.

Solar terkejut dengan perkataan Yaya. "Jangan! Nanti lo diserang zombie, soalnya perempuan itu kan harus dilindungi."

"Memangnya perempuan selemah itu? Tenang aja, Solar. Selama kita berdoa, semuanya akan baik-baik saja." Ucap Yaya lalu melepas genggaman Solar dan berbalik seratus delapan puluh derajat.

Solar juga melakukan hal yang sama, ia berbalik lalu melangkah meninggalkan Yaya yang sudah ikut melangkah menuju teman-teman mereka yang entah selamat atau tidak.

Walaupun Yaya berjalan sendiri, ia tetaplah perempuan yang ahli mengalihkan perhatian dan menyerang zombie secara diam-diam, bagaimanapun juga ia pernah mengalami hal ini di masa lalu.

Masalah seperti ini bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan.

Zombie mendekati Yaya yang mencoba meraih pintu keluar gedung utama, kunai siap ditangan perempuan berhijab merah muda itu.

"Jangan main-main dengan Yaya, jika belum pernah mencicipi biskuit bikinannya." Gumam Yaya sekaligus menghilangkan rasa gelisahnya.

Yaya berlari kencang mengabaikan zombie itu yang menerkam angin kosong, dengan gesit Yaya bmebalikkan badannya lalu berhadapan dengan zombie tersebut.

Kunai berjumlah dua tergenggam erat di tangannya, secara diam-diam ia merobek punggung zombie tersebut agar teralihkan perhatiannya ke belakang.

"Arggghhh!" Zombie itu kesakitan lalu mencari-cari keberadaan Yaya.

Namun sayangnya Yaya lebih cepat darinya, ia selalu dibelakang punggung zombie itu.

Leher yang selama ini tersambung dengan kepala zombie tersebut telah tersobek oleh kunai milik Yaya walau tidak putus tetapi darahnya terkena tangan perempuan itu.

"Ihh, harus dibersihkan nih." Gumam Yaya memandang cipratan darah di tangannya.

Tetapi ia mengabaikan membersihkan tangannya sebab ada yang lebih penting dari itu yaitu teman-temannya.

Oleh karena itu, ia bergegas keluar dari gedung utama dan mencari temannya yang entah bersembunyi dimana.

"Petir! Shifa! Sai! Shielda! Valda! Arlene! Rasya! Raisya! Suci! Anna! Kalian dimana?" Yaya berteriak.

Anehnya tidak ada zombie yang menampakkan dirinya, apakah benar-benar sudah aman?

Jika aman, kemana mereka semua pergi?

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang