4

1.8K 254 155
                                    

Lantai 1
15.49

Langit mulai mendung, matahari siang tertutupi oleh awan yang sebentar lagi akan menurunkan derasnya hujan. Thorn, Solar, Redav, (Y/n), Shifa, Rasya, Supra, Sai dan Shielda melangkahkan kaki mengelilingi koridor lantai 1 tanpa lelah.

Hingga akhirnya mereka tiba di ruangan kelas yang biasanya dipakai untuk presentasi.

'Cklek'

"Sepi ya?" Thorn bertanya entah kepada siapa.

"Iyalah sepi. Manusia kayak kita udah pada kena azab." Entah menjawab atau tidak, tapi Shifa mencoba menjawab pertanyaan Thorn.

"Emangnya disini bakal ada barang yang berguna?" (Y/n) melirik kesana-kemari mencari benda yang bisa dijadikan senjata.

"Ini...apa? Kok kayak pengki?" Tanya Redav lalu menunjukkan sebuah cangkul yang sangat runcing dan tajam.

(Y/n) terpaku karena temannya tidak tahu kalo itu sebenarnya barang yang sangat berguna untuk saat ini.

"Itu...cangkul. Bukan pengki." Koreksi (Y/n).

"Ya udah, gua beri nama dia pengki aja." Ujar Redav, (Y/n) menghela napas.

"Hei, bagaimana dengan punyaku?" Thorn menunjukkan gunting pemotong rumput yang bisa dibilang sangat berbahaya.

"Woaww.... Itu mengerikan." Ucap Shielda dengan mukanya yang pucat.

"Punya gua lebih mengerikan." Kali ini giliran Sai yang menunjukkan celurit yang masih runcing dan tajam.

"Gua rasa tempat ini baru saja dijadikan tempat buat presentasi jurusan pertanian. Karena alat-alat yang didapat kita berkaitan dengan tumbuhan." Prediksi Solar.

"Lo ada benernya juga sih. Tapi, kenapa barangnya doang yang ada? Apakah tidak ada lagi manusia yang menetap di gedung ini?" Jelas Rasya menerka-nerka apakah masih ada orang di gedung ini.

"Mungkin mereka keluar? Mencoba melawan makhluk aneh, eh? Zombie, ya? Pokoknya itulah. Mungkin mereka ngebantai para zombie, 'kan warga negara ini cukup bar-bar." Shifa berbasa-basi.

"Heh, walau lo bilang begitu, gua tetep gak peduli sih. Lebih baik kita ambil beberapa barang lagi yang bisa dijadikan senjata." Supra bercakap tak acuh.

Selagi mencari senjata, di balik pintu ia mengintip. "Sudah waktunya kalian merasakan pembalasan dendam dariku."

Lantai 2
15.30

"Kenapa sih harus dipisah-pisah segala?! Kan jadi ribet nanti!" Ying protes.

Fang, Yaya, dan Annabelle, menatap Ying dengan tatapan 'Bocah ngapa ya?' karena hanya Ying saja yang sedari tadi tidak berhenti bicara.

"Haih... Ying, jangan marah mulu dong. Malu tahu." Bisik Fang ketika ia mendekati Ying.

"Malu?! Buat apa malu?!" Fang sudah menduga jika Ying sepertinya sedang pms.

"Ying. Sabar, kita berpencar seperti ini hanya untuk sementara kok. Tidak akan lama." Yaya akhirnya mencoba untuk menenangkan sahabatnya.

"Tapi, Yaya kita semua perempuan. Bagaimana jika ada yang menyerang kita nanti?"

Fang yang mendengar perkataan Ying merasa kesal. Jadi, selama ini dia tidak pernah dianggap laki-laki?

"Permisi. Ying, lo bilang semua yang ada di sini perempuan. Terus gua gak pernah dianggap laki-laki gitu?"

"Gak." Ucapan telak dari Ying layaknya jarum yang menusuk hati Fang.

Untung saja Yaya ada di sana, menyabarkan Fang kalo ia selalu di nistakan oleh Ying.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang