30

1.1K 199 79
                                    

Tergesa-gesa melangkah, Petir, Angin, Sai dan Glacier memasuki ruangan laboratorium kimia hanya untuk mengambil seseuatu yang penting, yaitu vaksin setengah jadi yang dibuat oleh Solar, Taufan, Supra dan Glacier.

Begitu juga dengan catatan random yang dibikin kedua orang jenius yang memimpin dalam membuat vaksin tersebut.

"Sudah! Ayo kita keluar melewati pintu belakang!" Seru Sai sambil menarik Glacier.

Sedangkan Glacier menarik Angin lalu Angin menarik Petir, mereka pun saling tarik-menarik.

Beberapa langkah lagi mereka berempat menuju pintu belakang menemui yang lainnya tetapi di tengah perjalanan Glacier melepas genggamannya dan berhenti melangkah.

Petir dan Angin heran karena yang tahu lebih dulu adalah mereka.

"Kenapa lagi? Lo mau selamat atau enggak?" Tanya Petir.

Sai merasa ada yang tidak beres segera berhenti dan berbalik ke belakang memandang ketiga temannya.

"Kalian... Ayolah... Tidak ada waktu." Sai gregetan.

Tanpa berbincang lebih banyak, Glacier balik arah meninggalkan Petir, Angin dan Sai.

"Oi! Glacier!" Panggil Sai.

Niat Glacier sepertinya sudah bulat, tidak boleh ada yang mengganggu gugatannya lagi.

Sekecil apapun kemungkinannya ia akan tetap percaya diri untuk menyelamatkan Supra.

🌸  TuTu  🌸

"Kenapa lama sekali? Gua pengen cepet-cepet mati nih." Celoteh Supra,

Kini ia sedang terbaring tidak berdaya di kelilingi oleh Solar, Yaya dan Thorn.

Solar masih gemetaran dalam menarik pelatuknya, keraguannya cukup besar untuk melakukan hal ini.

Yaya dan Thorn memilih diam saja sebab urusan ini hanyalah kepentingan seorang guru dan muridnya.

Supra merintih kesakitan, lukanya terlalu banyak, ia bahkan tidak tahu mana yang menimbulkan perih paling dalam, ia sudah tidak sanggup.

"Bang, lo jangan ragu.... Keputusan ini....diambil dari...hati lo, gua...percaya...itu, Bang." Suara Supra hampir tidak terdengar jelas.

Tadinya Solar gemetaran tetapi ia memutuskan berhenti seketika revolver miliknya tersebut diserahkan kepada Thorn.

"Thorn, kali ini... Gua minta tolong ke lo, ya? Gua lemah... Gua enggak bisa terima ini.... Thorn.... " Ucap Solar dengan napas yang sangat berantakan.

Thorn menggeleng. "Tapi, Solar... Ini tanggung jawab Solar... Bukan Thorn ataupun Yaya..."

"Gua enggak bisa..." Tolak Solar.

Thorn kembali menyerahkan revolver ke telapak tangan Solar namun Thorn tidak melepaskan genggamannya pada revolver itu juga, mereka berdua sama-sama memegangi benda tersebut.

Perlahan-lahan Thorn menargetkan benda itu tepat ke wajah Supra.

"Maaf... Supra... Lo itu memang lebih jenius daripada gua... " Solar berkata sembari terisak-isak.

Sebuah senyuman hangat dari Supra terpampang di wajahnya. "Gua emang jenius, kok."

Tatapan Supra menatap langit malam, ia mengingat masa sekolah menengahnya dahulu di saat Frostfire masih berada di kehidupannya.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang