Multimedia
"Ice, gabut nih."
Ice menatap datar Blaze lalu mengintip melalui jendela memandang zombie yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Ice mulai bertanya-tanya pada dirinya, apakah terjadi sesuatu di luar sana?
"Kita keluar, yuk." Ucap Ice yang lain langsung tersentak kaget.
"Mau mati?" Sindir Petir sembari menatap Ice tajam.
"Hah..., Bocah jangan ikut campur." Balas Ice, menohok hati Petir yang mudah rapuh.
Belum tahu saja Tanah dan Angin panik setengah mati melihat Petir yang sedang menahan emosi yang bisa meledak kapan saja itu.
Tetapi Petir hanya terdiam, merenungkan semua perkataan Ice tadi. Petir pun memilih untuk pundung aja dipojokkan walau dibilang setan sekalipun ia tetap tidak peduli.
"Kita gak punya senjata. Kalo udah punya, gua bakal habisin makhluk jelek itu." Ujar Raisya, Ice mengangguk lalu melirik-lirik mencari barang.
Barang yang bisa dijadikan senjata di tempat multimedia... Bukankah tidak ada barang yang berguna disini?
"Kita cari di tempat lain aja." Jawab Ice lalu membuka pintu dengan santainya tanpa ada rasa takut sama sekali.
'Benar-benar... Kosong.' Batin Ice sambil memandang sekeliling koridor.
Blaze nongol dari belakang, ikut mengintip pemandangan koridor yang begitu sepi, bahkan yang lain ikut mengintip dan terjadilah main intip-intipan.
"Kalo kalian mau melihat juga, gak usah ngintip juga kali." Kata Ice mengangetkan semua orang yang berada di belakangnya.
"Aneh. Bukannya para makhluk bernama zombie itu banyak sekali jumlahnya? Sekarang mereka kemana?" Suci bertanya-tanya.
"Mungkin saja ada seseorang yang menarik perhatian para zombie itu." Jawab Glacier membuat Ice semakin terheran-heran dengannya.
Namun Blaze dengan seribu kejahilan tingkah lakunya berlari menghampiri anak tangga lalu menapaki tangga menuju lantai satu. Untuk kali ini, Ice harus menahan banyak pertanyaannya kepada Glacier.
Masalah pun datang ke mereka saat menapaki kaki di lantai dua, semua zombie atau bisa dibilang makhluk mengerikan itu berkumpul layaknya mengantri sembako.
Raisya heran melihat Blaze terdiam kaku. "Blaze, kenapa lo diam aja?"
"M-mereka ada banyak." Jawab Blaze, nyalinya menciut memandang zombie begitu banyak.
"Lebih baik kita mundur." Blaze mendorong mereka kembali menaiki tangga tapi Suci menahannya.
"Kenapa malah mundur, Bambank?!" Ucap Suci mengetahui Blaze menyuruh mereka untuk berbalik ke lantai tiga.
"Sshhtt! Jangan berisik! Para zombie itu sedang berkumpul di lantai dua." Ujar Blaze.
Yang lain sungguh terkejut dengan informasi tersebut. Bahkan Ice bukan hanya terkejut tetapi ia juga heran, kenapa semua zombie berkumpul disana?
"Biar gua periksa dulu." Kata Ice.
Blaze menahannya. "Jangan, mereka terlalu banyak. Akan lebih baik mencari senjata di lantai tiga."
"Hhhh... Oke." Jawab Ice lalu berbalik menuju ke tempat mereka semula. Yaitu lantai tiga.
"Eh?! Bentar! Kemana si trio kembar Arsalan?!" Panik Raisya, ia baru menyadari hal tersebut saat ia berbalik menaiki tangga.
Seharusnya di belakang Raisya terdapat Trio kembar Arsalan dan Glacier.
"Nyusahin orang aja. Pake hilang segala. Hobi main petak umpet?!" Gerutu Suci kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]
عشوائي~Sequel of RUN~ Setelah 5 tahun kedamaian tanpa adanya makhluk mengerikan tersebut. Kali ini makhluk mengerikan tersebut datang kembali ke kehidupan mereka. Tidak ada waktu untuk diam, waktunya untuk berlari lagi dari kejaran mereka. story by redav...