Sebuah rumah di tengah-tengah hutan sangat aneh, bukan?
Tapi, hanya itu satu-satunya tempat agar mereka aman dari semua terkaman zombie yang mengancam nyawa.
Redav, Gempa dan Ice sampai di tepat terakhir sebab mereka membawa motor cukup perlahan, entah disengaja atau tidak sengaja.
Gempa menggendong Ice. "Apakah Blaze ada?"
Suci menunjuk Blaze yang tergeletak di depan rumah yang akan mereka tempati.
"Dia tidak bisa diselamatkan... Kak..." Ucap Suci, air matanya terlihat jelas membekas di pipi.
Lagi-lagi kabar buruk mendatangi, padahal ia ingin menyampaikan sesuatu jika Ice sudah tiada ternyata mereka berdua terus bersama hingga akhir hayatnya.
Kepalanya menunduk, terlintas ketika Halilintar, Blaze dan Ice terluka saat itu hingga sekarat namun terselamatkan oleh Solar yang mempunyai vaksinnya.
Namun kali ini berbeda, mereka sama-sama kehilangan darah begitu banyak, kecelakaan mobil tadi bukan sekedar gurauan belaka, itu terjadi sungguhan sampai menimbulkan korban.
Yn menahan tangisnya. "Kak... Ice...? Redav..."
Kepala Redav menggeleng, Supra yang kebetulan di samping Yn tiba-tiba saja dipeluk olehnya.
Sekuat hati Yn menangis di pelukan Supra, lelaki itu awalnya masih terkejut tetapi ia mengerti bahwa perempuan yang memeluk dirinya itu sedang tersayat hatinya.
Supra memalingkan wajahnya, diam-diam kedua tangan besarnya ikut memeluk tubuh Yn dan menepuk-nepuk punggungnya perlahan.
Tidak hanya mereka saja yang berduka, yang lain juga.
Seperti Thorn yang ikut terisak-isak di pundaknya Solar, lalu Glacier yang menangis dalam diam.
Mereka semua berduka atas kehilangan Blaze dan Ice yang sudah berbuat jasa yang begitu banyak.
👁️👄👁️
Seusai berdukacita, kumpulan manusia-manusia tersebut memasuki rumah kosong yang berada di pedalaman hutan.
Rumah tingkat dua itu sangatlah besar untuk ditinggali, Taufan dan Glacier memberitahu jika mereka tinggal di sini untuk membuat eksperimen bersama Liana.
"Jadi rumah ini... Milik Liana?" Tanya Raisya.
"Yap! Begitulah." Jawab Taufan.
Halilintar dan Gempa benar-benar tidak tahu informasi yang satu ini, masalahnya mereka berdua tinggal di Kalimantan, pastinya jarak jauh memutuskan komunikasi kecuali Glacier yang dahulu bertekad mengendap-endap agar bisa mengetahui apa yang Liana sembunyikan sehingga ia bisa berkomunikasi dengan Halilintar dan Gempa.
Taufan dari belakang menepuk pundak Solar. "Nah, akan gua tunjukkan dimana ruangan tersebut."
Solar mengangkat satu alisnya. "Ruangan?"
"Laboratorium kimia milik Liana dulu, kalau tidak salah--"
"Tunjukkan! Inilah saatnya gua beraksi. Ayo, Sup!" Seru Solar sembari menarik tangan Taufan.
Perempatan di dahi Supra muncul. "Sup, Sap, Sup, nama gua itu Supra! Ingat itu baik-baik, guru tidak tahu diri."
"Sabar, Sup. Supaya lebih singkat." Celetuk Glacier.
"Supra, oi! Gak paham juga, huh?!" Supra marah.
"Memangnya kenapa kalo lo dipanggil Sup? Bukannya itu bakal lebih gampang?"
Ucap Yn, Supra ingin menyangkal tapi ia menimbang-nimbanginya terlebih dahulu.
"Ka-kalau begitu, terserah kalian saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]
Diversos~Sequel of RUN~ Setelah 5 tahun kedamaian tanpa adanya makhluk mengerikan tersebut. Kali ini makhluk mengerikan tersebut datang kembali ke kehidupan mereka. Tidak ada waktu untuk diam, waktunya untuk berlari lagi dari kejaran mereka. story by redav...