46

637 106 18
                                    

Situasi sebelum semuanya menjadi kacau...

Gempa sedang mencari udara segar di luar sembari menunggu Solar dan Thorn membawa Taufan kembali.

Namun, di balik itu semua Gempa juga menyembunyikan beberapa rencana tambahan.

Halilintar sudah mendengar semua rencana tersebut walau harus melukai beberapa temannya.

Beberapa obrolan dan suara jejak kaki melangkah mendekat menuju supermarket terdengar oleh Gempa.

Buru-buru ia memasuki supermarket dan menemui Halilintar yang sudah siap melakukan aksinya.

Sebuah pistol yang telah lama mereka berdua sembunyikan, senjata api itu kini terpampang jelas di mata Glacier.

"Terkejut? Melihat sebuah pistol di hadapanmu?" Tanya Gempa.

Glacier terdiam kaku, bukannya takut untuk melakukan gerakan namun situasi yang sedang ia hadapi ini sudah terbilang parah.

Bagaimana jika pistol itu mengenai teman-temannya?

Itulah yang Glacier pikirkan, mustahil bagi dirinya untuk melindungi ketiga orang yang sedang terbaring pulas tersebut.

"Bang Gempa, sejak kapan lo punya pistol? Untuk apa?"

Pistol tersebut dilihat mendetail oleh Gempa, "Entahlah. Gua melakukan ini demi rencana yang gua bikin. Kenapa? Takut? Kecewa?"

Glacier menggigit bibirnya, "Gua nggak takut, Bang Gem. Gua cuman ngerasa... Kenapa... Kenapa harus sampai kayak gini? Emangnya rencana apa sih? Gua sama sekali nggak paham sama pikiran lo."

"Glacier. Gua dan Halilintar ngelakuin semua ini supaya bisa bebas dari apapun setelah menjadi kaki tangannya Liana."

Nama perempuan yang sudah mati setelah memainkan peranan jahat itu di sebut kencang-kencang oleh Gempa.

"Liana? Perempuan itu 'kan udah mati." Ucap Glacier, ia belum memahami semua maksud Gempa.

"Memang. Dia mati tapi kejahatannya sudah membuat satu negara ini kacau balau. Dan lo masih mau nemuin orang-orang pemerintahan buat nyelametin lo? Bukannya di selamatkan tapi lo bakal diminta pertanggungjawabannya, Glacier." Jelas Gempa.

Glacier termenung.

Ada benarnya perkataan Gempa.

Entah mengapa, Glacier merasa janggal dengan hatinya, ia ingin membiarkan rencana Gempa dan Halilintar namun disisi lain ia tidak mau menginginkan rencana itu berjalan lancar karena belum tentu mengarah ke hal yang baik.

Ada saatnya dimana Glacier harus memilih mengakui semua kesalahannya demi menyelamatkan manusia yang tersisa akibat dari kesalahan perempuan yang membuat manusia di negeri ini menderita.

"Tidak apa-apa. Kita semua harus bertanggungjawab atas kesalahan yang sudah kita perbuat, bukan?"

Tidak menerima ucapan Glacier, Halilintar menodongkan pistol miliknya, "Kesalahan?! Sejak kapan?! Itu semua kesalahan perempuan nggak tahu diri itu! Kita itu cuman jadi bonekanya!"

"Hanya boneka. Lalu apa masalahnya? Jika ada yang menemukan bukti-bukti kuat bahwa perempuan itu melakukannya maka kita akan tetap aman."

"Tapi, gua sudah nggak aman, Glacier." Kata Gempa.

"Dibalik semua perbuatannya, gua yang memegang semuanya. Dari awal sampai akhir, para penegak keadilan akan menemukan bukti kuat kalau gua adalah pelaku penyebar virus zombie tersebut bersama dengan Halilintar."

"Hah?! Jadi... Yang nyebarin... Yang membuat... Virus zombie itu... Bang Gem?"

"Bukan, gua cuman ngelakuin apa yang disuruh. Walau nantinya gua ngaku kalau itu bukan perbuatan gua pasti bakal sia-sia."

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang