17

1.3K 218 103
                                    

Halilintar dan Gempa.

Banyak yang mencari keberadaan mereka sejak insiden triple kill yang terjadi dikarenakan takdir. Solar, Thorn, Ying, Yaya, Blaze, dan Ice juga penasaran akan kabar yang hadir tentang mereka jikalau hidup.

"Sebenarnya gua juga gak tahu sih. Tapi ada sedikit kemungkinan." Ucap Glacier.

Supra menjentikkan jarinya. "Kalo begitu jika benar ada kemungkinan mereka hidup. Gua punya satu rencana brilian."

"Jangan mengecewakan, Sup." Solar menepuk pundak Supra.

Tidak mau bertele-tele, Supra langsung memasang gaya angkuhnya yang diajarkan oleh Solar sejak paud dulu.g

"Jadi, kita terpaksa harus berpencar." Ucap Supra.

Yaya menolak. "Gua menolak! Nanti kalo berpencar pasti kita tidak bisa melindungi satu sama lain."

"Dengarkan dulu dong, Kak. Kita berpencar mempunyai dua tujuan." Lanjut Supra, rasa penasaran semua yang ada di sidang itu membesar.

"Ada dua kelompok yang pastinya tujuan mereka berbeda-beda. Kelompok lain keluar gedung memancing perhatian Liana."

"Ke-keluar gedung? Gedung ini?! Kalau gua mati sebelum waktunya gimana?!" Panik Suci sembari menggoyang-goyang badan Blaze.

"Baca Syahadat, insyaallah masuk surga." Celetuk Blaze sambil menahan sakit di perutnya.

Suci dan Blaze pun membaca doa dengan khidmat agar terdengar oleh-nya.

"Sempat-sempatnya kalian bercanda." Ujar Raisya.

Okey, okey, kembali ke sidang...

"Lalu bagaimana dengan kelompok yang lainnya?" Tanya Annabelle, ia akhirnya mau buka suara hari ini sejak kemarin Annabelle hanya diam.

"Mencari sesuatu yang disembunyikan Liana. Gua yakin Bang Taufan gak mau lepas darinya karena sesuatu. Bisa saja itu, Halilintar dan Gempa yang kita bicarakan atau Taufan membikin kesepakatan supaya mendapatkan vaksin untuk para zombie atau Liana mempunyai alat yang bisa melukai kita semua." Jelas Supra, setelahnya ia membenarkan kacamatanya.

"Alat yang bisa melukai kita semua?" Beo Shielda.

Supra tersenyum miring. "Yap! Itu adalah bom. Di dalam gedung ini bisa saja ada bom tersembunyi."

"Kok lo bisa tahu?" Sai curiga.

"Gua tahu dari Glacy. Masalahnya dia gak tahu keberadaan bom itu, dan jika benar ada bom itu berarti Bang Taufan masih bisa kita maafkan." Jelas Supra, kacamatanya dibenarkan layaknya seorang laki-laki yang jenius.

Raisya menatap aneh Supra. "Tumben lo banyak omong, daritadi diem-diem aja."

Supra langsung tertelan oleh perkataan Raisya, ia pun mencoba untuk menahan malu dan terdiam. Memandang momen tersebut, Solar terpaksa harus melanjutkan pembicaraan Supra sebelumnya.

Sidang yang berlangsung selama beberapa jam itu akhirnya selesai.

Malam sudah tiba sejak tadi, kini waktunya untuk menjalankan rencana.

Kenapa harus sekarang?

Sebab jika tidak disegerakan maka pertumpahan darah akan terjadi lagi.

Ingat, waktu adalah uang.

Kelompok yang keluar gedung tentu saja yang pandai bertarung dan menganalisis strategi juga mengawasi pergerakan musuh.

"Haisshh, zombie lagi, zombie lagi." Valda mengeluh.

Suci mencubit kecil lengannya. "Jangan ngeluh."

"Auchh! Sakit tahu! Lagian kenapa gak ajak Blaze atau Ice, mereka kan pandai ngawasin pergerakan zombie." Ucap Valda.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang