33

720 148 23
                                    

Arit yang begitu runcing dan tajam itu menebas zombie-zombie di depan perempuan anggun bernama Annabelle.

Ini pengalaman pertama kali hidupnya menghadapi zombie berjumlah lebih banyak daripada jumlah mahasiswa yang berada di gedung kuliahnya.

Ditemani Rasya dan Sai, mereka berusaha membuka jalan menuju teman-temannya....

Yang semakin menjauh.

Napas Rasya terengah-engah, "Kenapa jauh sekali? Apakah...mereka... meninggalkan...kita...?"

"Jangan berprasangka buruk." Ucap Sai.

Raut kecewa Rasya semakin bertambah ketika menyadari jarak bus yang sebelumnya mereka berada di sana sudah terlihat jauh, "Be-Benarkah?"

Sedangkan di tempat teman-temannya, Raisya nekat mengendarai mobil yang terlantar di jalan bahkan kunci mobilnya masih bertengger di dalam mobil tersebut.

"Oi, lo mau ngapain?! Buruan lari!" Seru Angin panik.

"Selametin mereka lah!" Raisya memutar kunci mobil tersebut, mesin mulai menyala dan memanas walau terlihat begitu kotor mobil tersebut berfungsi dengan baik.

Tanpa disadari Raisya, mobil tersebut tidak berfungsi lagi sebab Halilintar mengambil kunci mobilnya.

Kemarahan Raisya memuncak, "Gila! Kembalikan kuncinya!"

"Kendalikan emosi lo, Raisya." Ucap Gempa, ia bahkan tak mau memberhentikan Halilintar yang merebut kunci mobil tersebut dengan tidak sopannya.

"Gimana kalo mereka berharap menunggu kehadiran kita?! Tapi, nyatanya tidak ada satupun yang mau menyelamatkan mereka!"

"Memang begitu keadaannya... Jika lo kesana, siapa yang mau lo selametin? Mereka semua pasti udah terinfeksi."

"Sialan!"

Tangan Raisya terkepal erat bersiap-siap memukul wajah tampan Halilintar namun Gempa menghentikan aksi perempuan tersebut bersama Arlene.

"Tenang dulu, Raisya." Kata Arlene.

"Bertahan hidup tanpa penyesalan lebih baik bagiku daripada penuh penyesalan. Dasar lelaki kotor! Cuih!"

Raisya berbalik, ia tidak sudi bertatapan dengan Halilintar dan Gempa yang sama tidak beresnya.

Taufan mendekati kedua teman lamanya itu, "Kalian berdua kenapa sih? Jika bersama-sama, bisa saja Rasya, Sai dan Annabelle selamat."

Gempa memasang ekspresi datar, "Setelah itu menemukan mereka dalam keadaan terluka? Penawarnya saja belum bisa dipastikan apalagi nyawa mereka."

Suasana dingin menyelimuti ketiga pemuda tersebut.

Terlalu banyak memakan waktu, Yn jadi gregetan memandang keadaan yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Redav... Mumpung mereka masih dalam keadaan kacau..."

Napas Redav tertahan sekejap saat itu, ia yakin Yn pasti mempunyai rencana aneh.

"... Kita cari mobil lain dan diam-diam menyelamatkan ketiga teman kita yang terkepung di sana."

🌸  TuTu  🌸

"Yn... Lo yakin nih..."

"Yakin dong."

"Sebenarnya kalian berdua ngerencanain apaan sih? Sampai ajak-ajak gua segala."

"Anggap aja lo penggantinya Supra. Belum tahu 'kan kalo Supra selama ini selalu ngumpul bareng gua dan Redav."

Redav terdiam, Glacier pun ikut terdiam.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang