6

1.5K 241 152
                                    

Lantai 1
Kamar Mandi Wanita

"Aduhh... Gimana nih? Zombienya banyak banget." Panik Arlene mengintip kerumunan zombie memasuki gedung dari balik pintu kamar mandi.

"Kita serang aja, yuk!" Tantang Valda, tidak memikirkan nyawa.

"Lo aja, gua enggak mau ikutan." Tolak Arlene yang masih memikirkan keselamatannya.

"Takut ya?" Ledek Valda. Arlene langsung mengerutkan keningnya.

"E-enggak kok!" Bentak wanita yang tidak pernah lepas dari headphonenya.

"Terus kenapa kalo enggak mau ikut?" Tanya Valda seakan-akan pertanyaan miliknya hal yang biasa.

"Banyak zombie! Lo mau mati?!" Jawab Arlene tanpa rem.

"Ya udah, gua periksa dulu keadaan diluar. Kalo rame kita tunda, kalo sepi kita cari yang lain." Ucap Valda sembari memegang gagang pintu kamar mandi.

Perlahan-lahan Valda membuka pintu kamar mandi, lalu mengintip dan melihat keadaan diluar.

Hasilnya, tidak banyak zombie berkeliaran. Mereka semua sudah memecah ke tempat yang lain. Namun, atensi Valda teralihkan oleh seseorang yang baru saja memasuki gedung.

'Iris mata itu... sepertinya aku pernah melihatnya.' Batin Valda sembari mengingat-ingat sosok orang tersebut.

Terlalu lama menatap iris mata orang tersebut, Valda tidak menyadari bahwa dirinya sedang melamun.

Hingga Arlene harus menyadarkannya. "Weh, gimana nih? Kok malah ngelamun."

Valda menutup pintu lalu menoleh ke arah Arlene. "Hehe, maaf, tadi gua ngeliat cowok ganteng lewat."

"Sejak kapan zombie berubah menjadi cowok ganteng?" Tanya Arlene heran dengan kelakuan temannya.

"Bukan zombie tapi orang." Valda mengulangi perkataannya.

"Hah? Maksud lo? Gua enggak ngerti deh." Sedangkan otak Arlene tetap tidak bisa memproses.

"Kenapa sih enggak percaya? Nanti menyesal baru tau." Gumam Valda, tentu saja tidak terdengar oleh Arlene.

Tanpa mereka sadari pandangan dari jauh sana ada yang mengawasi. Dengan senyum sinisnya.

"Sepertinya seseorang akan tumbang."

•~•

Lantai 3
Multimedia

"Lo kesini enggak sendirian 'kan?" Tanya Ice sembari menggenggam erat bahu Glacier.

Glacier merasa gugup untuk memberi tahu. "Sendirian kok. Gua enggak bareng siapapun." 

Ice menatap curiga Glacier.

Tiba-tiba saja Ice tersentak ketika Tanah memegang bahunya. "Sudahlah, jangan memaksanya. Lebih baik kita mencari cara untuk berkumpul bersama kelompok yang lain."

"Hmm, kali ini lo selamat." Ucap Ice dingin, sangat dingin sedangkan Glacier hanya bisa meneguk ludahnya.

"Gimana?" Tanya Blaze.

"Gimana apanya?" Tanah malah melontarkan balik pertanyaan.

"Ya, gimana?" Muka Blaze sudah kesal.

"Apaan yang gimana?" Sedangkan Tanah mencoba untuk mengerti.

"Ck, gimana caranya kita kumpul bareng kelompok lain? Situ kok gak ngerti-ngerti sih!" Kesal Blaze sambil menunjuk-nunjuk Tanah yang menampilkan wajah tidak bersalah.

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang