8

1.5K 237 127
                                    

"Ying! Lari!" Teriak seseorang dari kejauhan.

Tentu saja itu Solar.

Tanpa berpikir panjang lagi, Ying berlari sekuat mungkin dan keluar dari ruang kosong tersebut. Segera, Solar menutup pintu itu dan mengganjalnya dengan sesuatu agar tidak terbuka lagi dengan mudah.

"Kita menjauh dari lantai dua. Disini terlalu berbahaya." Kata Supra, yang lain mengangguk lalu melangkah mengikuti Solar dan Supra yang memimpin jalan.

Setelahnya mereka sampai di lantai satu yang lebih leluasa dan aman dari terkaman para zombie. Tentu saja mereka kembali ke ruangan kelas yang tadi mereka tempati.

"Lo baik-baik aja 'kan, Ying?" Tanya Solar mengkhawatirkan kondisi Ying.

"Y-ya, g-gua...hiks, g-gua...gak apa-apa." Ying mencoba menahan kesedihannya.

"Tak apa, Ying. Bersedihlah jika ingin bersedih, kita semua tahu jika Fang sudah terinfeksi." Ujar Solar.

Ying menatap semua orang yang menyelamatkannya, raut sedih itu terpaparkan jelas di muka semua orang. Ia tidak bisa jika semua orang harus bersedih, Ying hanya tidak suka melihat mereka bersedih karena dirinya.

"Tidak usah ditahan. Perlu tempat?" Yaya merentangkan kedua tangannya, secepatnya Ying menghampiri sahabatnya lalu memeluknya erat-erat.

Tanpa disadari bahu Yaya kini sudah basah sebab Ying menangis dalam pelukan sahabatnya. Menyadari Ying menangis tersedu-sedu, Yaya mengusap punggung Ying yang bergetar.

Bukannya tangisan Ying menjadi tenang tetapi tangisannya menjadi keras layaknya kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya.

Sesudah beberapa menit, tangisan Ying sudah mereda, ia sudah merasa lebih baik lagi. Apalagi ia sudah mampu sedikit tersenyum, membuat teman-temannya sedikit lega memandang Ying ceria lagi.

"Oke, kita istirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan." Seru Supra.

Sepertinya mereka tidak tahu ada yang menghilang di antara mereka.

"Dimana Thorn?" Tanya Solar sembari melirik-lirik sekitar mencari Thorn.

"Redav juga tidak ada." (Y/n) pun ikut cemas ketika Redav hilang dari pandangannya.

"Baru mau istirahat, masalah muncul lagi, muncul lagi." Keluh Shielda yang baru saja ingin rebahan di lantai yang dingin.

"Bisa-bisanya Kak Redav ngilang berduaan bareng Kak Thorn, pengen bermesraan kali." Ucap Shifa ngawur.

"Gak boleh gitu, nanti berdosa." Rasya bernasehat.

Banyak masalah seperti ini pun masih ada yang menganggap enteng. Gimana kalo ada yang mati lagi?

"Udah, kita istirahat saja. Gua yakin mereka berdua bakal selamat." Sai dengan santainya berkata seperti itu.

"Yakin? Kok bisa yakin?" Tanya Shifa penasaran.

"Lo gak inget kalo mereka bawa senjata yang cukup ampuh buat lawan makhluk jelek itu." Shifa pun mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya.

Sesudahnya Shifa ingat jika Redav membawa cangkul yang bernama Pengki dan Thorn membawa gunting besar pemotong rumput. Ia ikut yakin mereka berdua akan baik-baik saja.

•~•

"Kak Thorn, gimana nih? Kita nyasar lho~"

"Iya, gimana ya? Salahku juga sih. Kenapa aku mengejar orang itu ya?"

"Salah aku juga, mengikuti Kak Thorn."

RUN 2 [Boboiboy] [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang