Twenty-one

1.5K 165 13
                                    

Kaki beralaskan sepatu ber-hak tinggi itu menghentak hingga menciptakan suara nyaring di sepanjang ia melangkah.

Dibukanya pintu yang menghalangi dengan tak sopan hingga membuat si pemilik ruangan menatapnya terkejut.

Orang itu menghela nafas lega dan kasar lantaran sebal dengan sikap tidak sopan Alexa. "Ada apa, Nona?"

Yang ditanya malah diam menatap lamat-lamat pria di hadapannya, dari bawah hingga sampai tepat di wajah pria itu.

"Kapan kita pergi, Allardo?" Tanya Alexa.

Tuan Allardo berdecak kesal, ia pikir ada sesuatu yang genting hingga membuat Alexa datang dengan mendobrak pintu.

"Kapanpun anda mau, Nona. Saya tak bisa menolak permintaan Anda," balas Allardo. Bukannya ia takut pada Alexa, tapi berkat kinerja gadis itu perusahaannya bisa semakin bangkit. Tak mungkin ia menolak permintaan orang yang telah banyak membantunya.

"Sekarang! Apakah bisa?" tutur Alexa.

Allardo mengangguk menyanggupi, meski pekerjaannya banyak tapi misi Alexa juga penting. Ia sekarang paham mengapa gadis itu tak meninggalkan perusahaannya begitu saja, sebab Alexa masih membutuhkannya untuk memancing seseorang.

"Telpon dia sekarang, Allardo!"

Lagi-lagi Allardo mengangguk menurut, ponsel yang terletak di atas meja ia ambil kemudian menggerakkan jarinya di sana.

Ponsel itu ia letakkan lagi di atas meja dengan nomor Alicia yang terpajang di layar full screen itu. Hanya bunyi dering yang mengisi kesunyian ruangan tersebut.

"Halo?"

"Halo, Nona. Bagaimana kabar anda?"

"Baik, ada apa, Tuan?"

"Apakah anda ada waktu? Boleh saya bertemu? Saya ingin membicarakan sedikit hal tentang perusahaan."

"Oh tentu, kapan?"

"Hari ini apakah bisa, Nona?"

"Oh maaf, hari ini saya sedang tidak bisa."

"Kalau begitu besok?"

Belum sempat Alicia menjawab, sambungan sudah lebih dulu diputuskan oleh Alexa, membuat Allardo menatapnya terkejut sebab tak ada salam perpisahan seperti biasa saat ia menghubungi beberapa orang.

"Oke, besok!" Putus gadis itu melipat dua tangannya di depan dada dengan tatapan angkuh yang tertuju pada Allardo.

Pria itu mengangguk saja, meski ia sudah mulai paham dengan sikap semena-mena gadis di hadapannya ini tetap saja Allardo masih terkejut dikala Alexa melakukan hal yang sama sekali tak ia bayangkan sebelumnya.

"Tapi kita belum tau di mana dia berada," tutur Allardo.

"Saya tau! Jadi persiapkan saja diri anda untuk besok!"

Setelah itu Alexa melangkah meninggalkan ruangan tersebut tanpa mau repot-repot berpamitan pada sang pemilik.

***
Kali ini Ravin yang bertugas untuk membuat makan malam, meski dirinya yang lebih sering melakukan kegiatan itu di apartemen ini tapi Alexa pun pernah beberapa kali membuatkannya makan malam.

Gadis itu sudah bisa sedikit demi sedikit memasak untuk Ravin, walaupun ujung-ujungnya mereka akan bertengkar karena Ravin yang seringkali refleks mengomentari masakan Alexa yang terasa kurang sesuatu.

"Del, kata Damian mending gak usah, deh," ungkap Ravin setelah mengumpulkan keberaniannya mengatakan hal itu pada sang istri.

"Gak usah apa?" bingung Alexa.

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang