Expart 3

2.5K 195 55
                                    

"Del tau, gak?"

"Gak!"

Ravin berdecak sebal kemudian duduk di sebelah sang istri, ikut menikmati keindahan malam dari atas balkon rumah Damian.

"Tadi aku liat kucing," ungkap Ravin. Tak perduli Alexa akan mendengarnya atau tidak, yang penting ia telah bercerita.

"Hmm." Alexa bergumam saja seraya mengeratkan selimut tebal hingga menenggelamkan tubuh buncitnya. Menduga akan ada hal bodoh lagi yang akan menjadi pembahasan pria itu kali ini.

Seperti beberapa hari yang lalu, Ravin datang pada Alexa dengan wajah yang begitu serius. Entah Alexa yang begitu mudah tertipu atau Ravin yang pandai memainkan raut wajah, begitu meyakinkan.

"Tetangga sebelah ternyata hamil juga, Del. Ntar dia sama anak kita temenan, ya. Lumayan, loh, mereka banyak duitnya, diliat dari wajah orangtuanya pasti bibit unggul, calon-calon good looking"

Setelah itu pipi Ravin memerah meninggalkan bekas telapak tangan. Sampai sekarang Alexa tak ingin terlalu serius lagi dalam menanggapi celotehan Ravin.

Terkadang Damian pun merasa heran, Alexa adalah seorang istri, tapi yang begitu cerewet dan sering mengomel adalah Ravin.

"Kucingnya ternyata lagi hamil, Del."

Benarkan! Baru saja Alexa membahasnya.

"Maksudnya apa? Mau sama-samain aku sama kucing?! Mau bikin anak aku temenan sama anaknya kucing?!"

"E-enggak gitu, Del. Aku cum- "

"Bacot!"

Alexa berdiri, memeluk perutnya dengan satu tangan dan tangan lain menahan selimut agar tak terjatuh.

"Udah mau tidur, Del?" Ravin ikut masuk, mengunci pintu balkon kemudian berbalik menatap sang istri.

"Belum."

"Mau minum susu?"

Alexa menggeleng, membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk mereka. Sejak kehamilannya Ravin memang tak pernah lupa mengingatkannya untuk meminum vitamin serta susu, makan makanan bergizi seimbang dan tidur teratur. Ia merasa benar-benar kembali menjadi balita.

"Mau jalan?"

"Kemana?" Alexa bangkit bertanya dengan antusias, seakan lupa akan kekesalannya pada sang suami.

Melihat itu Ravin mendengus. "Giliran mau jalan, semangat banget!"

"Yaiyalah, Vin. Tiap hari di rumah emang kamu gak bosen?"

Pria itu mengangkat bahunya, tak menolak dan tak mengiyakan. "Asal sama kamu, aku kuat."

Ia beranjak menuju lemari tinggi berwarna putih dengan ukiran rumit, menggeser pintunya guna mencari cardigan tebal yang baru-baru ini ia beli untuk istrinya itu dan sampai sekarang tak pernah Alexa pakai.

Ravin sudah biasa.

"Aku gak mau pakai itu, ya!"

"Kenapa? Ini bagus, loh. Bahannya premium, tebal, dan lembut. Udah pernah di pakai sama Siska kol, loh. Cobain, deh, pasti mantap." Dibanding suami, Ravin lebih cocok disebut salesman, penjelasannya terdengar meyakinkan.

Sebelah sudut bibir Alexa terangkat memandang geli, jijik, sekaligus malu. Malu karena pria itu adalah suaminya.

"Warnanya jelek!"

"Hah? Ini warna biru gelap, Del. Warna kesukaan kamu," tutur Ravin. Membawa cardigan itu seraya mendekati istrinya, berusaha untuk membuat Alexa mau memakai barang pemberiannya.

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang