Sixteenth

1.8K 186 20
                                    

Dering ponsel baru tersebut tak dihiraukan si pemilik. Alexa masih asik membaca email di MacBook miliknya.

"Halo?" Sapa Ravin.

Ia cukup terganggu dengan dering ponsel sang istri, melihat tak ada pergerakan dari gadis itu akhirnya Ravin sendiri yang berinisiatif untuk menjawab telepon dari nomor baru tersebut.

"Dengan siapa ini?" tanya Ravin.

Pria itu diam sejenak, mendengarkan orang di seberang sana yang tengah berbicara.

"Diterima? Ap- "

Ponsel itu seketika berpindah tangan, dengan gesit Alexa berjalan menjauh dari sang suami.

"Oh, halo, Pak. Maaf saya baru datang dari luar jadi tidak membawa ponsel," jelas Alexa.

"Tidak apa-apa, saya hanya ingin menyampaikan bahwa setelah mempertimbangkan segalanya, kami menerima penawaran anda, Nona."

"Baik, Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha bekerja sebaik mungkin," tutur Alexa.

Ravin hanya memandangi tubuh Alexa dari belakang seraya melipat dua tangannya di atas dada.

Alisnya mencuram menerka-nerka, bukan karena ia tak menyimpan kepercayaan pada sang istri. Namun, akhir-akhir ini sikap gadis itu berbeda.

"Siapa?" Tanya Ravin setelah melihat Alexa telah selesai menelepon. "Kamu diterima apa?"

"Diterima kerja." Sumringah Alexa.

"Kerja? Kerja apa?"

"Ya kerja, lah!"

"Kerja apa! Perusahaan kamu mana?! Kenapa ngemis-ngemis kerjaan sama orang lain?"

"Dijual!"

Wajah sumringah gadis itu hilang digantikan dengan wajah datar, tangannya mengepal saat Ravin mempertanyakan perusahaannya.

"Kamu jual? Bukannya itu perusahaan impian kamu?"

Tak mau menjawab pertanyaan sang suami, Alexa memilih pergi dari hadapan pria itu. Niat hati ingin melanjutkan kegiatannya tadi, tapi tangannya langsung ditahan kuat oleh Ravin.

"Kenapa? Kamu aneh belakang ini, udah dari dua hari yang lalu, Del. Sejak kamu dari rumah Alicia dan ketemu dengan Marchel," jelas Ravin.

Mata tajam Alexa menatap mata teduh Ravin, membuat gadis itu tak jadi melampiaskan emosinya pada sang suami.

Pria itu ia peluk, wajahnya ditenggelamkan pada dada bidang Ravin. "Aku lagi ada masalah," bisiknya.

Ravin menunduk mencium puncak kepala sang istri, dipeluknya Alexa tak kalah erat dengan satu tangan mengusap punggung gadis itu menenangkan. Hanya ini yang bisa Ravin lakukan.

Hari ini weekend, artinya mereka tak ada pekerjaan dan akan memilih menghabiskan waktu di rumah saja.

Namun, setelah sarapan Alexa langsung kembali berkutat dengan MacBooknya, membuat Ravin heran. Tak biasanya Alexa seperti itu.

Tak ingin lama-lama berdiri, tubuh ringan Alexa ia angkat hingga gadis itu otomatis mengalungkan kakinya di pinggang Ravin.

Pria itu melangkah menuju sofa, membiarkan sang istri tenggelam di celuk lehernya nyaman.

"Masalah apa? Cerita sama aku, mungkin aku bisa bantu," tutur Ravin lembut.

"Sudah, aku bisa atasi sendiri," balas Alexa.

"Dengan menjual perusahaan kamu? Itu maksud dari kamu bisa atasi sendiri?"

"Justru itulah awal dari masalah!" jengkel Alexa.

Alis Ravin mengerut. "Kamu jual perusahaan kamu, terus kamu mempermasalahkannya, gitu?"

Alexa mendengus kasar, digigitnya leher sang suami hingga membuat pria itu menjerit sakit.

"AWW, DEL! Agresif amat!" Teriak Ravin.

"Makanya jangan nyebelin!" Sengit Alexa ingin beranjak dari pangkuan pria itu.

Namun, dengan cepat pinggangnya ditahan oleh Ravin. "Gak, Lo harus tanggung jawab!" garangnya.

"Tanggung jawab apa?! Emang gue hamilin Lo!"

"Lo yang bakal hamil!" Dengan cepat bibirnya melahap bibir manis Alexa. Satu tangannya melingkar di pinggang dan satu lagi menahan tengkuk gadis itu agar tak bergerak kemana-mana.

Ravin semakin memperdalam ciumannya, dibaringkannya sang istri di atas sofa. Ia tak memberikan Alexa celah sedikitpun untuk bergerak.

Suami dari Alexa itu tersenyum puas saat melihat wajah lelah Alexa yang berusaha menghirup nafas guna mengisi kembali paru-parunya.

Diusapnya bibir basah itu dengan ibu jarinya. Terakhir, Ravin memberikan kecupan singkat diujung bibir sang istri.

"Makanya jangan bandel, aku bisa bikin bibir ini bengkak kalau sampai kamu melanggar!" Peringat Ravin.

Alexa tak membalas, jujur ia menyukai perlakuan Ravin yang seperti ini. Namun, jika ia mengatakannya pada pria itu, pasti Ravin akan melakukan terus-menerus.

Kepala itu jatuh di atas dada Alexa. Ia tersenyum mendengar jantung yang berdetak cepat itu, sama seperti dirinya jika berada di dekat gadis kesayangannya ini.

Refleks tangan Alexa mendarat lembut di atas rambut Ravin, mengusapnya dengan pelan, membuat si pemilik seketika mengantuk.

Sangat nyaman.

Ravin seketika mengangkat kepalanya saat mendengar dengkuran halus dari sang istri. Ia terperangah kemudian tertawa kecil, bukankah harusnya dirinya yang tertidur.

Mungkin Alexa lelah. Gadis itu memang bangun pagi-pagi sekali tadi, tak seperti biasanya yang akan selalu terlambat berjam-jam.

"Sleep tight and i love you."

***

Pagi ini lagi-lagi Alexa datang ke kantor lamanya. Padahal, maksud kedatangannya waktu itu ingin memberikan Tuan Allardo penawaran sekaligus ingin mengambil barangnya yang tertinggal, tapi ia malah lupa.

Jadi di sinilah ia sekarang, di ruangan Tuan Allardo yang sepi. Mungkin pria itu sedang pergi, akhirnya Alexa memutuskan untuk mengambil barangnya tanpa mau repot-repot menunggu pria itu.

Persetan dengan sopan santun.

Ia berjongkok di depan sebuah meja, dibukanya laci yang berada di sana hingga terlihatlah barang yang ia cari.

Hanya sebuah bolpoin, namun harganya tak lazim untuk bolpoin. Jadi, Alexa harus menjaganya.

Benda itu juga hadiah dari Ravin.

Di bawah bolpoin tersebut ada sebuah bingkai, benda itu terbalik hingga membuat Alexa penasaran.

Dibaliknya benda tersebut hingga terpampang lah wajah Tuan Allardo dengan seorang wanita.

Wanita yang membuat Alexa seketika miring nan sinis.

"Jalang!"

Jangan lupa votemen 🌟
Jangan sider berdosa🙂
Thanks♥️

Salam
Alexa&Ravin💙

8 November 2020

Follow Instagram @Rega_asr

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang