Twenty-Five

1.6K 185 25
                                    

Sudah satu jam Ravin menunggu gadis itu membuka suara. Namun, ia masih tak mendengar apapun.

Sejak Alexa sadar dan telah diperiksa oleh dokter, hening masih terus menyelimuti. Di jam sekarang, Damian tak mungkin datang, pria itu tak akan bisa meninggalkan istrinya di tengah malam seperti ini.

"Del," panggil Ravin. Ia tau gadis itu marah padanya, tapi Ravin tak bisa jika tak mendengar suara Alexa.

"Del, maaf. Ini semua demi kamu!"

Sesaat setelah Ravin berkata seperti itu, Alexa seketika melirik tajam. Alasan seperti itu sudah muak ia dengar, selalu saja demi kebaikan dan sampai saat ini ia belum mendapatkan kebaikan itu.

"Aku janji setelah semuanya selesai, setelah semua kembali membaik, kamu bebas milih ingin memimpin perusahaan kembali atau apapun itu!" Tutur Ravin.

"Apa?!" Tanya Alexa. Matanya enggan menatap sang suami, pandangan itu lurus dan kosong. "Apa yang Lo maksud semuanya bakal selesai?! Rencana busuk Lo dengan Damian, right?!"

"Del, ini gak seperti yang kamu pikir." Ravin maju, mencoba menggenggam dua tangan mungil yang mengepal erat itu.

"Gue gak peduli dengan apapun rencana yang kalian buat, tapi tolong jangan ganggu kesenangan gue!" Lelah Alexa.

"Kalo gak gini, aku takut kamu kenapa-napa," jelas Ravin.

"Buktinya, gue tetap kenapa-napa, kan?!"

"Del ak- "

"Gue capek!" Gadis itu dengan cepat memunggungi Ravin, berbaring menggenggam erat selimut tebal itu tanpa ingin perduli tentang apa yang ingin disampaikan sang suami.

Alexa mengigit jarinya kuat saat bayangan sang ibu kembali memenuhi otaknya. Wanita itu, benar-benar persis seperti Ibunya.

"Anakku, apa kau ingat mama?"

Matanya ia pejamkan dengan erat berharap bayangan yang semakin bermunculan bisa hilang dari kepalanya. Nafas itu memburu seiring dengan suara-suara wanita yang semakin terdengar jelas di telinganya.

"Mama merindukanmu."

"Kemarilah!"

"Peluk mama."

"Kau marah, kan, saat mama pergi?!"

"Sekarang, mama telah kembali!"

Bukk Bukk Bukk

Kepalanya ia pukul-pukul lantaran kesal dengan bayangan bersama suara yang memuakkan itu.

Mengapa wanita sialan itu kembali di saat ia sudah tak membutuhkannya.

Pukulan itu terhenti saat tangan kekar Ravin menahan pergelangannya. Segera Alexa berbalik dengan tatapan tajam beserta nafas yang memburu.

"Jangan sakiti diri kamu," pinta Ravin. "Pukul aja aku, aku yang lebih berhak daripada dia," tuturnya mengusap dahi yang sedari tadi Alexa pukuli.

Alexa diam, tak berniat melakukan apapun dan sibuk dengan isi pikirannya.

Tak lama ia berucap, "Dia kembali!"

***

"Ravin."

"Vin."

"Ravin."

Pria itu mengerjap beberapa kali kemudian mengucek matanya yang masih memburam.

Ternyata yang memanggilnya adalah Angel, ia pikir Alexa.

"Di mana Alexa?" Tanya Angel.

Segera Ravin menoleh ke arah tempat tidur di mana Alexa tidur semalam. Benar saja, istrinya tak ada di sana.

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang