Expart 2

1.7K 140 10
                                    

"DEL," teriak Ravin. Matanya melotot memandang sang istri yang melompat ke atas tempat tidur dengan perut buncitnya. "Diem aja disitu! Diem!" jeritnya frustasi.

"Kenapa, sih?!" Balas Alexa tak kalah galak.

"Kasian, Del. Ntar dia mabuk di dalam sana." Telunjuk Ravin mengarah pada perut Alexa.

Sejak perutnya membesar, Alexa seketika melupakan kesedihannya.

Setiap bangun tidur langsung berjalan menuju kamar mandi, menatap pantulan tubuhnya di depan kaca besar. Mengamati setiap perubahan-perubahan yang ada pada tubuhnya.

Berangsur-angsur kondisinya membaik, berjalan pun sudah tak perlu berpegangan lagi meski tak bisa berdiri terlalu lama.

Seperti biasa, ia akan selalu lahap menikmati makanan. Tak peduli akan memuntahkannya lagi atau tidak, napsu makannya semakin bertambah sejak perut pada tubuh kecil itu membuncit.

"Mabuk apaan? Mabuk usus apa mabuk ginjal?"

Ravin mendelik. "Dih, sok asik!"

"Anj- "

Plak

Tamparan sayang mendarat di bibir merah Alexa. Membuat lipstik yang telah ia jaga agar tak terhapus menempel di telapak suaminya itu.

"Ngomong kasar lagi, awas!"

Dukk

Pembalasan, kepala batu Alexa dengan cepat membentur hidung bagian atas Ravin, membuat cowok itu meringis seraya mengusap hidungnya.

"Impas! Lipstik aku hilang gara-gara kamu!" Kembali ia meraih benda kecil itu, mengolesnya ke bibir hingga menjadi merah membara.

Ini merupakan salah satu keanehan wanita itu di masa kehamilannya, Alexa seolah terobsesi pada warna merah. Seperti baju yang tengah  dikenakannya sekarang.

Alexa kemudian turun dari tempat tidur, berjalan ke luar kamar menuju dapur. Hal itu tak luput dari pandangan Ravin, matanya terus mengamati setiap pergerakan istrinya.

"Mau makan lagi?"

Alexa mengangguk acuh, tangan lentik itu sibuk mencari sesuatu yang bisa dikonsumsi. Mengabaikan tatapan Ravin yang membuatnya cukup risih.

Pria yang kini duduk di kursi pantry itu menengguk ludah guna membasahi tenggorokannya. Melihat Alexa dengan gaun tidur satin semata kaki berwarna merah yang terlihat pas ditubuh hamil istrinya membuat Ravin harus kuat menahan diri. Apalagi bahu wanita itu terekspos jelas karena hanya terhalang tali tipis dari gaun tersebut.

Ia mengusap wajahnya frustasi, seakan sengaja ingin menggodanya padahal wanita itu masih asik dengan kegiatan membuat minuman. Tak sadar jika satu tali itu merosot ke lengan, menampilkan sedikit bagian atas dadanya.

Untung ini malam hari, kira-kira pukul sebelas yang artinya Damian telah larut dalam mimpinya hingga tak memergoki Ravin yang terus menatap Alexa penuh nafsu.

"Del," panggilnya dengan suara berat, serak, dan penuh tekan.

"Hmm?"

"Aku pengen," ucapnya ambigu.

Lantas Alexa menoleh, menatap bingung pria yang terlihat gusar di kursi pantry. "Pengen apa? Pengen makan juga?"

Ravin seketika menghela nafas pasrah, kepalanya mengangguk tak bertenaga. Alexa benar-benar tak peka. "Pengen makan buah," gumamnya pelan agar sang istri tak mendengar.

Memang dasarnya dapur sepi lantaran hanya mereka berdua di sini, itu membuat Alexa bisa mendengar penuturan Ravin. Lagi-lagi dua alisnya menyatu tak mengerti. "Ya kalau buah langsung ambil aja kali, tuh, di kulkas banyak."

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang