Seventeenth

1.7K 195 13
                                    

Pagi ini Alexa baru saja menyelesaikan sebuah meeting dan dirinyalah yang dipercaya oleh Allardo untuk memimpin. Pria dewasa itu memang tak segan-segan untuk memanfaatkannya. Andai ia tak sedang membutuhkan Allardo, sudah Alexa pastikan pria itu tak akan hidup tenang.

"Wow, saya tidak menyangka anda punya aura kepemimpinan yang cukup kuat, Nona," puji Tuan Allardo saat orang-orang telah pergi meninggalkan ruang rapat.

Pasalnya Alexa selalu berhasil membuat para petinggi yang merasa tak setuju dengan pendapatnya bungkam. Membungkamnya pun dengan cara yang terlihat berpendidikan, bukan cara murahan seperti ancaman atau suap.

"Saya memang terlahir untuk jadi pemimpin," sombong gadis itu.

Allardo tertawa kecil. "Benar, tapi kenapa anda memilih untuk bekerja sama dengan saya? Padahal, anda bisa membangun perusahaan lagi. Saya yakin anda punya uang yang lebih dari cukup untuk membangun perusahaan kembali."

Satu sudut bibir Alexa terangkat tipis. "Ada sesuatu yang harus saya selesaikan di sini!"

Dua alis Allardo menyatu bingung. "Apa?"

"Bukan urusan Anda!" balasnya kemudian berlalu.

Beberapa kali bertemu dengan gadis itu, Allardo jadi semakin paham dengan sikap angkuh Alexa. Namun, Ia tak mempermasalahkannya selama masih tak merugikan.

Dalam perjalanan, Alexa tiba-tiba merindukan sang ayah. Ia akhirnya memutar arah dan memilih untuk mengunjungi rumah Damian.

Baru kali ini gadis itu tiba dengan perasaan baik. Alexa tak pernah sebaik ini saat menginjakkan kaki di tempat sang Ayah.

Apalagi melihat istri Damian.

Ia tak akan sudi.

Tapi kini rasanya berbeda. Mungkin karena ia terlalu rindu dengan sang Ayah ...

atau ada rencana lain di kepala gadis itu!

***

"Tumben?" curiga Damian.

"Kenapa? Gak boleh? Ini juga rumahku, kan?" balas Alexa.

Damian mengangguk mengiyakan. Namun, hatinya masih was-was. Pasti ada sesuatu yang Alexa sembunyikan.

Gadis itu sulit sekali jika diminta untuk berkunjung ke rumahnya. Tapi hari ini gadis itu tiba-tiba saja datang tanpa perlu susah-susah dipaksa.

"Ohh, aku lupa menyapa ibu baruku. Halo Angel, bagaimana kabar ... bayimu?!"

Istri Damian seketika memeluk perut buncitnya. Merasa tak tenang melihat tatapan aneh Alexa yang ditujukan untuk bayi dalam perutnya.

"Alexa, jangan keterlaluan!" tegur Damian.

"Apa? Aku melakukan apa?!"

"Kamu menakutinya!"

"Cihh, berlebihan!" sinis Alexa.

"Mana Ravin? Kenapa kamu sendiri ke sini?" tanya Damian mencoba mengalihkan suasana.

"Kerja, dia bukan pemalas seperti kamu!"

"Angel send- "

"Alasan! Dia juga gak akan kenapa-napa! Jangan lebay!"

"Kamu sendiri kenapa gak kerja?" tanya Damian.

"Gak ada yang perlu dikerjakan!"

"Oh, benar juga. Dengar-dengar perusahaanmu dijual?"

Alexa mendengus, sudah dipastikan jika pelaku utama yang membeberkan segalanya adalah Ravin.

"Mau kubantu mencari Alicia?" tawar Damian.

"Gak perlu. Aku sudah tau!"

Dua alis Damian terangkat dengan bibir melengkung ke bawah. "Terus? Kenapa diam aja?"

Seketika gadis itu mengulas senyum. "Aku punya rencana."

"Rencana apa?"

Alexa mengangkat dua bahunya sebab enggan memberitahu pria yang notabenenya adalah Ayah kandungnya sendiri itu.

"Apa itu sangat rahasia, hmm? Sampai-sampai Ayah gak boleh tau?"

"Ayah lupa ada orang lain di sini?!" sinis Alexa melirik Angel.

Mendengar itu Damian menghela nafas berat. Kapan Alexa bisa menerima istrinya.

"Ohh, maaf, kalau begitu, Mama pamit ke kamar dulu. Silahkan lanjutkan obrolan kalian," izin Angel tak enak hati.

"Hmm," balas Alexa.

"Alexa, tolong hargai Angel. Dia sekarang istri sah ayah, Sayang," pinta Damian.

Alexa menggeleng. "Sebelum aku tau siapa dia yang sebenarnya, aku gak akan bisa menerima dia apalagi menghormatinya."

"Apalagi yang mau kamu tau dari Angel?" tanya Damian.

Seketika tubuh Alexa mendekati sang Ayah. Ditatapnya wajah pria dewasa yang semakin hari semakin tampan, untung saja pria ini Ayahnya.

"Aku gak tau ini salah atau tidak, tapi rasanya susah menerima Angel begitu aja. Dia harus melakukan sesuatu biar aku bisa percaya kalau dia gak berpura-pura seperti yang selama ini aku bayangkan!" Jelasnya.

Damian tersenyum menenangkan, ia paham perasaan anaknya. Melihat masa lalu kelam Alexa yang ditinggalkan Ibunya dengan penderitaan yang malang, gadis itu pasti masih menyimpan dendam serta trauma dengan seorang Ibu.

Apalagi Angel adalah orang baru yang sama sekali tak pernah Alexa temui sebelumnya.

"Ayah paham, tapi Ayah jamin Angel tidak seperti itu. Kamu tau, saat kamu menikah dan memilih tinggal di apartemen bersama Ravin, Angel datang mengobati rasa kesepian Ayah. Dia dulu bekerja di perusahaan besar, tapi dia rela berhenti bekerja demi menemani ayah, padahal dia tau Ayah seorang pria yang memiliki putri."

Alexa berdecih kemudian tertawa remeh. "Cuma itu pengorbanannya?!"

Damian menghela nafas lelah. "Terserah, yang jelas Ayah gak suka kamu seperti itu pada Angel."

Anak perempuan Damian itu mengangkat dua bahunya acuh seraya menatap kuku-kuku tangannya. "Kalau dia yang seperti itu sama aku, gimana?"

"Itu gak akan pernah terjadi, Angel terlalu baik."

Gadis itu tertawa pelan dan semakin lama malah semakin keras. "Damian, Lo buta?! Gak ada yang namanya orang baik di dunia ini! Kalaupun ada, pasti ada maksud lain di balik kebaikannya itu!"

"Jadi maksud kamu Angel pura-pura baik?" tanya Damian masih menahan kesabaran.

"Ya, who knows."

"Jaga mulutmu!" jengah Damian yang akhirnya berdiri dari duduknya. "Cari bukti sebelum menuduh orang, Alexa!"




"Sikapmu yang seperti ini bisa menghancurkan mu suatu saat nanti!"

Jangan lupa votemen 🌟
Jangan sider
Dosaaa😉

Salam
Alexa & Ravin💙

3 Desember 2020

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang