fifteenth

1.8K 192 10
                                    

Alexa, gadis manis nan cantik itu kini berdiri menikmati semilir angin di balkon kamarnya. Padahal malam telah larut, tetapi tak ada keinginan sama sekali untuk masuk dan menghangatkan diri di bawah selimut tebal.

Sebenarnya ia pun masih menunggu Ravin pulang. Pria itu belum menampakkan wajahnya sama sekali, padahal seharusnya Ravin sudah pulang sejak sore tadi.

Ingin menghubungi pun ia tak bisa, ponselnya telah hancur berkeping-keping tak berbentuk.

"Haahh!" Ia menghela nafas panjang. Hari ini cukup melelahkan meski hanya menendang pintu rumah Alicia saja.

Ia berbalik, membuat gaun tidur panjang yang terlihat begitu lembut itu berkibar akibat terpaan angin.

Tepat saat ia masuk, terlihat Ravin pun masuk ke dalam kamar.

"Del, kamu darimana?"

"Bukannya aku yang harus tanya itu? Ini udah larut loh, Vin!" tutur Alexa.

"Aku cari kamu, Del. Kemana aja kamu siang tadi? Aku ke kantor dan karyawan kamu bilang kalau kamu lagi pergi," jelas Ravin lelah.

Sejak kejadian melihat hancurnya ponsel Alexa, ia menjadi khawatir dengan sang istri. Takut-takut Alexa berbuat nekat dan bisa merugikan banyak orang bahkan diri dia sendiri.

"Aku gak kemana-mana, hanya ke rumah Alicia setelah itu aku pulang," jujur Alexa.

"Ke rumah Alicia? Tumben?" heran Ravin.

"Aku punya urusan penting sama dia, tapi dia malah menghilang! Ohiya, setelah ke rumah Alicia, aku ketemuan sama Marchel."

Mendengar nama itu membuat dua alis Ravin mencuram tak suka. "Ngapain ketemu dia?!"

"Kenapa? Salah kalau aku ketemu teman lama?"

"Kenapa gak ajak-ajak?! Dia juga teman aku," balasnya.

Alexa mengangkat satu alisnya seraya tersenyum miring. "Gak penting!"

Gadis itu kemudian berjalan ke atas kasur, menarik selimut dan berbaring menyamping meninggalkan Ravin yang masih berdiri di depan pintu kamar.

"Del, aku lihat ponsel kamu hancur. Itu kenapa?" tanya Ravin lagi.

Kali ini ia sudah tidak berdiri di depan pintu lagi. Pria itu telah bergegas membuka pakaian kantornya untuk mandi.

"Udah jelek! Aku gak suka!"

"Itukan baru beberapa hari kamu ganti, Del. Ponsel itu juga pilihan kamu sendiri, kenapa tiba-tiba jadi gak suka?" ucap Ravin tak habis pikir.

"Aku ngantuk!"

Mendengar itu Ravin hanya bisa menghela nafas pasrah. Mungkin ia bisa bertanya di lain waktu. Mood Alexa sepertinya sedang kurang baik.

Ceklek

Mendengar pintu kamar mandi yang tertutup membuat gadis itu bergegas bangkit. Tangannya meraih ponsel Ravin yang pria itu simpan di atas nakas.

Dengan hening ia berjalan menuju balkon, tangannya terlihat lihai mencari kontak seseorang di ponsel tersebut.

Sampai di balkon, ia menempelkan benda persegi itu di telinga, menantikan sambungan terhubung.

"Gimana?" tanya Alexa tanpa mau basa basi.

"Sudah ketemu, semua yang Lo mau udah gue kirim lewat email."

Seketika senyum manis gadis itu terbit tanpa bisa ia tahan. "Oke, nanti gue cek. Thanks honey, you are the best."

"Siapa itu?!"

Alexa tersentak kaget kemudian berbalik dengan cepat, ternyata telah ada Ravin yang berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat di depan dada, handuk masih menggantung di pinggang pria itu, bahkan air masih menetes dari rambut hitamnya.

"Temen!"

"Honey? You are the best? Begitu caranya berteman?" sarkas Ravin.

"Ini perempuan, bodoh!"

"Perempuan?! Gak ada perempuan manapun yang mau berteman sama kamu selain Rachella dan Alicia. Rachella sekarang sudah gak ada, sedangkan Alicia? Kalian gak sedekat itu."

Alexa mendengus kasar saat apa yang dikatakan suaminya benar. Jujur ia malas berdebat, tapi mau bagaimana lagi Ravin begitu memahami dirinya.

Setelah mengatakan jika dirinya menghubungi Marchel, pastilah pria itu akan marah lagi.

Ponsel itu ia berikan pada sang pemilik. Kakinya dengan cepat melangkah kembali ke tempat tidur, membiarkan Ravin melihat sendiri siapa yang baru saja ia hubungi.

"Marchel lagi?! Jangan bilang kamu selingkuh sama dia, Del."

"Gak! Jangan asal nuduh, ya!"

"Kalau kamu gak mau jujur, aku sendiri yang akan membuktikannya!"

***
Langkah kaki beralaskan high heels nan anggun itu menghentak-hentak menciptakan suara khas yang memancarkan keangkuhan.

Si pemilik terlihat begitu tenang dengan wajah datar meski perasaannya sedang menggebu-gebu sekarang.

Tak

Suara langkah heels itu berhenti tepat di depan sebuah pintu. Pintu yang akan menghubungkan dirinya menuju suatu ruangan.

Dibukanya benda itu tanpa mengetuk terlebih dahulu, membuat si pemilik berdecak marah melihat ketidaksopanannya.

"Maaf mengganggu pagi Anda yang begitu cerah ini," tutur Alexa memasang senyum formal layaknya bertemu klien bisnisnya.

"Anda perlu apa?" Tanya pria yang kini merasa terganggu dengan sikap tidak sopan gadis itu.

"Hanya ingin mengambil beberapa barang yang tertinggal, sekaligus ingin membawa kabar baik untuk Anda," balasnya mendekati pria itu.

Alexa duduk tepat di depan Tuan Allardo, pemilik baru perusahaannya. Dan ruangan ini adalah ruangan di mana ia sering menghabiskan waktu jika tengah sibuk dulu.

"Kabar apa itu?"

"Emm, tak begitu baik, sih. Tapi bisa untuk membuat beban Anda berkurang."

"Apa itu? Jangan berbelit-belit, langsung saja pada intinya!"

"Jadi saya ingin berinvestasi di sini. Karena perusahaan ini sebelumnya milik saya, jadi hanya saya yang tau apa kekurangan serta kelemahan perusahaan ini. Jika anda bersedia, saya bisa menjadi orang kepercayaan Anda untuk mengembangkan bisnis ini. Tak perlu ragu, sudah ada beberapa sertifikat yang saya terima atas keterampilan saya. Bukan bermaksud sombong, hanya memberi informasi saja," jelas Alexa.

Bukan karena memerlukan pekerjaan hingga ia rela mengemis pada pria itu. Namun, ada rencana yang harus dilakukan dengan bantuan. Dan orang yang tepat untuk hal itu adalah Tuan Allardo.

Pria berumur itu nampaknya tengah mempertimbangkan penawaran Alexa. Terbukti saat mata berlapis kacamata itu meneliti penampilan anggun gadis itu.

"Bagaimana, Tuan?"

Tuan Allardo mengangguk-angguk meneliti. "Akan saya pertimbangkan, Nona."

"Baiklah kalau begitu, hubungi saya secepatnya jika Anda memerlukan bantuan saya," tutur Alexa menyodorkan kartu namanya. "Saya permisi."

Ia berbalik, menutup pintu dengan kencang kemudian kembali berjalan dengan gaya angkuh seperti biasa, tapi kali ini wajah itu tak datar melainkan menampilkan senyuman penuh kemenangan.

Ada sesuatu yang direncanakan otak licik itu!

Jangan lupa votemen 🌟
Please jangan sider 🙂
Thanks💙

Salam
Alexa & Ravin♥️

26 Oktober 2020

Follow Instagram @Rega_asr

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang