Twelfth

2.1K 215 18
                                    

"Siapa kamu sebenarnya?"

"Aku? Kenapa kamu tiba-tiba jadi lupa ingatan, Honey?" Tutur Alexa dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

David menggeleng. "Kamu tau darimana tempat ini?"

"Tau darimana?! Aku dulu tinggal di sini, Sayang. Semua benda yang ada di dalam ruangan ini adalah punya aku," balas Alexa lagi. Tangannya membuka laci nakas, meraih sebuah foto berbingkai indah dari dalam sana. "Ini aku, Dev."

Dua tangan David seketika mengepal kuat. Hanya satu orang yang selalu memanggilnya dengan sebutan Dev, selain itu tak seorangpun yang tau.

Dan orang itu bukanlah Alexa!

"Kenapa? Terkejut?" tutur Alexa. "Lihat! Kita begitu romantis di foto ini." Alexa tersenyum manis, matanya begitu berbinar melihat keterdiaman David.

"Dev, kamu udah lupa sama aku? Ini aku, Sayang. Pacar yang paling kamu cinta ... Rachella!" bisiknya diakhir kata.

David menggeleng, matanya memandang tak percaya. Dia Alexa bukan Rachella. Mereka berbeda, tak ada kemiripan sama sekali di wajah mereka kecuali sikapnya.

"Sejak kejadian itu, aku merubah penampilan," ucap Alexa seolah-olah bisa membaca pikiran David.

"Jangan bohong! Rachella sudah mati!"

"Oh, ya?" balas gadis itu seolah begitu terkejut. "Lalu aku siapa? AKU SIAPA BRENGSEK!"

Kaki Alexa berjalan maju merapat pada pria itu. Digenggamnya dengan kuat dasi milik David kemudian berbisik tajam, "aku di sini! Masih diberi kehidupan untuk membalaskan perbuatan licikmu, sialan!"

David tertawa sinis. "JANGAN BOHONG! RACHELLA SUDAH MATI! AKU SENDIRI YANG MEMBUNUHNYA DAN PERGI SETELAH DIA BENAR-BENAR TAK BERNYAWA! DOKTER SEPERTIKU TAK MUNGKIN SALAH!"

"Yeahh, kata-kata ini yang gue tunggu dari tadi." Gadis itu tersenyum puas, ia berbalik melangkah menuju sebuah meja dan mengambil benda yang bersembunyi di balik sebuah pajangan.

Kamera.

"Bersiap untuk jatuh miskin, Dokter David yang terhormat," tantang Alexa. "Mulai sekarang kita udah gak punya hubungan apa-apa lagi, seorang Alexandra gak mungkin mau berhubungan dengan orang rendahan seperti Anda!"

Mendengar hal itu emosi David seketika naik hingga kepala, dirinya merasa tertipu. Di saat ia sudah ingin menjalin hubungan dengan serius, tapi gadis itu malah mempermainkannya.

"BERIKAN!" sentak David.

"Gak semudah itu! Serahkan diri kamu ke penjara atau video ini akan tersebar luas!" ancam gadis itu.

"Berani sekali!" sinis David meremehkan. Seorang Dokter profesional tak akan mudah tunduk di bawah perintah gadis sombong macam Alexa.

David melangkah lebar menghampiri Alexa, memojokkannya kemudian dengan cepat tangan pria itu mencengkram kuat leher putih Alexa.

Tangan David yang kosong segera merampas kamera yang berada di genggaman gadis itu seraya memperkuat cengkramannya.

"Lep-as brengsek!" geram Alexa berusaha melepas cengkraman kuat David di lehernya.

Bukannya menurut, David malah semakin memperkuat genggamannya. Tak peduli jika wajah gadis itu sudah memerah dengan mata berair. Siapapun yang tau rahasianya pantas mati.

Meski itu orang yang dicintainya sekalipun!

Alexa berangsur-angsur melemah, tubuhnya merosot begitu saja ke lantai. Ia beberapa kali menggeleng demi melepas pegangan David.

Perlahan, paru-parunya mulai kosong. Oksigen benar-benar sudah tak bisa ia hirup lagi, seiring kuatnya cengkraman itu kesadaran Alexa pun semakin menipis.

Hingga hilang ditelan kegelapan.

***

"Bodoh!" marah Ravin.

Bagaimana jadinya jika tak ada orang yang menemukan Alexa di dalam sana. Gadis itu suka sekali bertindak tanpa memikirkan resikonya matang-matang.

Jika Ravin kini masih dalam mode marah sekaligus cemas dan panik, si pelaku malah duduk dia di atas tempat tidur seraya menikmati makanan yang dibawakan suaminya.

"Gak usah lebay!" Sinis Alexa.

"Lebay? Kamu hampir mati di dalam sana sendirian, kamu malah bilang lebay?!" Ucap Ravin tak habis pikir.

"Tapi sekarang aku masih hidup, Vin. Udah lah, kenapa mesti diperpanjang sih masalahnya!" Balas Alexa jengah.

"Gimana gak diperpanjang kalau kamu sudah mempertaruhkan nyawa tapi gak dapat apa-apa? Kenapa kamu bertindak tanpa berfikir, hah?! Dia itu laki-laki, tenaga kamu gak akan sebanding sama dia!"

Mendengar itu Alexa seketika memutar bola matanya malas. "Cerewet! Tenaga gue emang gak sebanding sama dia! Tapi ini ...," tunjuknya ke arah kepala. "otak dia gak sebanding sama gue!"

Ravin seketika terdiam. Sudah beberapa tahun mereka bersama, tapi ia masih belum bisa menebak setiap isi otak licik Alexa.

"Apalagi yang kamu lakuin tanpa sepengetahuan aku?" tanya Ravin.

Sebelah sudut bibir Alexa terangkat, bibirnya ia gigit menggoda dengan telunjuk yang terus bergerak seolah-olah meminta Ravin untuk mendekat.

Karena penasaran, pria itu akhirnya mendekat. Telinganya didekatkan ke arah bibir Alexa guna mendengar bisikan gadis itu yang sialnya begitu seksi di telinga Ravin.

Hening.

Ravin masih mendengar dengan seksama, hingga sudut bibirnya ikut tertarik.

"Gimana?"

"Pinter, tapi aku tetep gak suka cara kamu!" tegas Ravin.

Membuat Alexa mendengus sebal. "Ngomong-ngomong, tadi David ngelamar aku," ucapnya.

"BRENGSEK! BERANINYA DIA!"

"Udah gue bilang gak usah lebay!"

"Aku gak lebay, Alexa. Ini refleks," jelas Ravin.

"Mending kamu diam biar aku gak makin emosi!" sabar Alexa. Baru kali ini ia harus menahan amarah jika berbicara dengan seseorang.

"Dosa, kalau kamu emosi sama suami. Harusnya suami kayak aku disayang-sayang, di peluk pakai cinta," tuturnya ngelantur.

"Aku gak suka meluk orang berisik!"

"Yakin?" tanya Ravin menantang.

"Hmm."

Seketika senyum miring terbit di bibir pria itu. Senyum yang terkesan ...

Misterius.

Jangan lupa votemen 🌟
Makasih buat yang selalu nunggu cerita ini ♥️♥️♥️

Salam
Ravin&Alexa💙

8 Agustus 2020

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang