End

2.1K 173 52
                                    

"BRENGSEK!"

BUGHH

Ravin menarik kuat tubuh pria yang berada di atas istrinya, memberikan pukulan kuat hingga pria itu tersungkur di lantai.

Amarah semakin meledak saat tau siapa pelaku yang telah berani menyentuh Alexanya.

BUGHH

BUGHH

BUGHH

BUGHH

Ravin yang dibutakan oleh kemarahan tak membiarkan pria itu bernafas barang sejenak. Tinjuan demi tinjuan ia layangkan tanpa ampun, tak perduli akan sehancur apa wajah itu nantinya.

"BAJINGAN TAK TAU MALU! BRENGSEK LO MARCHEL! GUE GAK AKAN BIARIN LO HIDUP DENGAN TENANG!"

Sentuhan terakhir membuat beberapa gigi Marchel terlepas, Ravin benar-benar tak main-main menghajarnya. Wajah Marchel bahkan sudah tak berbentuk akibat ulahnya, mungkin tulang pipi beserta tulang hidungnya telah patah.

Bukan lagi lebam biru keunguan yang pria itu tinggalkan melainkan luka-luka yang membuat wajah itu dipenuhi oleh darah.

Ravin beralih menatap keadaan sang istri yang jauh dari kata baik. Dengan tubuh setengah telanjang meski masih tertutupi sebuah bra, tubuh yang penuh dengan kissmark membuat tangan Ravin mengepal kuat, bibir pucat itu membengkak.

Paling menyedihkan adalah dahi yang dialiri darah segar hingga merembes ke pipi dan telinga.

Untung Ravin tak menerima ajakan para kliennya untuk makan siang bersama. Apa jadinya jika ia datang terlambat sedikit saja.

Mengabaikan rasa sakit di hatinya melihat keadaan sang istri yang mengenaskan terlebih telah disentuh oleh pria lain. Ravin memilih menggendong tubuh tak berdaya yang dibalut selimut itu keluar menuju mobilnya mengabaikan tatapan orang-orang.

Satu tangan yang bebas ia gunakan untuk menghubungi Damian melalui ponsel Alexa yang ia lihat tergeletak di lantai tadi.

Sebab ponselnya menghilang entah kemana!

***
"Apa yang sebenarnya terjadi, Ravin?" tanya Damian saat tiba di rumah sakit setelah urusannya selesai.

Urusannya untuk menghabisi Marchel.

Sebenarnya ada rasa tak percaya saat pria yang selama ini membantu Alexa dengan tulus melakukan hal sekejam itu. Ia bahkan tak dapat melihat tatapan obsesi Marchel saat memandang putrinya.

Marchel benar-benar menyembunyikannya dengan apik. Ia tak tau apakah pria itu masih hidup, yang terakhir ia lihat bahwa pria itu sudah tak bernafas setelah memberinya sedikit pelajaran.

Ya, hanya sedikit. Karena Damian yakin luka-luka yang Marchel dapat sebelum ia menemuinya adalah ulah Ravin, sedikit meringis saat melihat kondisi itu. Tapi amarah di hatinya lebih mendominasi sehingga membuat Damian enggan membantu dan malah menambah beberapa luka di sana.

Ravin sebenarnya masih dilanda kekhawatiran. Perasaannya terasa sulit untuk dijelaskan, hatinya nyeri melihat hal yang bisa ia cegah seandainya ia tak pergi meninggalkan sang istri seorang diri.

Bagaimanapun Alexa masih dalam kondisi pemulihan, wanitanya pasti tak dapat berbuat banyak untuk melawan.

Perlahan Ravin menjelaskan pada Damian, tentang dirinya yang meninggalkan Alexa sampai saat ia menemukan Marchel yang menikmati setiap inci tubuh istrinya.

Pria itu bahkan tak bisa membendung kesedihannya, merasa bodoh saat mengingat tatapan menenangkan sang istri saat ia akan pergi.

Ravin bahkan tak pernah membayangkan dirinya melihat kondisi Alexa yang seperti ini lagi.

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang