Twenty-Second

1.4K 155 15
                                    

Alexa dan Allardo sama-sama diam, masing-masing sibuk dengan pikiran mereka. Tak ada yang berniat memulai pembicaraan guna menghilangkan keheningan.

Mobil kini telah memasuki kawasan tak berpenghuni, membuat suasana semakin mencekam. Mereka memilih rute ini karena cukup dekat dengan tujuan. Alexa lah yang memberi saran, Allardo hanya mengikuti saja.

Merasa situasi sudah cukup aman, Allardo menghentikan mobilnya. Pria dewasa itu menatap Alexa sekilas kemudian kembali menatap depan.

"Siapa anda sebenarnya?"

Pertanyaan yang keluar begitu saja dari seorang Allardo berhasil membuat kening Alexa mengerut bingung. "Maksudnya?! Bukannya anda tau siapa saya?"

Allardo menggeleng, senyum sinis terukir di wajahnya. "Saya salah menilai Anda!"

"Salah?"

"Darimana anda mendapatkan benda itu?! Tak ada yang bisa memilikinya selain saya!" tutur Allardo menatap Alexa tajam.

"Benda apa?" tanya Alexa masih berusaha memahami maksud dari pria itu.

"Jangan berpura-pura, anda ingin menjebak saya, right?!" Allardo terkekeh sinis. "Saya yang akan lebih dulu menghancurkan anda!"

Gadis yang sedari tadi menatapnya heran berdecih sinis. Mata tajam itu seolah ingin menusuk kuat tubuhnya.

"Sekarang bukan waktunya untuk curiga, Allardo!"

***

"Oohhh, di sini?! Menjijikkan!"

Alexa melangkah mendekati tempat tersebut. Ia masuk, dengan langkah lebar dan kuat. Tujuannya hanya satu ...

Kamar di lantai tiga.

Ya, ia sekarang berada di sebuah hotel yang jauh dari riuh perkotaan. Untuk pergi ke tempat ini, Alexa harus menghabiskan waktu selama satu jam di perjalanan.

Langkahnya berhenti tepat di depan sebuah pintu ber-angka ratusan. Ditatapnya Allardo dengan maksud bahwa ini adalah bagian pria itu.

Mereka akhirnya bertukar posisi, Allardo berada di depan pintu sedang Alexa bersandar di dinding samping pintu menyembunyikan diri saat Alicia akan mengintip tamu yang berkunjung.

Bel telah Allardo tekan, matanya masih menatap Alexa yang terlihat memainkan kuku-kuku tajamnya.

Lama menunggu akhirnya pintu terbuka, menampilkan Alicia yang memandang pria itu dengan wajah kebingungan.

"Tuan Allardo? Baga- "

Belum sempat Alicia menyelesaikan ucapannya, Alexa sudah lebih dulu menerobos masuk dengan mencengkeram erat lengan Alicia. Dilemparnya tubuh gadis itu dengan kasar tanpa perduli wajah pucatnya akibat terkejut.

"A-alexa?"

Tak sudi namanya disebut oleh perempuan munafik seperti Alicia, kakinya bergerak untuk menendang dada gadis itu hingga Alicia jatuh berbaring.

Wajah datar serta tangan mengepal itu tak luput dari tatapan Allardo, ia yakin jika gadis ini memang telah memendam kebenciannya sejak lama.

"ALEXA!"

Kakinya dihempas begitu saja oleh seorang pria yang baru saja tiba, dan iti tak membuat Alexa takut sama sekali.

"Halo, Pacar Ketiga?" Sarkas Alexa menyapa pria itu dengan panggilan saat mereka dekat dahulu.

"Lo gak pernah berubah, Alexa!" Tutur pria itu membantu Alicia bangkit.

Mendengar itu, Alicia turut berjongkok menyamakan tinggi mereka. "Kenapa gue mesti berubah?! Apa semua orang harus berubah?! Berubah menjadi penghianat seperti kalian!"

"Gak ada yang berkhianat di sini," elak pria itu.

Tawa sinis seketika terpatri di wajah dingin Alexa. "Memang gak ada! Gue yang terlalu bodoh karena percaya sama cewek gak tau diri ini!" Telunjuk Alexa mendorong kuat kening Alicia.

Pria itu mendorong Alexa hingga gadis itu tersungkur di lantai. Namun, yang namanya Alexa tak akan bisa kalah, dengan segera ia bangkit membalas perbuatan pria yang sedari tadi sangat-sangat membela Alicia.

"UDAH STOP!" lerai Alicia. "Alexa jangan ganggu Kevin! Semua ini salah gue!"

Pria itu adalah Kevin, saudara kembar Kelvin serta sahabat Ravin dan Alexa.

"Emang Lo yang salah! Lo adalah perempuan gak tau diri yang pernah gue temui selama hidup gue!" Bentak Alexa. "Ingat masa lalu Lo yang menjijikkan itu, dasar nerd sialan!"

"Alexa jaga ucapan Lo!" sela Kevin tak suka.

"Kenapa?! Emang bener, kan? Tanpa gue, dia pasti akan jadi gelandangan atau bahkan jadi pela- "

PLAKK

Tanpa Alicia sadari, tangannya malah mendarat mulus di pipi Alexa. Ia seketika tersentak kaget, gadis di hadapannya saat ini pasti sudah mendidih akibat ulahnya.

Belum sempat jari-jari dengan kuku tajam itu menyentuh permukaan wajah Alicia, Kevin sudah lebih dulu menahan tangannya dan berdiri menjadi benteng.

"Kenapa, sih?!" Jengah Alexa. "Gak usah ikut campur, bisa, kan?! Ini urusan gue sama si brengsek itu!" Marahnya.

"Urusan dia adalah urusan gue juga!" Tegas Kevin. "Dia tunangan gue!"

Alexa mundur beberapa langkah, memandang Kevin dengan ekspresi seolah melihat sesuatu yang menjijikkan. Sejak kapan seorang Kevin bisa menyukai gadis penipu itu.

"Kenapa Lo bodoh?! Banyak perempuan yang lebih baik, cewek murahan seperti dia gak pantes buat Lo!"

"Dia sama sekali gak murahan! Dia juga gak seperti yang Lo pikirkan! Penipu, pengkhianat, brengsek, dia sama sekali gak bisa menerima sebutan seperti itu! Justru Alicia yang paling pantas buat gue, karena cuma dia yang mau berkorban dan rela dibenci demi kebaikan seseorang!"

Tatapan Alexa terfokus pada mata pria itu, ia tau bagaimana Kevin saat berbohong, tapi kali ini pria itu terlihat benar.

"Gue gak peduli! Demi kebaikan siapapun itu gue gak akan bisa membebaskan dia! Dia yang udah buat gue jadi seperti ini! Kepercayaan yang udah gue berikan malah dia hancurkan gitu aja! Gue gak akan pergi sebelum dia pergi ...

dari dunia ini!"

"Jaga bicaramu! Jangan buat gue berlaku kasar sama lo, Alexa!" ungkap Kevin dengan amarah tertahan.

"Kenapa gak Lo minta tunangan Lo aja yang jaga sikap! Jangan mentang-mentang gue beri kepercayaan terus dia bisa dengan mudahnya menjual perusahaan gue! Apa orang seperti itu pantas ada di dunia ini?!"

"Lo pikir atas dasar apa Alicia menjual perusahaan Lo? Kenapa juga dia mesti menjualnya sedangkan mengambil alih perusahaan itu lebih menguntungkan! Alicia gak akan punya keberanian kalau gak ada orang berpengaruh di kehidupan Lo yang mendukung dia di belakang!"

Seketika pikiran Alexa terbuka, tiba-tiba ingatan tentang dirinya yang melihat Alicia dan Kevin malam itu kembali terbayang.

Benarkah dugaannya?

Satu cara untuk memastikan yaitu datang dan menanyakan pada orang itu secara langsung.

Alexa dengan segera berbalik, melangkah lebar menuju Allardo. Tangannya meraih kunci mobil yang berada di saku pria itu dan pergi tanpa berbicara apapun.

Tak ingin ditinggalkan, Allardo kemudian ikut berlalu mengejar Alexa yang sudah lumayan jauh darinya.

Meninggalkan Kevin dan Alicia yang terdiam mematung. Akibat kelalaiannya, gadis itu jadi tau yang sebenarnya.

Ia harus segera memberitahukan orang tersebut!


Jangan lupa votemen 🌟
Jangan lupa tinggalkan jejak 😉
Thanks💚

Salam
Ravin&Alexa❤️

Rabu, 3 Februari 2021

Follow Instagram @Rega_asr untuk informasi cerita saya yang lain👍

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang