Thirty One

1.4K 159 36
                                    

Sangat mudah bagi Damian maupun Allardo untuk menangkap Angel. Lagipula akan kemana wanita itu jika benar-benar pergi, dia bahkan tak membawa uang sepeserpun.

Dan di sinilah ia berakhir, kembali ke tempat di mana sebelumnya kejahatan Angel dibongkar. Yang berbeda hanya ada mereka bertiga di sini, tak ada yang tau kemana perginya Ravin, Alexa, Marchel, dan wanita yang menyerupai ibu dari Alexa.

"Maaf Damian, aku minta maaf. Tolong jangan sakiti aku, anak ini masih harus lahir," mohonnya. Meski dalam keadaan terikat, Angel masih berusaha untuk berlutut di hadapan pria itu.

"Gak ada yang akan menyakiti anak itu jika kamu jujur apa yang terjadi sebenarnya!"

Angel mengangguk patuh, ia segera menceritakan segalanya. Mulai dari dirinya yang berpura-pura tulus pada Damian hingga pria itu memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Angel pikir dengan menikah tak akan ada lagi hambatan untuknya mendapatkan apa yang ia cari dari Damian.

Harta.

Ternyata ia salah, anak perempuan Damian tak seperti yang ia pikirkan. Gadis itu sangat sulit untuk dipengaruhi pikirannya hingga tak bisa ia kendalikan seperti Damian.

Padahal, niatnya hanya ingin menikahi Damian setelah itu akan ia ceraikan saat berhasil mendapatkan apa yang ia mau. Kemudian kembali pada Allardo yang notabenenya orang yang benar-benar ia cintai.

Namun, seiring berjalannya waktu. Seiring banyaknya perhatian-perhatian yang diberikan oleh Damian serta ketulusan pria itu membuat Angel melupakan tujuan awalnya.

Hanya Alexa yang selalu membuat ia teringat akan kejahatannya. Kehadiran anak dari Damian itu selalu membangkitkan sisi lain dirinya untuk menjadi seseorang yang munafik.

Tingkah Alexa selalu bisa membuat ketulusannya lenyap tergantikan dengan pikiran yang tertuju untuk menyingkirkan gadis itu.

Dan mungkin, rencana terakhirnya itu telah bereaksi.

***
Yang Ravin rasakan saat ini adalah takut. Takut kehilangan Alexanya dan takut tak bisa melihat calon anaknya. Situasi yang ia hadapi saat ini membuat pria itu tak dapat berfikir jernih, pikiran-pikiran negatif memenuhi kepala Ravin.

Bagaimana jika dokter tak bisa menyelamatkan istirnya.

"Udah, Alexa pasti gak apa-apa." Ungkapan Marchel sama sekali tak membantu menghilangkan ketakutan Ravin.

Dua pria berbeda karakter itu sama-sama duduk di kursi tunggu, satu dengan tatapan gusar yang terus mengarah pada pintu ruangan di mana Alexa ditangani dan satu terlihat tenang mencoba menenangkan temannya itu.

Mereka memang tak begitu dekat, bahkan dulu Marchel adalah pria pertama yang Ravin benci sebab bisa disukai oleh Alexa dengan mudah.

Meski begitu Marchel tak pernah mengambil hati tatapan tak suka Ravin setiap mereka bertemu dalam situasi apapun, pria itu ia anggap sebagai temannya meski tak pernah bertegur sapa semasa sekolah dahulu.

"Gue takut, Alexa segalanya buat gue," ungkapnya setelah berperang dalam hati untuk menceritakan keresahannya pada pria itu atau tidak.

Matanya bahkan berkaca seraya keluarnya suara yang bergetar menahan emosi yang hampir tak bisa ia bendung.

"Alexa cewek kuat, Vin. Lo harusnya percaya kalau Alexa bisa lewatin ini semua."

Pria yang matanya tengah memerah itu menghela nafas panjang, mencoba menghentikan degupan jantungnya yang terus berdetak takut, berharap perkataan Marchel benar adanya.

"Lo beruntung punya Alexa," tutur Marchel. "Dia cewek terkuat yang pernah gue kenal. Alexa satu-satunya cewek yang berhasil buat gue lupa dengan masalah hidup gue!"

Di mata orang-orang Marchel memang terlihat seperti playboy kelas atas yang kemana-mana akan menggoda gadis-gadis cantik. Tapi sebenarnya tak semua gadis ia perlakukan seperti itu, hanya Alexa.

Sejak ia memasuki kelas, menjadi murid baru yang kemudian diangkat menjadi ketua kelas menggantikan ketua kelas terdahulu karena telah pindah sekolah. Sejak itu ia terpaku pada seorang gadis datar yang duduk di bangku terdepan.

Di meja guru.

Marchel tau gadis itu sedang dihukum, tapi adakah murid yang dihukum tapi malah memperlihatkan sikap yang terlampau santai.

Sikap unik itulah yang membuat Marchel tertarik. Semakin hari ada saja perilaku gadis itu yang berhasil membuat Marchel jatuh berkali-kali ke dalam pesonanya.

Alexa cerdik, dia pandai dan berani.

Ravin menoleh menatap pria di sebelahnya, menerka-nerka apa maksud Marchel mengatakan hal itu padanya. Apa pria itu masih menyimpan perasaan pada istrinya?

Marchel pun tau jika Ravin tengah menatapnya dengan pandangan curiga tapi itu tak membuat ia mau menghentikan perkataannya.

"Gue suka liat dia marah," jujur Marchel. "Sewaktu sekolah gue suka gangguin dia, buat dia marah sampe gue gemes liat ekspresinya." Bayangan wajah marah Alexa yang menggemaskan tiba-tiba muncul di bayangannya, membuat senyum Marchel terbit seketika.

"Alexa milik gue!" Mutlak Ravin.

"Gue tau makanya gak gue deketin. Gue tau gimana perasaan Alexa ke Lo, tapi emang dasarnya lu kurang bersyukur sampai gak perduli dan malah jadiin dia selingkuhan," sarkas Marchel.

"Itu atas kemauan Alexa sendiri!"

"Kalau gitu kenapa Lo mau?! Kenapa juga Alexa gak jujur kalau gue termasuk cowok idaman dia dulu, kalau gitu mungkin sekarang gue udah hidup bahagia sama Alexa," canda Marchel tapi itu benar adanya.

Ia sering memperhatikan Alexa, ia tau bagaimana wajah sedih Alexa saat melihat Ravin bersama dengan Rachella dan bagaimana wajah bahagia gadis itu setelah bertemu dengan kekasihnya.

Berbeda dengan Marchel yang bermaksud untuk bercanda, Ravin malah menganggap hal itu serius adanya. Ia seorang pria, dirinya tau bagaimana seorang laki-laki jika tengah menyukai seseorang dan sekarang Marchel menunjukkan hal itu.

Menceritakan gadisnya dengan wajah berbinar.

Tangan Ravin mengepal, menahannya agar tidak melayang di wajah Marchel dan membuat keributan.

"Sorry, tapi jujur perasaan gue masih sama seperti dulu. Alexa belum tergantikan di hati gue meski tau kalau dia sudah milik orang lain."

"Pergi!" usir Ravin.

Memilih menulikan pendengarannya, Marchel malah melanjutkan ceritanya kembali. "Sampai sekarang gue malah semakin jatuh berkali-kali ke dalam pusaran yang seharusnya gak gue dekati. Alexa seperti magnet yang terus menarik gue untuk gue miliki!"

"Gue bi- "

"Gue ikhlasin Alexa buat lo, Vin. Tapi kalau sampai dia kenapa-napa lagi ... gue yang bakal gantiin posisi Lo!" Marchel berdiri, menepuk pundak Ravin kemudian pergi.

Meninggalkan pria yang berstatus sebagai suami Alexa itu dengan wajah memerah menahan amarah.

"Alexa milik gue!" Desisnya penuh penekanan.

Jangan lupa votemen 🌟
Jangan sider
Thanks😉

Salam
Ravindra & Alexandra❤️

Follow Instagram Rega_asr for more information

17-06-2021

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang