Kringg kringg
Suara jam weker menggema di dalam kamar Alexa dan Ravin. Namun, yang tidurnya terlelap hanya Alexa, Ravin sudah pergi entah kemana.
Brakk
Jam itu tergeletak mengenaskan di lantai akibat pukulan tangan Alexa. Ia bangkit, berjalan sempoyongan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Andai tak ada pekerjaan hari ini, ia pasti akan memilih bermalas-malasan di rumah.
Alexa keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Ia lupa membawa baju saat mandi tadi.
"Del, kuy makan," panggil Ravin yang sudah berdiri di pintu kamar.
"Bentar gue pake baju dulu," jawabnya cuek tanpa sadar jika Ravin tengah memperhatikannya.
"Gak usah pakai baju juga gak apa-apa," ucapnya.
Alexa berbalik dan melotot garang. Ia pikir suaminya sudah keluar tadi. "Keluar gak Lo!"
Ravin cemberut. "Ogah, mau di sini aja. Pemandangannya lebih seger," tolaknya.
Takk
Gantungan baju mendarat begitu saja di kepala Ravin, membuat si pemilik mendesis sakit. "KDRT ihh, gak asik," rajuknya.
"Najis gaya Lo!" sebal Alexa berlalu masuk ke kamar mandi.
"Del, sarapan Lo gue kurangin pagi ini!" ancamnya kemudian berlalu.
"Berani Lo! Tidur di luar!" balas Alexa tak kalah kejam.
Beginilah mereka setiap hari.
Alexa itu bagai kegelapan, hidupnya, masa lalunya, sikapnya. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya, begitu suram.
Sedangkan Ravin, penuh tawa dan canda, sikapnya lembut dan perhatian secara bersamaan, senyum tak akan pernah luntur jika bersamanya, bagai cahaya di kehidupan Alexa yang gelap.
Terkadang, ia merasa seperti benalu. Hanya menumpang kebahagiaan pada cowok itu tanpa memberi Ravin apa-apa.
Memalukan.
***
Alexa mengerut bingung, tumben sekali Ravin datang ke kantornya di jam kerja seperti ini."Tumben?"
"Kangen, Del. Di kantor kerjaan udah beres," ucap duduk di sofa ruang kerja Alexa. Meski belum sebesar kantor milik Ravin atau Damian, tapi ini tetap nyaman dipandang.
"Kangen? Sama gue atau kangen sama resepsionis di depan?!" sinisnya.
Alexa pernah memergoki Ravin dan resepsionis kantornya tengah berbincang-bincang. Ia tak masalah jika hanya berbincang biasa layaknya seorang Bos dan karyawan. Tapi dalam kasus ini, Alexa tak suka keakraban mereka yang terlihat begitu dekat. Ravin pun terlihat tak masalah dengan kedekatan itu.
"Itu udah berlalu, Del. Masih aja diingat, cuma ngobrol biasa, kok. Gak sampai macem-macem," bela Ravin.
"Akrab banget, udah kaya teman lama aja," sindirnya.
Ravin diam, berusaha menahan senyumnya melihat kecemburuan sang Istri. "Iyaudah iya, aku ngaku. Aku ke sini emang mau ketemu dia, aku mau ajak dia buat temenin aku makan siang."
"Brengsek, pergi Lo! Kalau perlu gak usah balik lagi! Nikah aja sama dia!" omel Alexa dongkol.
Melihat Reaksi Alexa membuat Ravin semakin gencar menggoda istrinya. "Dia keliatannya masih sibuk, jadi aku tunggu di sini dulu sampai dia selesai," balas Ravin lagi.
Alexa diam tak menjawab, membuat Ravin cekikikan. Pura-pura ia tak menatap gadis itu dan memilih berbaring di sana.
"Numpang tidur dulu ya, Del. Kalau dia udah selesai bangunin aku," canda Ravin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Light (Selesai)
RandomHighest Rank #250 of 13,6k in random [05/05/20] #336 of 39,7k in Indonesia [12/10/2021] #156 of 28k in roman [12/10/2021] #432 of 26,3k in badgirl [12/10/2021] #282 of 16,4k in acak [8/09/20] #528 of 55,9 in teen [12/10/2021] Kegelapan dan Cahaya. B...