Second

4.3K 349 6
                                    

Hari ini adalah hari yang paling Alexa hindari. Ia merutuki Ravin yang begitu bersemangat untuk pergi, andai Alexa tadi kepikiran untuk pura-pura sakit atau tak enak badan, mungkin weekend ini mereka tak akan pergi.

Tujuan mereka adalah kediaman Damian dan istri barunya. Saat mereka menikah, Alexa memang datang. Namun, tak sedikitpun gadis itu berbicara pada istri Damian, melihatnya saja ia muak.

Kalau soal Damian, entah kenapa Alexa tak bisa membenci Ayahnya itu terus-menerus.

"Del, kali ini Lo harus sopan sama Mama Angel, ya! Gak boleh kurang ajar sama orang tua," peringat Ravin.

"Hmm," balasnya dengan gumaman. Alexa terlalu malas untuk membahas tentang istri baru Damian itu.

"Jangan hmm doang! Kasian Mama Angel kamu jahatin mulu, dia udah baik sama kamu," ucap Ravin.

"Gak janji! Lagian kebaikan dia gak ada yang tau itu pura-pura atau tulus!"

"Yang penting dia udah berusaha jadi yang terbaik buat kamu," jelas Ravin.

"Kalau ternyata dia gak sebaik itu, gimana?! Jangan salahin aku kalau terjadi apa-apa sama dia!" ancamnya.

"Serem amat. Jangan galak-galak napa," rajuk Ravin.

"Kenapa?! Gak suka?!" galaknya.

"Kenapa, sih? Marah mulu! Kan aku cuma kasih tau biar di sana gak terjadi perang dunia nanti," ledeknya.

Bughhh

"Auhh, Del lagi nyetir!" ringis Ravin mengusap lengannya. Untung mobil tak oleng.

"Gak usah ngomong sama gue!" Alexa memutar tubuhnya menghadap jendela, enggan menatap wajah suaminya itu.

"Sayang," goda Ravin meraih telapak tangan gadisnya. "Kalau kamu ngambek aku sama resepsionis aja, nih."

"Yaudah sana! Masih ada Marchel yang jomblo," balasnya.

Rahang Ravin mengetat, ia tak suka kalau Alexa selalu membahas Marchel jika mereka tengah berdua. Apalagi sejak mengetahui jika istrinya itu pernah menaruh hati pada sang ketua kelas itu dulu.

"Kenapa bahas Marchel terus, sih? Masih belum lupain dia?!" geramnya.

"Yang duluan bahas resepsionis, siapa?!" sarkas Alexa.

"Aku bercanda, Alexa!" Oke jika Ravin sudah menyebut namanya, itu artinya pria itu tengah dikuasai emosi.

"Yaudah, kalau gitu aku juga bercanda! Gitu aja repot!" sengitnya.

Mata Ravin memang masih fokus pada jalan, tapi ia yakin jika gadis itu tengah menatapnya tajam.

"Kamu gak bercanda!" elaknya.

Alexa memutar bola matanya malas. Inilah mengapa ia begitu malas membahas Marchel di depan Ravin, masalah akan begitu panjang. Tapi mau bagaimana lagi, ia juga muak jika Ravin terus membahas tentang resepsionis.

"Vin, aku lagi malas debat jadi gak usah bacot. Nanti aja kalau sampai di rumah Ayah, kita bacotin si cewek gatel itu sama-sama!" Yang dimaksud cewek gatel oleh Alexa adalah istri Damian.

"Del, awas kalau kamu kasar!" ancam Ravin. "Aku pastikan kamu hamil besok!"

"Kalau kamu berani, aku pastikan tangan kamu gak bisa digunakan lagi!" ancamnya melepas paksa genggaman Ravin.

"Serem amat punya istri," gumamnya.

***
Sampai di kediaman Damian, mereka berdua telah di sambut oleh sepasang suami-istri itu. Alexa berjalan memeluk sang Ayah dan Ravin mencium tangan istri Damian.

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang