Twenty-Seven

1.3K 170 20
                                    

Happy Reading 💚

Pagi ini suasana sedikit berbeda, jika biasanya Alexa akan selalu memojokkan Angel kali ini gadis itu hanya diam memperhatikan.

Angel terlihat sibuk membuat sarapan sedangkan Ravin, Damian, dan Alexa menunggu di meja makan.

"Alexa," panggil Damian.

Mendengar itu Alexa menatap sang Ayah dengan satu alis terangkat.

"Tolong kembalikan cincin Angel, cincin itu sangat berharga untuknya," pinta Damian.

Mata tajam itu beralih menatap cincin yang melingkar cantik di jarinya. "Berharga?" Tanyanya memastikan. "Seberharga apa?!" Sinis Alexa.

"Itu cincin pemberian Ibunya, hanya itu satu-satunya yang Angel miliki untuk mengenang ibunya," jelas sang ayah.

Alexa berdecih, senyuman di wajah manis itu masih terus terbit seiring rencana-rencana licik yang tersusun di kepalanya.

"Oke, tapi ada satu syarat." Matanya melirik Angel yang masih sibuk berkutat sekilas kemudian beralih pada sang ayah.

"Apa itu?" Sudah Damian duga Alexa tak akan memberikan itu secara cuma-cuma.

"Saat makan malam nanti, aku ingin mengundang seseorang ke sini," pintanya, membuat Damian serta Ravin menjadi bingung.

"Siapa, Del?" Tanya suaminya.

Ia menoleh pada Ravin yang duduk di sebelahnya, tersenyum begitu manis pada sang suami yang masih menatap bingung. "Liat aja nanti ... dan saksikan apa yang akan terjadi!"

Mereka mengangguk saja, tak ingin menolak dan membiarkan suasana hati Alexa menjadi berubah.

Tangan gadis itu digenggam erat oleh Ravin, tatapan teduh yang diberikan sang suami membuat Alexa berspekulasi bahwa ada sesuatu yang ia tidak ketahui.

"Apa? Ada yang mau kamu sampaikan?" Tanya Alexa.

Ravin menggeleng, tatapannya masih tertuju pada wajah manis sang istri. "Mulai sekarang, jangan buat diri kamu selalu ada dalam bahaya ... "

Tutur kata Ravin yang lembut mampu menghipnotis Alexa yang kini tak bisa berpaling dari mata teduh sang suami.

"karena kamu sekarang sudah gak sendiri lagi, ada kehidupan lain yang harus kita jaga."

Senyum manis yang tadi menghiasi wajah Alexa perlahan pudar setelah berhasil menangkap maksud lain dari ucapan Ravin.

Ditatap perut rata miliknya dengan mata berkaca, kemudian menatap Ravin lagi untuk memastikan bahwa apa yang ia pikirkan tak salah.

Suaminya terkekeh kecil melihat betapa lucunya wajah memerah gadis itu saat menahan tangis.

"Kalau mau nangis, nangis aja, Del."

Sebenarnya ia ingin melakukan apa yang diucapkan Ravin, tapi Angel sudah terlanjur datang membawa empat piring berisi nasi goreng, membuat Alexa menggagalkan niatnya.

"Selamat makan," ucap Angel saat meletakkan sepiring nasi goreng di hadapannya.

Wajah memerah Alexa kembali menjadi datar, ditatapnya lamat-lamat makanan itu dengan curiga.

"Dimakan, Del. Jangan diliatin aja," sela Ravin.

Segera Alexa meraih sendok dan mengaduk-aduk makanan itu dengan kasar hingga beberapa butir jatuh dari tempatnya.

"Del, pelan-pelan," tegur Ravin lagi.

Dan tepat di bawah telur miliknya terdapat banyak sekali kacang polong yang notabenenya adalah makanan yang tak boleh Alexa konsumsi.

Dark Light (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang