81 || Terlelap

306 54 37
                                    

Maap lama digantung ya kawand-kawand. Saia sibuk dimohon maklum

Hipiriding

Malem ini hujan. Dingin banget.

Yerin abis pulang belanja bulanan. Nginget-nginget bungkus mie Yerin jadi pengen buru-buru bikin mie.

"Kehujanan?"

"Enggak gue keasinan. Ya keujanan anjim. Ini cepet bantu bawain."

Tidak terasa ini sudah tahun keenam pernikahan Yerin dan Jun. Bukan hal mudah mereka mencapai titik ini. Dimana mereka harus mengalah saat berbeda pendapat, saling menghargai dan saling percaya juga terbuka satu sama lain. Ini merupakan hal sulit yang mereka jalani sampai saat ini.

Apalagi pernikahan mereka tidak didasari dengan cinta.

Di tahun pernikahan yang keenam mereka belum dikaruniai anak. Ya wajarlah Yerin nya juga masih perawan mau gimana. Jun mana mau nusuk dia.

Gak kayak dulu lagi, Yerin sudah berubah tentunya. Dia kembali menjadi Yerin yang manja, rewel dan ceria seperti biasa. Tentu itu bukan hal mudah yang instan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyusun kepingan hatinya yang hancut. Dan hanya Jun yang selalu ada di sisinya.

Ya iyalah orang suaminya kok.

Tentu ya banyak perubahan dari tahun ke tahun. Sekarang Yerin bekerja di salah satu bank negeri bagian counter alias melayani pelanggan. Karena Yerin cantik jadi ia ditaruh di bagian depan sebagai pajangan.

Sementara kini Jun sudah diangkat menjadi perawat PNS dan gaji nya sangat memadai. Dan mereka mampu membeli rumah, mobil dan kebutuhan lainnya. Kata ibunya Jun hitungan nikah mereka bagus jadi pendapatan dan keberuntungan mereka lancar.

"Shift siang?" Tanya Yerin pada Jun yang masih menggunakan seragam kerjanya sebari membuat mie instan.

"Aish. Sore. Gak apal-apal jadwal gue."

"Ohh. Mau mie gak lu? Gue bikinin sekalian."

"Lu aja. Gue dah makan. Giliran tadi gue miskin makan telor doang lu belanja anjim."

"Sori lupa ngechat lu kalau jangan dulu makan."

"Hmm yaudah gue dikamar ya."

"Ish jangan dong. Temenin makan."

"Besok gue shift jam enam. Takut kesiangan."

Yerin mematikan kompornya, "yaudah ayok."

"Kemana?"

"Males gak ada yang nemenin."

"Yeu lu mah. Makan ma makan aja ntar mati."

"Gak ah. Ntar aja pagi-pagi gue makan kan ku shift jam 6. Lu bangun gue makan."

"Yaudah."

"Ntar gue ngunciin pager dulu." Ujar Yerin.

"Sama gue aja. Hujan. Lu ke kamar aja ganti baju." Titah Jun dan Yerin pun mengiyakan.

Cewek berponi itu berlari ke kamar untuk berganti pakaian dan bersiap untuk tidur. Sekarang jam sembilan malem dan lagi hujan gini pasti enak kalau mantep-mantep. Tapi Jun mana mau. Sekali nya Yerin lagi pengen banget paling cuma dicolok pake jari.

Agak nyesek sih suami sendiri gak pernah ada nafsu samsek ke istrinya.

Saat Yerin skincarean Jun yang sudah selesai mengunci pagar, pintu dan jendela itu pun datang ke kamar lalu menutup pintunya. Belum apa-apa dia tiba-tiba ngeluh, "basah ini gimana?"

Karena mereka belum pasang canopy jadi kalau mau ngunci pagar harus hujan-hujanan.

"Buka aja ganti yang baru. Itu dah dipake berapa minggu? Bau ketek ntar gue susah nyucinya."

Der Erste [TaeRin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang