"Akutagawa-kun, kau benar-benar membuat kesalahan besar kemarin. Mori-sama bilang kita harus berpisah,"
"Eh...? Kenapa?"
"Aku sudah bilang pada Mori-sama bahwa kau yang memaksaku mematikan ponselku saat itu,"
BRUK!
Akutagawa tiba-tiba terbangun dengan napas terengah-engah karena terkejut.
Ah, untung hanya mimpi.
"Ada apa?" Gin ikut terheran-heran melihat tingkah Akutagawa yang melonjak di tempat tidurnya sendiri, "Kenapa? Ada tikus?"
"Ti- tikus?"
"Aku hanya bercanda," Gin tertawa kecil, "Kenapa? Mimpi buruk?"
Gin membawakan secangkir teh panas di atas sebuah nampan kaca bening dan meletakkannya di meja depan televisi kamar si surai hitam. "Kupikir di pagi hari minum teh panas bisa menenangkan hati kakak. Pasti kemarin kakak capek,"
"Ah, yah... tidak juga, terima kasih," Akutagawa meraih cangkir tehnya dan meminum teh tersebut secara perlahan.
Gin yang awalnya memasang wajah datar, jadi tersenyum geli melihat rambut kakaknya yang terlihat sangat berantakan. Bagian putihnya terlihat kusut, apalagi rambut pendeknya yang terlihat berdiri.
"Aku ada urusan sebentar lagi, jadi aku pamit duluan, ya, Kak," Ucap adiknya tersenyum tulus, lalu meninggalkan si surai hitam yang baru bangun tersebut. Perlahan terdengar suara gagang pintu yang tertutup.
Si surai hitam tidak berkutik. Ia hanya menatap ponsel miliknya yang tengah di-charge di tepi meja kerjanya. Sepertinya kejadian kemarin malam tidak pernah bisa terlupakan. Ah... apa yang harus ia lakukan?
Ia sangat ingin menelepon Chuuya dan meminta maaf karena gegabahnya. Namun... apa ia mau mendengar?
Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. Lagipula, ia harus segera pergi untuk mengurus jadwal hari ini.
Akutagawa meraih kunci pintunya, dan segera keluar untuk berangkat. Namun, seseorang membuatnya terhenti.
"Oh? Selamat pagi, Ryu," Sapa si surai senja melambaikan tangannya. Wajahnya tidak terlihat kesal, namun cukup datar.
Tak disangka si surai hitam malah berpapasan dengan Chuuya pagi-pagi begini.
"Selamat pagi, Chuuya-san," Balas Akutagawa agak ragu. Ia tidak berbicara apapun setelah itu.
Keheningan membuat mereka berdua canggung seketika. Chuuya yang menyadari hal tersebut, hanya bisa menghela napas.
"Kau terlalu tegang," Chuuya membetulkan letak jaketnya. Pagi itu cukup sejuk, angin lembut membuat daun di pohon mengeluarkan suara gemerisik.
"Eh?"
"Sudahlah, lupakan saja kejadian kemarin. Bukan salahmu juga kalau kau menjadi penuh waspada setelah pertemuan kita dengan orang aneh itu," Ujar Chuuya menatap lurus ke manik si surai hitam.
Langkah mereka sedikit lebih tenang. Tapi itu hanya berlangsung untuk sementara.
"Orang aneh? Kau yakin kemarin benar-benar orang aneh?"
Chuuya dan Akutagawa langsung menoleh ke belakang, namun ia tak menemukan siapapun. Mereka segera berbalik, dan...
"DOR!"
PAK!!
"Hei-! Untuk apa itu tadi?!" Sebuah suara berseru dengan nada tidak terima.
"Ah, maaf! Kau selalu begitu," Gerutu Chuuya yang menenangkan diri akibat dibuat terkejut barusan.
"Yah, kalau begitu aku juga minta maaf," Pria di hadapan mereka membungkuk hormat ala pangeran, "Habisnya... kalian paling seru kalau dibuat kaget,"
"Gogol-san! Di situ An--"
"Sigma-kun~! Lihat, masa' aku dipukul oleh Chuuya-kun!"
"Yah, itu salahmu sendiri,"
"Tunggu, kenapa kalian ada di sini?"
"Ah, kami ada panggilan dari Mori-san. Katanya ada pertemuan antar entertainment?" Ujar Sigma menjelaskan seraya menyalakan ponselnya untuk mengecek jadwal, "Benar, hari ini ada jadwal meet up,"
"Kita tidak diberitahu apapun..."
Batin si surai hitam. Ah, ia kembali was-was. Rasanya ada yang tidak benar sama sekali. Namun, Gogol dan Sigma tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Mereka tidak terlihat tegang, gerak-geriknya santai.
Jangan, jangan sampai berpikiran buruk. Bisa-bisa merusak hubungan antar agensi, dan menambah masalah baru. Cukup masalah dengan Atsushi dan Dazai saja. Jangan membuat masalah baru.
"Temanmu sering diam, ya?" Tanya Gogol tersenyum lebar seakan-akan ia sedang merencanakan sesuatu untuk mengerjainya.
Akutagawa tidak menjawab. Ia langsung berjalan melewati mereka semua.
"Oi, Akutagawa!" Seru Chuuya, "Ah... maaf, kemarin bukan hari yang baik untuk kita,"
"Tidak apa-apa! Aku mengerti!" Gogol masih menyunggingkan senyum khasnya, "Semua orang punya hari buruknya,"
"Kau mau mengejarnya?" Tanya Sigma.
"Tidak, aku cuma ngomong," Pria tinggi bersurai silver tersebut menghela napas pasrah, "Mungkin Nakahara-san mau mengejarnya? Kami takkan menghalangi,"
"Ah, ya, sebaiknya aku segera mengejarnya," Si surai senja dengan cepat pamit dan langsung berlari mengikuti langkah Akutagawa.
"Ada apa Chuuya-san? Kenapa terburu-buru?"
"Kau pergi begitu saja, langkahmu cepat sekali,"
"Ah... maaf, aku hanya merasa tidak nyaman. Rasanya ia akan mengerjaiku lagi,"
"Yah... kau tidak salah juga, tapi tetap saja,"
Langkah kaki si surai hitam melambat, memberi waktu bagi Chuuya untuk menyusulnya.
"Kau masih memikirkan kejadian kemarin, ya?" Tanya Chuuya, meskipun ia sudah tahu jawabannya. Ia hanya ingin melihat reaksi si surai hitam.
Akutagawa bereaksi persis yang diduga oleh Chuuya. Ia hanya diam.
"Tenanglah, aku tak menyalahkanmu," Si surai senja mengusap kepala Akutagawa, "Nanti kita lihat saja keputusan Mori-san.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide
Fanfiction• When love and hate collide • Sebuah kasus terjadi seiring berjalannya waktu. Chuuya dan Akutagawa sudah dilanda berbagai macam kejadian yang hampir menjatuhkan reputasi mereka. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah itu Dazai? Chuuaku fanfiction N...