Under Wraps #1

60 6 0
                                    

"Haa? Tidak sendiri?"

"Ada yang menguntit. Tidak jelas siapa, tapi mereka selalu ada setidaknya di sekitar kalian. Itu yang kami khawatirkan,"

"Sou... apa ada kecurigaan?" Tanya si surai senja, memperhatikan kertas yang diberikan Kouyou barusan.

"Ada, yah... kami tidak ingin menuduh dengan sembarangan, tapi hal itu bisa jadi karena hubungan kita dengan tanteisha yang tidak baik. Ini bisa jadi salah satu akar masalah," Mori menjelaskan, "Meskipun begitu, kau bisa lihat sendiri kalau-kalau ada yang mencurigakan,"

*

*

*

"Eh-- Akutagawa?" Chuuya yang baru menyadari Akutagawa ternyata duduk di kursi depan ruang meeting barusan, terkejut, "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa... aku hanya berbincang dengan Dostoevsky-san. Ia bertanya lokasi kamar nomor 476-A," Ujar Akutagawa menjelaskan. Chuuya hanya mengangguk, "Soukka... kau tadi dengar?"

"Dengar-?"

"Dengar... pembicaraan kita?"

"Tidak, kupikir itu akan tidak sopan," Kata Akutagawa dengan polosnya, membuat Chuuya tersenyum lega, "Yokatta... yah, sudah kalau begitu,"

Ia menarik lengan Akutagawa, mengajaknya pergi lagi. Setidaknya ada waktu luang hari ini, karena hari ini adalah hari terakhir di Osaka.

Semua anggota Port Mafia diizinkan untuk berjalan-jalan menikmati keindahan Osaka terakhir kalinya, karena sekitar pukul enam sore mereka harus segera kembali ke Yokohama.

Okonomiyaki, takoyaki, udon, dan lain-lain. Semuanya benar-benar menghibur lidah.

"Ryuu! Kau ingin coba?" Chuuya membawakan sekantung kertas berisi kue manju dan beberapa buah ara. Katanya, untuk camilan saat perjalanan. Ia tahu Akutagawa paling suka buah ara.

Ia menyodorkan kue manju yang terlihat manis tersebut pada si surai hitam.

"Ada yang ingin dibicarakan, Chuuya-san?" Tanya Akutagawa, melihat tatapan manik biru si surai senja, "Kau... terlihat sedang terbebani,"

"Heh? Memangnya ada apa?" Chuuya bertanya kembali.

Manik biru si surai senja tidak menunjukkan bahwa ia sedang tenang, namun Akutagawa sungkan mengatakannya.

"Ah... mungkin hanya pikiranku saja," Si surai hitam menggigit kue manjunya.

Bagaimanapun, Chuuya menghela napas, tidak tahu harus lega atau merasa bersalah, karena ia tidak bercerita sejujurnya. Ah, apa boleh buat, ini demi kebaikannya. Jika tidak, maka akan timbul masalah lain yang tidak ia inginkan.

"Sudah pukul 4 sore. Apakah sebaiknya kita pulang?" Tanya Akutagawa, melihat keadaan sekitar.

"Hmm... kalau kau mau, bolehkah kita ke taman sebelumnya? Saat kita terakhir kali wawancara?" Tanya Chuuya tersenyum, dan tentu saja langsung disetujui oleh Akutagawa, meskipun... sejujurnya ia merasakan hal yang tidak enak mengingat kejadian di taman.

Namun... masalah tidak baik jika diingat terus, bukan?


Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang