Feign #2

62 5 0
                                    

Seorang manusia yang memiliki karir pasti sudah pernah mengorbankan sesuatu untuk membawanya ke atas sana. Waktu, tenaga, pikiran, bahkan kesehatan.

Sepertinya ketika kita menerima sesuatu, kita akan kehilangan sesuatu juga.

"Oh... kau berubah profesi menjadi wartawan mata-mata, ya?" Si surai senja semakin waspada. Ia tidak dan belum tahu apa maksudnya dengan mengulas kabar tentang mereka.

"Anak pintar," Pria yang berdarah Rusia tersebut memuji dengan nada yang mengejek, "Saya juga tidak ingin ada pertumpahan darah,"

Si surai senja terkejut mendengar frasa tersebut langsung memberi sinyal untuk Akutagawa agar melakukan sesuatu, "Siapa yang bertanya tentang itu?" 

"Tidak ada, tidak ada sama sekali. Aku hanya memberi peringatan," Tukasnya. Gerak-geriknya memang tidak terlihat mencurigakan, namun kedua lawannya tetap waspada.

"Lancarkan,"

BRAK!

"He- APA-"

Si surai senja terbelalak saat melihat rekannya, Akutagawa, terkekang oleh sepasang tangan kekar milik seorang pria yang dapat diasumsikan merupakan salah satu bawahan Fyodor.

"Selamat tidur~"

DUAK!

"Ryuu-?!"

"Tenang, ia hanya tertidur untuk sementara," Fyodor menyeringai lebar, "Kuputuskan untuk menumbangkannya terlebih dahulu. Sepertinya ia tahu lebih banyak daripada kau sendiri, Nakahara Chuuya, yang katanya adalah seorang penyanyi ambisius... dan teliti,"

Akutagawa tahu lebih banyak?

Dan selama ini Chuuya malah menganggapnya aneh?

Netra si surai senja menatap Fyodor tidak percaya, selama ini mereka sudah menjadi target? Sialan, mengapa tidak serang agensi si bodoh Dazai saja?

"Liputan kali ini akan sangat menarik, bukan? Ayolah, tidak ada salahnya menceritakan sedikit pengalamanmu. Kita lihat seberapa luas cerita ini akan tersebar?" Pancingnya, "Menyerah saja. Dokumen sudah ada di tanganku. Bagaimanapun, kau juga tetap harus buka mulut jika kau tidak ingin berakhir seperti temanmu ini, tertidur pulas..."

Chuuya mendapati dirinya tidak memiliki senjata sama sekali. Manik birunya terlihat tegang, apalagi ada seorang pria bodoh yang menjadi bawahan Fyodor. Ditambah Akutagawa yang tengah tak sadarkan diri.

"Sepertinya kau takkan setuju, ya? Sayang sekali, padahal aku menawarkan ini baik-baik, lho," Fyodor menjentikkan jarinya, "Tangkap saja dia. Biar aku yang mengurus semua dokumennya,"

"Menangkap kucing manis sepertinya takkan sulit," Pria bertubuh tinggi tersebut berkomentar sebelum melancarkan serangannya.

Chuuya yang awalnya terpojokkan, langsung sadar dari lamunannya, "Kucing manis, katamu?!" 

"Ah-"

"Dengar ya, bodoh! Kau ini bukan berurusan dengan orang biasa, tahu?!" Chuuya menanggalkan mantelnya dan menahan mantel tersebut menggunakan tangan kirinya, "Kaupikir kau siapa, ha?!"

"Orang yang akan menghancurkan seluruh karirmu," Pria yang lebih tinggi daripada Chuuya tersebut langsung berusaha menahannya dengan tangan kosong. Malang nasibnya ketika ia menyadari bahwa si surai senja tahu cara menghindari lawan dengan mudah.

DUAK! BRAK!

"Apa-apaan ini?"

"Bodoh, kaupikir aku ini apa?!" Hardik si surai senja yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya ia bisa berada di atas rak dokumen yang memiliki tinggi dua kali lipat tinggi badannya, "Aku ini banyak pekerjaan, tahu? Kau malah membuat onar dan merebut dokumen-dokumen yang bahkan tidak ada urusannya denganmu,"

"Cepat segera buat dia tak sadarkan diri,"

"Kau kurang cepat!" Chuuya sekali lagi berhasil mengumpulkan tenaga untuk menjatuhkan rak tersebut yang langsung menimpa pria bertubuh kekar tersebut.

"Ini kantor bosmu, lho," Fyodor mengingatkan, namun Chuuya bersikeras bahwa perkara ini merupakan nomor dua.

"Lalu? Perabot seperti ini bisa dipesan ulang," Si surai senja menatap lurus ke arah pria beraksen Rusia di hadapannya, "Mau berakhir seperti bodyguard-mu? Mungkin sekarang ia hanya pingsan,"

"Pingsan? Bagaimana jika ia mati? Apakah kau mau nama kau dipajang di koran dan internet sebagai berita utama?" Pria yang memiliki sepasang netra merah itu hanya tersenyum santai melihat si surai senja yang tertegun dibuatnya.

Tentu saja jika ia mati, skandalnya malah akan menjadi lebih besar.

"Kau tidak pernah berpikir sebelum bertindak, ya, Chuuya-kun?" Fyodor menopang dagu si surai senja dengan senyuman penuh artinya, "Aku bisa menyebarkan berita ini dengan cepat, tahu? Aku punya reporter pribadi~"

Barulah jelas semuanya. Berita yang langsung diliput, keseharian Chuuya dan agensinya, Akutagawa, bahkan rencana acara pun sudah diketahui olehnya.

Penyadap yang tertanam pada ponsel Akutagawa dan Chuuya pun adalah miliknya.

"Kinerja maniak perban tersebut bagus juga..."

"Maniak perban?"

"Aku belum cerita, ya?" Fyodor tersenyum sebelum menjelaskan sedikit demi sedikit untuk mengulur waktu, "Dazai juga ikut serta,"

"Apa?!" Chuuya dengan refleks mengayunkan tinjunya tepat ke arah wajah Fyodor yang langsung menghindar dengan jarak tipis.

"Tenang, tenang dulu! Dia hanya bertugas meletakkan penyadap pada barang kalian," Ia menjelaskan, "Tetap saja yang menyusun semuanya saya sendiri,"

"Begitukah? Yakinlah setelah ini kalian berdua akan masuk penjara karena telah membobol privasi orang lain," Si surai senja memecahkan kaca yang menutup alarm di dekatnya, "Sepertinya kau lengah, Dostoyevsky-san,"

Satu hantaman kuat berhasil membunyikan alarm untuk memanggil bantuan. Dengan cepat dan terpaksa, Chuuya membakar dokumen di tangan Fyodor demi keamanan privasi agensinya sendiri.

"Meskipun penampilanmu terlihat tidak berbahaya, aku sudah mencurigaimu. Ketahuilah kita selalu selangkah lebih maju daripadamu," Si surai senja menambahkan, "Oh, ya, untuk pria di sana? Dia tidak mati. Aku sudah mengecek nadinya,"

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang