Mastermind #2

75 11 0
                                    

"Ryu?" Lambaian tangan si surai senja tidak digubris oleh Akutagawa untuk beberapa saat. Ia baru merespon ketika Chuuya menjentikkan jarinya, itupun setelah berkali-kali.

"Kau tak apa? Melamun di tengah kamar begitu. Cepat, Mori-san menunggu di lobby, sudah sore, saatnya jumpa fans,"

Ah, jumpa fans. Ini bukanlah hal yang begitu disenangi oleh Akutagawa. Ia sendiri masih bertanya-tanya, kenapa dari awalnya ia berada di sini. Apa yang membuatnya memilih karir ini? Mungkin jawabannya hanya satu, mengikuti Dazai. Tidak ada lagi yang bisa dijelaskan lebih lanjut.

*

*

*

"Untung hari ini cerah," Komentar Mori menengadahkan kepalanya ke atas melihat cakrawala biru yang indah dengah Sang Surya yang bersinar cerah. Tentu saja, jumpa fans dilakukan secara terbuka. 

"Masuk limusin kalian seperti biasa,"

Seorang supir membukakan pintu bagi penumpangnya masing-masing, dan langsung berangkat ke lokasi yang dituju.

***

Keadaan menjadi agak canggung di dalam, tidak ada percakapan, tidak ada gerak-gerik yang fleksibel, semua gerakan menjadi kaku.

Benar-benar posisi yang tidak mengenakkan saat ini.

Nampak tatapan kosong dari sepasang netra abu-abu milik Akutagawa mengarah ke jendela limusin yang bergerak cepat melintasi kebun bunga dan gedung-gedung yang menjulang tinggi.

Si surai hitam nampaknya tidak membuka suara sama sekali, begitupun Chuuya. Mereka benar-benar tenggelam dalam keheningan.

"Ryu-?" Panggil si surai senja dengan harapan bisa memecah keheningan ini.

"Ha'i?"

"Kau yakin tidak ada yang perlu diceritakan? Aku tidak memaksa..." Ujar Chuuya. Sepasang manik birunya menatap Akutagawa sungguh-sungguh.

Lama-lama Akutagawa yang bungkam itu juga tidak nyaman dengan keadaan ini, akhirnya dengan agak terpaksa ia membuka suara.

"Ada... yang menguntit kita,"

"Menguntit?"

"Telelpon itu aku tidak tahu dan tidak kenal suaranya. Ia berkata kita bisa terkena skandal jika melanjutkan hubungan kita. Begitu... kupikir daripada kau harus ikut terkena getahnya, lebih baik aku-"

"Jadi kaupikir dengan diam saja mereka akan ketahuan?" Potong si surai senja agak kecewa, namun ia tetap menahan diri.

"Bukan begitu, daripada kau tahu dan ikut menjadi beban pikiran, lebih baik aku saja. Cukup satu saja yang kena, kan?" Ungkap si surai hitam memalingkan wajahnya dari tatapan sepasang netra biru yang melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa dilukiskan perasaannya.

Bimbang, dilema, ragu, kecewa, semua bercampur menjadi satu di kepala si surai senja. Ia menghela napas.

"Kabarnya, dari desas-desus yang kudengar dari Gin dan Tachihara, bisa jadi dari tanteisha, namun mereka juga tidak begitu yakin," Lanjut si surai hitam mengarahkan pandangannya ke jendela limusin yang bergerak cepat melintasi jalan yang dihiasi gapura bunga yang berwarna merah membara di depan.

"Hah... pasti Kuso Dazai," Tukas Chuuya berasumsi. Ia betul-betul yakin bahwa dalangnya memanglah Dazai.

"Aku tidak tahu, namun mungkin benar,"

"Kalau begitu, nanti akan kutanyakan lagi pada bos, agar kita bisa melacak nomor yang menghubungimu kemarin," Ujar Chuuya menenangkan, "Dengan begitu skandal ini takkan tersebar jauh ke media sosial,"

"Kau yakin?" Akutagawa berbicara dengan nada ragu, namun keraguan itu perlahan berkurang melihat anggukan penuh kepastian Chuuya, "Tentu saja, akan kuusahakan. Ini menyangkut skandal kita, Ryu, jadi kita harus hadapi bersama. Kau janji, kan?"

"Ha'i,"

*

*

*

"Hoooi~!" Sebuah teriakan nyaring penuh antusias terdengar bahkan dari kejauhan.

Tentu saja teriakan Nikolai.

"DOA? Kapan mereka tiba di sini?" Tanya Chuuya pada Kouyou yang berdiri di sebelahnya.

"Nikolai-san kan setengah pesulap, mereka juga mengisi acara di teater ini," Jelas Kouyou membawa payung merah mudanya yang khas.

Belum apa-apa mereka sudah disambut ribuan penggemar yang ditahan oleh sekuriti yang kewalahan dengan banyaknya orang yang mendatangi acara itu.

Chuuya melambaikan tangan untuk menyapa para penggemar, sesekali yang beruntung menyalaminya.

Berbeda dengan Akutagawa yang penampilannya lebih gelap, meskipun begitu, ia juga memiliki banyak penggemar yang memang bersifat edgy.

"Haaah~! Sambutan barusan meriah amat," Tukas Chuuya pada si surai hitam yang berada di kamar ganti mewah dengan cermin besar di hadapan Chuuya.

Si surai senja menatap Akutagawa sambil tertawa kecil, "Ya ampun... kau tak apa?"

"Tidak apa-apa, hanya saja tidak enak jika dikelilingi banyak orang," Ungkap si surai hitam, kembali mempertanyakan alasannya masuk dunia artis.

"Tak apa, ada aku," Chuuya tersenyum kecil menatapnya.

"Kita harus cepat-cepat. Acaranya akan mulai beberapa menit lagi,"

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang