"Maukah Anda bercerita awal kalian berjumpa?" Reporter tersebut mengatur kameranya sedemikian rupa agar foto tersebut jelas terpampang.
Sebenarnya Chuuya hendak menolak, namun sayangnya wawancara ini dilakukan secara langsung, artinya jutaan penonton mungkin juga menunggu jawaban yang sama.
"Eh, etto..." Si surai senja mengalihkan pandangannya pada Akutagawa. Pemuda bersurai hitam putih tersebut tidak merespon. Ia malah tidak menghadap ke kamera sama sekali. Pikirannya setengah bingung, panik juga karena siaran ini berupa siaran langsung.
"Tahan sebentar, darimana Anda dapatkan foto tersebut?" Chuuya yang menahan dirinya tersebut mulai bertanya pada reporternya, setengah jengkel karena privasinya diumbar tanpa ragu.
"Ah... seseorang yang memberikannya. Katanya ia hendak memotret keseharian kalian namun kali ini dia mendapatkan foto langka," Reporter tersebut tersenyum, menambah kecurigaan yang terlihat di manik biru si surai senja.
*
*
*
"Akutagawa-kun?" Panggil Chuuya seusai wawancara yang menegangkan tadi. Pemuda yang dipanggil tersebut tidak menjawab. Ia sibuk menatap ke jalan penuh pohon sakura yang bunganya berguguran tersebut.
Jujur saja, si surai senja merasa bersalah, sangat bersalah. Ia merasa privasinya dengan Akutagawa tidak bisa dijaganya dengan baik. Meskipun... ia juga tidak paham, darimana reporter sialan tersebut mendapatkan informasi tentang hubungan khususnya dengan Akutagawa?
"Ryu...?" Chuuya memanggilnya sekali lagi menggunakan panggilan nama depannya itu. Perlahan dengan ragu, si surai hitam menoleh ke belakang.
"Kau... marah?" Tanya si surai senja, tidak tega bertanya lebih lanjut.
Akutagawa hanya menggelengkan kepalanya, "Tidak... aku hanya terkejut," Ungkapnya, "Kupikir hubungan kita sudah cukup terahasiakan. Aku juga tidak paham..."
"Daijobu-! Aku akan berusaha untuk mencaritahu seluk-beluk bocornya rahasia kita-"
"Tidak perlu kok, Chuuya-san," Tukas Akutagawa, duduk di hamparan rumput yang luas diselingi bunga-bunga sakura indah yang bertebaran, "Tidak perlu dipaksakan... aku... juga tidak ingin tahu apa-apa,"
"Kau... yakin?" Si surai senja menatap mimik wajah pemuda yang dicintainya tersebut. Ekspresi penuh sesal dan kecewalah yang didapatkannya, membuat manik biru si surai senja meredup.
"Iya, tidak perlu dipaksakan," Lanjut Akutagawa.
"Ryu... apakah ada yang mau dibicarakan...?"
Akutagawa menoleh ke arah Chuuya yang berusaha tetap tegar, lalu kembali menatap langit biru.
Perlahan tangan si surai hitam merogoh saku mantelnya sendiri, dan menarik sebuah alat kecil dari sakunya tersebut.
"Apa itu-?"
"Kau pasti tahu ini apa," Akutagawa mengacungkan alat tersebut, "Ini penyadap suara,"
Manik biru si surai senja melebar, tidak menyangka selama ini Akutagawa membawa penyadap dengannya.
"Aku menyadari adanya penyadap ini sekitar... beberapa menit yang lalu saat aku merasa tegang diwawancarai secara terang-terangan. Nyatanya, aku menemukan alat kecil ini saat aku iseng merogoh saku mantelku. Rupanya memang ada yang menjebakku, atau mungkin..." Akutagawa menggantungkan kalimatnya untuk beberapa saat dan menatap Chuuya serius, "Menjebak kita berdua, berusaha mengumpulkan informasi selengkapnya berdasarkan percakapan kita setiap hari,"
"Menjebak...? Maksudmu-"
"Ya... mungkin hanya pikiranku," Si surai hitam memasukkan alat tersebut ke sakunya kembali, "Aku sudah menon-aktifkan alat ini, tapi aku tidak tahu apakah aku harus menghancurkannya atau ti-"
PRAKKK!
"C-Chuuya-san?" Akutagawa menatap Chuuya dengan ekspresi terkejut.
Chuuya menghancurkan penyadap kecil tersebut.
"Hah... aku tidak mau tahu, benda itu yang menghubungkan hubungan kita dengan orang tak dikenal yang membawa-bawa informasi gelap," Tukas si surai senja kesal, "Bodoh, kenapa tidak terpikir olehku?"
"Chuuya-san... tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi, tidak satupun dari Port Mafia ataupun kita," Ucap Akutagawa memalingkan pandangannya, "Aku juga tidak mau berpikir yang salah-salah sebelum tahu kejadian aslinya,"
"Ya, tapi tidakkah kau curiga? Ada mata-mata yang dibayar untuk hal ini?" Tanya Chuuya, membuat Akutagawa terdiam sejenak.
"Soal itu... aku tidak tahu,"
"Kalau begitu kita harus mencaritahu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide
Фанфик• When love and hate collide • Sebuah kasus terjadi seiring berjalannya waktu. Chuuya dan Akutagawa sudah dilanda berbagai macam kejadian yang hampir menjatuhkan reputasi mereka. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah itu Dazai? Chuuaku fanfiction N...