Latter (END)

146 9 6
                                    

Dering alarm yang sangat keras berhasil menangkap perhatian satu gedung. Semua orang yang berada di dalamnya langsung terkejut, lalu berupaya secepat mungkin mencari jalan keluar.

Para petugas keamanan dikerahkan untuk mencari sumber bunyi yang ternyata berasal dari ruang kerja Mori.

"Polisi! Angkat tanganmu!"

"Ah, ke mana orang itu?"

"Aneh, di CCTV-pun tidak jelas,"

"Ia jelas-jelas menyabotase CCTV-nya!"

"Dari agensi mana dia?"

"Kelompok kecil, Decay of Angels,"

***

Kejadian itu tentu tidak luput dari wartawan yang haus berita. Sekumpulan wartawan langsung mengunjungi gedung agensi mereka, lantas bertanya banyak hal pada orang-orang di dalamnya, tak terkecuali Chuuya.

Kabarnya, berita tersebut sudah menjadi berita teratas di seluruh Yokohama.

Akutagawa yang baru saja siuman pun, langsung disiram berbagai macam pertanyaan. "Apa-apaan ini?" Setidaknya itulah yang dipikirkan Akutagawa dalam hati.

Decay of Angels bubar dengan sendirinya. Gogol memang sudah berusaha memperingati Chuuya untuk bertindak sebelum dibobol Fyodor, namun siapa yang akan semudah itu mempercayai seorang badut polos, kan?

Sigma dan Gogol memang tidak terlibat. Namun, sayangnya mereka satu kelompok dengan Fyodor. Mau tidak mau, mereka juga harus diberi beberapa pertanyaan.

Dazai? Ah, tidak ada bukti kuat bahwa ia benar-benar melakukannya. Para polisi juga tidak bisa mengidentifikasi hal tersebut karena CCTV yang dipasang semuanya disabotase. Sebuah fenomena aneh, namun Fyodor memang bisa merusak seluruh jaringan Yokohama jika ia mau.

Fyodor menghilang. Kata orang sekitar, ia sudah menyamar dan membaur dengan warga. Polisi akan melacaknya menggunakan sidik jari. Namun, hal tersebut akan memakan waktu yang sangat lama.

Kantor Mori yang rusak memang tidak seberapa. Merenovasinya adalah hal yang mudah dan bisa dilakukan kapan saja. Soal dokumennya... ah... Chuuya terpaksa ikut serta dalam merekap ulang data dokumen tersebut dari komputer ke kertas file.

Untungnya tidak ada kerugian yang harus ditanggung agensi mereka. 

"Ryuu, Ryuu? Kau terlihat tegang," Chuuya melambaikan tangannya di hadapan si surai hitam. 

"Ah, maaf. Aku tidak menyangka malah akan pingsan selama itu,"

"Tidak apa-apa. Pria bodoh itu juga sudah terkena imbasnya,"

Si surai senja menggigit bibir bawahnya dengan ragu, "Ryuu...?"

"Ya?"

Si surai senja mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Akutagawa dengan sedikit menjinjitkan kakinya, "Terima kasih sudah memperingatkanku meski aku keras kepala,"

"Tidak apa-a-"

Tiba-tiba ucapan Akutagawa terpotong setelah merasakan kecupan hangat di daun telinganya secara sekilas. Pipinya merona merah seketika, "Chuuya-san!"

"Maaf!" Sepasang netra biru menatap Akutagawa dengan tawa khasnya, "Habisnya... kau terlihat terlalu tegang,"

"Chuuya-san... kalau terus begini aku akan cerita bahwa Chuuya-san mirip kucing saat melawan orang itu,"

"Aku bukan kucing, tahu darimana kamu, ha?!"

"Aku melihatnya sendiri meski setengah sadar, Chuuya-san memanjat rak buku, kan?"

"Y- yang itu tidak usah diungkit lagi, bodoh!!" Kini Chuuya lah yang merasakan rona merah di pipinya, "Lagipula, kalau kau sadar, mengapa kau tidak membantuku?!"

"Aku sudah bilang kalau aku masih setengah sadar saat i-"

"Ah, aku tidak mau dengar!" Si surai senja berbalik badan dan langsung menjauh secepat mungkin dari Akutagawa yang langsung membuntutinya.

"Kenapa kau mengikutiku?!"

"Ah, maaf,"

"Bukan begitu maksudku, ah, sudahlah!"

Si surai senja menerima dirinya yang tengah diikuti Akutagawa seperti anak kucing mengikuti induknya, "Jangan jauh-jauh dariku lagi,"

*

*

*

Mereka sama sekali tidak menyadari ada sepasang netra yang mengamati mereka dari balik gang kosong, tersenyum lebar, "Menarik..."

=||=


🎉 Kamu telah selesai membaca Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide 🎉
Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang