"Silakan, salad buah dan teh hangatnya," Seorang pelayan menghampiri meja para anggota tersebut, tersenyum ramah dan dibalas oleh senyuman hangat Chuuya padanya kembali.
"Akutagawa-kun, ini saladmu," Chuuya meraih piring milik si surai hitam dan meletakkan piring salad itu di depan mejanya. "Ah, arigatou,"
Sekilas si surai hitam melihat sebuah alat komunikasi terpasang di telinga kanan milik pelayan tersebut, terhalangi oleh helai rambutnya yang cukup panjang untuk menutupinya.
Hal itu tentu membuat Akutagawa melamun, apakah dia salah satu mata-mata juga?
Ah, sudahlah, mana mungkin seorang pelayan bisa membuat kekacauan kan?
Si surai hitam menyantap saladnya dengan ragu. Ia masih tak habis pikir dengan apa yang bisa terjadi dengannya.
Bagaimana kalau seandainya tiba-tiba ada yang mewawancarainya tanpa jadwal alias tiba-tiba? Ah, sudahlah, mungkin hal itu terlalu jauh untuk dipikirkan.
"Ryu? Ada yang mau kaubicarakan?" Tanya Chuuya yang duduk di sebelahnya, menatap manik abu-abu si surai hitam yang terlihat penuh pikiran.
Si surai hitam menggeleng sopan, "Tidak ada..." Ia tidak ingin membebani Chuuya dengan pikiran itu. Cukup ia saja yang memikirkannya meskipun itu terlalu berlebihan.
"Kau yakin? Wajahmu tidak berkata begitu lho," Sepasang netra biru terus memandangi Akutagawa yang memang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Kau tidak mau bicara...?" Lanjut si surai senja agak khawatir, namun di sisi lain ia tidak ingin memaksanya, "Jika tidak, tidak apa-apa kok,"
"Iya..." Akutagawa tetap memutuskan untuk tidak buka mulut tentang ini. Ia menyantap saladnya yang masih segar tersebut.
Chuuya hanya menghela napas melihatnya, yah, sudahlah, tidak ada gunanya jika dipaksa.
*
*
*
"Haaah!" Si surai senja merenggangkan tubuhnya, "Enak sekali..."
"Akutagawa-kun?" Chuuya celingukan mencari si surai hitam, dan akhirnya menemukannya di dekat taman, sedang menerima telepon.
"Ryu!"
Pandangan Akutagawa terlihat berbeda, ia memalingkan wajahnya, dengan cepat menutup ponsel yang sepertinya tadi sedang ia pakai untuk menerima panggilan dari seseorang.
"Doushita no? Ada masalah? Siapa yang menelponmu tadi?" Chuuya menghadapkan wajahnya ke Akutagawa yang tetap tidak berani melihat ke arahnya, "Maaf, tidak ada apa-apa kok,"
"Ha'i..." Si surai senja mendesah agak kecewa, ia sebenarnya sangat ingin tahu, namun ia tahu Akutagawa cukup keras kepala soal ini.
Pasti ada masalah dengannya, entah itu panggilan yang masuk, atau ia terlalu memikirkan soal wawancara itu.
*
*
*
"Akutagawa-kun! Ayo cepat bersiap-siap untuk kembali ke hotel," Panggil si surai senja merapikan mantelnya. Akutagawa yang mendengarnya hanya mengangguk.
Chuuya mendekatinya, "Hei, nanti malam kau ada waktu luang?" Tanyanya tersenyum, "Aku mau mengajakmu ke cafe yang baru buka di dekat sini,"
Si surai hitam menatap sayu netra biru milik Chuuya, membuat darah si surai senja terkesiap. Namun tidak lama setelah itu Akutagawa menolak ajakan itu.
Ada suara dan nada terpaksa dari kata-kata yang keluar dari mulut si surai hitam.
Chuuya hanya mengangguk diliputi rasa kecewa, "Ha'i, baiklah,"Ia hanya bisa berpikir positif bahwa Akutagawa sedang sibuk. Apa lagi yang bisa dicurigai?
*
*
*
"Akutagawa-kun, bos bilang kita boleh ke museum seni di daerah pusat kota. Kau mau ikut tidak?" Ajak Chuuya tiba-tiba lagi. Ia setidaknya berharap dapat membujuk Akutagawa agar mau bercerita, namun nyatanya sia-sia saja. Si surai hitam tetap menolak memberitahukannya apapun.
Chuuya tahu bahwa seni adalah salah satu hal yang disukai oleh Akutagawa, maka itu sangatlah aneh jika Akutagawa menolak hal yang ia suka. Segan? Sepertinya tidak mungkin. Selama ini Chuuya selalu berhasil membujuk Akutagawa, namun kali ini ia tidak bisa.
Ada yang janggal dari ini.
"Ryu..." Panggil Chuuya dengan manik birunya, ia berharap ia bisa membujuknya. Namun si surai hitam hanya memandangnya dengan tatapan penuh keraguan yang terpancar dari sepasang netra abu-abunya.
"Ryu- ada apa? Kau yakin tidak ada hal yang harus kuketahui?" Tanya Chuuya menghampirinya.
Reaksi Akutagawa sangat tak biasa, bukannya mendekat atau setidaknya diam saja, ia malah menjauh.
"Ryu, ada masalah? Kenapa kau sangat aneh hari ini?"
"Aneh? Aku tidak bisa dekat-dekat denganmu, maaf, ini demi kebaikan kita," Akutagawa tidak menggubris pertanyaan si surai senja yang keheranan itu.
"Yah... baiklah," Akhirnya Chuuya hanya bisa pasrah.
Untuk kali ini saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide
Fanfiction• When love and hate collide • Sebuah kasus terjadi seiring berjalannya waktu. Chuuya dan Akutagawa sudah dilanda berbagai macam kejadian yang hampir menjatuhkan reputasi mereka. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah itu Dazai? Chuuaku fanfiction N...