Mastermind #5

61 4 0
                                    

Kadang... apa yang kita pikirkan, bertolak belakang dengan faktanya.

Itu yang kita sebut dengan asumsi.

*

*

*

"Chuuya-san? Habis dari mana?" Tanya si surai hitam. Chuuya hanya menggeleng, "Hanya jalan-jalan, untuk menjernihkan pikiran,"

"Soukka- kalau begitu, tadi Chuuya-san dicari oleh Kouyou-san..."

Chuuya mengangguk, "Kau juga?"

"Tidak,"

"Kau butuh sesuatu?" Chuuya masih berusaha untuk tidak membawa Akutagawa dalam permasalahan ini. Bagaimanapun, ia tidak ingin menambah beban bagi Akutagawa. Meskipun... sepertinya Akutagawa takkan pernah menganggap masalah itu adalah masalah yang memberatkan baginya.

"Tidak, aku baru saja terbangun mendengar bel pintu," Ujarnya melipat mantel. Udara yang sejuk dan dingin di kota kecil ini bisa membuatnya bergidik. 

"Kau sudah makan?" Chuuya langsung menuju ke dapur untuk membuat teh instan. Setidaknya hal itu bisa menenangkan pikirannya. "Sudah, tadi pelayan kamar membawakan semangkuk sup... Chuuya-san tidak makan dulu saja?"

"Tidak, nanti aku bisa makan kok, tidak perlu khawatir," Ia tersenyum pada si surai hitam. Akutagawa hanya mengangguk, "Yah... baiklah,"

"Kalau begitu... aku akan ke Anee-san sekarang," Pamit Chuuya, direspon dengan anggukan kecil Akutagawa.

*

*

*

Masih diliputi tanda tanya, Chuuya akhirnya berjalan ke lobby cafe hotel tempat mereka menginap. Banyak kejanggalan, namun ia masih mencurigai dalangnya. Bagaimanapun, sulit, bukan, untuk memercayai perkataan lawan?

Siapa yang menyangka. Yang kau percaya dulu belum tentu bisa kaupercaya sekarang. Itulah siklus sosial.

Bruk!

"Ah- sumimasen-" Si surai senja menengadahkan kepala, menatap langsung siapa yang ia tabrak.

"I'ie, tidak masalah," Ujar seorang pria bersurai mirip dengan Mori, namun bermanik ungu. Chuuya langsung mengenalinya, tentu saja.

"Dostoevsky-san? Ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya datang karena diajak Sigma. Ada barang tertinggal di sini," Jelas Fyodor dingin, "Kau sendiri?"

"Aku ada urusan dengan kepala organisasi- sebaiknya aku duluan," Chuuya melewati pria bermanik ungu tersebut.

Tatapan tajam sekilas melintas di manik ungu milik Fyodor, lalu kembali fokus untuk menunggu Sigma.

***

"Anee-san? Ada apa?"

"Chuuya-kun, silakan masuk," Ajak Kouyou yang berada bersama Mori.

"Kemarin teknisi sudah melacak, namun sepertinya microchip itu semacam virus, tidak jelas keberadaan pusat pemancarnya," Jelasnya tanpa basa basi, "Mungkin virus itu memang digunakan untuk kepentingan mata-mata untuk menyampaikan informasi gelap, namun entah bagaimana caranya, mereka dapat memilikinya,"

"Virus?"

Kouyou menghela napas, "Virus, yah... bagaimana cara mendetailkannya... sepertinya ada data print dari teknisi,"

Dikeluarkanlah selembar kertas, berisi data privasi. Tulisan program bukanlah keahlian si surai senja, namun bagaimanapun, Kouyou tetap menjelaskannya.

"Intinya, pemancarnya sudah kami temukan, namun tidak jelas ada di mana. Yang kami tahu, pemancarnya selalu berada di dekat kalian,"

"Jadi selama ini..."

"Kalian tidak pernah sendiri,"

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang