Secret Admirer

130 26 8
                                    

"Nee, Akutagawa-kun?"

"Ha'i?"

Chuuya mendekatkan diri pada Akutagawa yang tengah kembali mengutak-atik hologram itu.

"Ngapain?"

"Ii'e, nandemo, hanya mencari sesuatu untuk ditonton," Si surai hitam melirik sekilas ke arah Chuuya.

"Kau marah?"

Akutagawa diam sejenak, sebenarnya ia tidak marah, hanya merasa tidak aman.

"Ii'e..." Si surai hitam memalingkan pandangannya, ia tak segan mengatakan bahwa ada yang aneh dari semua ini. Ia sudah merasa pesimis akan segalanya.

"Sudahlah, dasar, tidak perlu memikirkannya," Chuuya menaruh perhatian padanya, membuat orang yang ia perhatikan tersadar dan mengalihkan pandangannya.

"Hm—soukka... tapi aku benar-benar tak ap—"

"Dengan berada di dekat Kuso Dazai tadi? Aku tidak berpikir begitu. Pasti diam-diam kau kesal atau mungkin..." Chuuya tersenyum penuh canda, "Mungkin kau cemburu?"

Rona merah di wajah si surai hitam mulai terlihat, dan membuatnya menjadi salah tingkah, "Nggak! Siapa bilang—"

"Hanya bercanda kok... kecuali itu benar?" Tambah Chuuya membuat Akutagawa menjadi merah padam.

Sepertinya mudah bagi Chuuya untuk membaca pikiran si surai hitam seperti membaca buku.

"Gomenne, gomen, hanya bercanda kok..." Ia mengacak rambut Akutagawa dengan tangan kecilnya, dan tentu saja diam-diam Akutagawa menyukainya. Siapa sih yang tidak suka diacak rambutnya oleh orang yang disukai?

"Hmn—chotto, aku bereskan dulu barangku sebelum limusin kembali berjalan," Tukas Akutagawa seraya mengambil jaketnya dan merapikan barangnya.

*

*

*

Setelah 5 menit, limusin diumumkan akan segera kembali berjalan. Semua orang sudah kembali ke limusinnya masing-masing, termasuk agensi Tanteisha dan Decay of Angels yang tadi mereka semua temui.

Laki-laki bersurai putih dengan matanya yang ungu kekuningan itu menyimpan tas kecilnya yang diisi perlengkapan untuk keperluan kecil seperti tisu, hand sanitizer, dan barang lainnya. Ia masuk ke dalam limusinnya yang tak kalah mewah dengan yang dimiliki oleh agensi Port Mafia. Ia menatap senpainya yang terlihat sedang memperhatikan keadaan di luar jendela, tepatnya ke arah limusin yang dinaiki Chuuya.

"Dazai-san, doushita no?" Tanya Atsushi setelah mengembalikan tasnya itu. Pria yang dipanggil Dazai itu mengerlingkan matanya ke arah orang yang memanggilnya, "Daijobu dayo, memangnya kenapa?", "Ii'e... kau terlihat sangat tegang..."

Dazai tersenyum miring mengingat kejadian dari dulu hingga sekarang. Ia memetik buah dari apa yang ia ketahui.

"Dazai-san?"

"Ha'i?"

"Apakah menurutmu Akutagawa-san sudah berubah?"

Dazai tersenyum kembali mendengar pertanyaan Atsushi yang sepele namun berarti lebih dari itu, "Dari yang kau lihat, bagaimana menurutmu? Kau ini pintar menganalisis kan?"

"Eh... etto... dia agak berubah kalau kubilang, meskipun itu ada bedanya dengan ia berada di dekat Chuuya-san..." Atsushi memiringkan kepalanya, "Bukan begitu?"

"Chigau... yah, beberapa dari kata-katamu itu benar juga, ia lebih dekat dengan Chuuya-kun," Tukas pria bersurai coklat gelap itu sambil membuka handphonenya dan lantas memperlihatkan sebuah foto di HPnya pada Atsushi yang tercengang.

"Dazai-san—kau dapat darimana foto itu???"

"Hi...mit...su~!"

"Bukannya itu nggak baik? Lebih baik kau hapus daripada malah jadi perkara besar—itu kan identitas orang,"

"Nee? Apa salahnya menggunakan ini untuk bersaing, ya kan?" Dazai menyimpan handphonenya kembali ke dalam saku celananya, membuat Atsushi agak ragu untuk bertindak hal lain.

"Maa, Atsushi-kun, tenang saja, aku juga sudah memulai hal ini sejak dulu. Mungkin aku akan melakukannya lagi untuk mendapatkan informasi lengkap soal ini," Tukas Dazai kembali menatap jalan di luar jendela limusinnya, "Kau mau memberitahu Ranpo-kun soal ini?"

"Ah—ii'e... kupikir aku lebih baik diam..."

"Omoshiroi..." Dazai tersenyum, "Pilihan yang bagus,"

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang