Mastermind #4

67 6 0
                                    

Ada yang menyabotase.

Begitu batin si surai senja, memasuki limusinnya kembali.

"Ada apa, Chuuya-san?" Tanya Akutagawa agak khawatir hal buruk atau bahkan berita buruk bisa disampaikan. Namun pikiran negatif Akutagawa sirna ketika melihat senyum Chuuya, "Tidak ada apa-apa, kok, Mori-san hanya bertanya soal keadaan acara tadi,"

"Jadi, headsetku yang tiba-tiba mati tadi bukanlah sebuah malfungsi,"

Begitulah pikiran Chuuya setiap kali terbayang headset yang disimpan di kotak khusus sebelahnya.

Chip siapa itu?

Siapa yang berani menyabotase?

"Kuso Dazai... pasti dia," Chuuya mendecih kesal, ia sangat yakin Dazai yang ingin mendengar semua informasi yang Akutagawa dan dirinya katakan.

Namun, mengapa hanya headset miliknya yang mati?

Mengapa punya Akutagawa, Gin, Tachihara, dan yang lainnya tetap berfungsi? Mengingat headset itu bukan dibeli secara terpisah melainkan diprogram untuk bisa digunakan oleh anggota Port Mafia saja.

Rasanya tidak mungkin seseorang menyelundup ke properti kita, dan memasukkan chip itu sembarangan.

Pikiran si surai senja hanyut ke dalam batin yang berantakan. Pikirannya melambung jauh.

Ia tahu kejadian hari ini bukanlah sebuah kecelakaan, namun hal yang disengaja.

*

*

*

"Chuuya-san, sedaritadi di perjalanan kau terlihat sangat tegang... ada apa?" Tanya Akutagawa yang ternyata memperhatikan Chuuya selama perjalanan kembali.

"Eh? Ah, maaf, aku terlalu bosan, jadi aku melamun," Si surai senja beralasan. Akutagawa hanya mengangguk, "Soukka..."

Tas-tas serta koper diturunkan dari limusin, diantar oleh supirnya sampai depan kamar masing-masing.

Chuuya menatap sekilas manik abu-abu si surai hitam yang sudah mulai sayu, mungkin kelelahan oleh hari ini.

Ia belum terbiasa melaksanakan acara jumpa penggemar seperti itu. Apalagi dihadiri ratusan bahkan ribuan orang banyaknya.

"Kau mau istirahat?" Tanya si surai senja, menggantungkan mantelnya di gantungan pakaian kamarnya.

"Ha'i..." 

"Yah, sudah, istirahatlah, aku akan pergi sebentar untuk berbicara dengan bos," Ujar Chuuya mengambil selimut dan menyelimuti tubuh si surai hitam yang sudah hampir terlelap.

*

*

*

"Shinju~ Shinj-"

BRAK!!

Seorang pria yang tengah berjalan-jalan sendiri tersebut tiba-tiba rambutnya tiba-tiba ditarik paksa oleh Chuuya yang diliputi kabut kemarahan.

"Aku tahu selama ini kamu menyabotase sistem kita, kau mau jujur atau kulaporkan kamu ke pihak berwajib?"

"Ha...? Aku? Apa lagi salahku?" Pria tersebut hanya menatap malas manik biru si surai senja, "Bukannya kau yang bisa kulaporkan ke pihak berwajib atas kekerasan yang kaulakukan?"

"Jangan mengganti topik, jawab pertanyaanku, kau yang menyabotase acara barusan?"

"Acara? Acara apa?" Pria yang perawakannya lebih tinggi daripada Chuuya tersebut memiringkan kepalanya, melepaskan surainya dari genggaman tangan si manik biru.

"Jangan berpura-pura, bodoh," Chuuya terus mendesak.

"Aku? Menyabotase? Pikiranmu terlalu sempit, Chuuya," Dazai menghela napas, "Hanya karena aku dari agensi lawan, maka kau menuduhku?"

"Siapa lagi yang akan melakukan ini hah? Siapa?"

"Yah, yang jelas aku tidak tahu. Sekarang menyingkir, kau membuang waktuku lho," Ujar Dazai melewati si surai senja begitu saja. Dengan cepat Chuuya menarik jumbai mantel coklat milik pria tersebut, membuatnya kembali berhenti. "Apa lagi maumu?"

"Kulaporkan kau ke pihak berwajib-"

"Laporkan saja, toh juga mereka takkan menemukan apapun. Sebaliknya, jika aku yang melaporkanmu atas dasar kekerasan dan penuduhan yang salah, kau yang akan terjebak masalah bahkan skandal~" Ujar Dazai, "Aku tidak berbohong, hal itu tergantung padamu mau percaya atau tidak?" Terpaksa Chuuya melepaskannya. Namun di sisi lain, perkataan Dazai ada benarnya.

Tidak mungkin juga organisasi tempat pria bersurai cokelat itu tadi datang ke acara milik Port Mafia. Untuk organisasi milik Dostoyevsky saja harus izin lewat dokumen dan surat-surat resmi lainnya.

"Tidak mungkin bukan dia, pasti dia," Gumam Chuuya menatap dari kejauhan. Ah, daripada masalah, lebih baik kembali. Toh juga ini hari terakhir kita di Osaka.

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang