Scandalism

130 17 7
                                    

"Kau tahu kemarin Chuuya-san dan Akutagawa-san pulang lebih malam dari kita semua?" Tanya Mori pada Kouyou. Kouyou hanya menggeleng, "Saya kurang tahu soal itu. Mungkin saya terlalu lelah,"

"Soukka... nanti akan saya tanyakan lagi,"

*

*

*

"Sebentar, aku harus membuang gelas tehnya," Ucap si surai hitam celingukan mencari tempat sampah umum. "Heh? Ah, soukka, silakan, biasanya ada gang yang memiliki tempat sampah umum..." Chuuya menggandeng tangannya, "Ikou, di depan sana sepertinya ada,"

Akutagawa mengikuti ke mana Chuuya berjalan, dan langkah kaki mereka terhenti di sebuah gang kosong yang memiliki sebuah tempat sampah umum yang besar.

Si surai hitam langsung masuk dan melemparkan karton tehnya ke dalam tempat sampah tersebut. Chuuya tersenyum menatap manik abu-abu milik pria yang lebih tinggi darinya itu.

Mereka berjalan keluar dari gang, dan...

BRUK!

"Ahh, sumimasen, sumimasen! Anda tak ap...a..." Tatapan manik biru si surai senja menjadi sinis ketika menyadari baru saja tak sengaja ia berpapasan dengan siapa.

Tatapan sengit terjadi antara Chuuya dan musuh bebuyutannya, pria tinggi dengan surai cokelat agak bergelombang.

"Ah, yo, Chuuya Nakahara," Dazai tersenyum miring menatapnya. Atsushi yang berada di sebelah Dazai tersebut berusaha menarik lengan rekannya yang terkadang bisa bermulut besar.

"Kau mau apa hah?" Tanya si surai senja merasa risih dengan keberadaannya. Sial betul, hari masih pagi namun sudah ada yang merusak hari ini.

"Aku? Ahh I meant no harm, tenang saja, aku hanya mau menyapa selamat pagi," Dazai tersenyum kecil. Namun di balik senyumnya itu tentu saja ada maksud tersembunyi yang bisa Chuuya rasakan.

"Hm, kalau begitu, aku akan segera pergi," Chuuya berusaha menghentikan pembicaraan tersebut, lalu menarik lengan Akutagawa.

Sekilas mata si surai hitam bertatapan langsung dengan Dazai, dan apa yang ia lihat sungguh tidak enak, tatapan tajam khasnya yang dulu, senyuman miring yang tak pernah ia sukai.

"Dazai-san..." Panggil Atsushi, "Sudah...?"

"Sudah kok, Atsushi-kun, semuanya akan berjalan lancar," Dazai tersenyum sekali lagi, namun senyuman yang terlukis adalah senyuman tulus pada Atsushi.

*

*

*

"Darimana saja kalian?" Tanya Mori di lobby hotel. Chuuya membungkuk kecil, "Sumimasen, uh... ada sedikit kendala di jalan tadi,"

"Ha'i, kalau begitu apa kalian sudah sarapan? Jika belum ada baiknya kalian cepat sarapan, karena akan ada sesi pemotretan dan wawancara dari pihak stasiun radio Osaka," Demikian ujar Mori. Chuuya dan Akutagawa mengangguk mengerti, lalu segera menuju kamar mereka yang sudah tersedia sarapan.

Secangkir teh hangat, dua mangkuk sup miso, dan segelas susu. Benar-benar menu sarapan yang sempurna untuk pagi ini.

*

*

*

Seusai sarapan, si surai hitam dan Chuuya langsung bersiap dengan barang-barang mereka dan segera turun ke lobby, lalu bergabung dengan yang lain. 

Tiba-tiba saja beberapa lembar kartu joker berjatuhan depan wajah Chuuya dan Akutagawa yang terkejut dan refleks menoleh ke samping serta melangkah mundur.

"Nee? Nee? Bagaimana trik kartuku yang baru? Aku baru saja mempelajari hal itu dari internet lho!" Ternyata Gogol yang melemparkan kartu-kartu tersebut ke depan wajah si surai senja, mengejutkannya. Beda dengan reaksi Akutagawa yang hanya menoleh dan kembali sibuk dengan buku yang ia bawa kemana-mana itu.

Sambil membawa beberapa bungkus kertas yang berisi roti, pria berpenampilan seperti badut tersebut tersenyum lebar, "Kalian mau roti?"

"Heh? I'ie, tidak perlu, terimakasih," Chuuya mengembalikan kartu-kartu yang tadi sempat mengejutkannya sambil tersenyum.

"Hah... kau ini..." Sigma muncul dari belakangnya, membawa perlengkapan untuk sesi pemotretan nanti.

"Kalian juga akan melakukan pemotretan?" Tanya Chuuya penasaran.

"Yah, bisa dibilang begitu. Sebenarnya bukan sepenuhnya pemotretan, lebih ke syuting. Gogol-san bukan hanya gitaris di balik panggung. Nyatanya dia diterima sebagai... entertainer atau mungkin pesulap," Jelas Sigma menatap Gogol yang masih tersenyum riang. 

"Tapi jahilnya memang tak bisa dikondisikan," Komentar Fyodor yang tiba-tiba keluar dari toilet, "Kemarin di kamar... tisu toilet disembunyikan olehnya,"

"Mantelku dijadikan media sulapnya, sekarang entah ke mana pula mantelku..." Keluh Sigma menghela napas sambil memijat dahinya.

"Mantelmu? Ada di meja resepsionis kok..." Gogol tertawa kecil melihat Sigma yang terburu-buru mencari mantelnya di meja resepsionis. Alangkah terkejutnya pemilik mantel tersebut ketika menemukannya betul-betul berada di meja resepsionis. "Gogol-san!!!' Teriaknya, membuat Chuuya tertawa geli melihat kelakuan mereka, sejenak melupakan kejadian tidak menyenangkan tadi pagi.

"Kita harus segera pergi, Gogol-san juga seharusnya tiba di sana pukul 8, tapi ia tidak terlalu memedulikan jadwal..." Sigma yang merupakan orang terjadwal hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan rekannya ini.

Gogol tersenyum, "Untuk apa sih, orang terburu-buru? Bagiku itu lucu, karena hidup sangat singkat. Lebih baik menikmatinya dan biarkan semuanya mengalir secara perlahan, kan?"

"Yahhh... tapi ucapanmu tak salah juga sih..." Ujar Sigma, "Kita harus segera berangkat, Dostoevsky-san, ayo. Port Mafia-san, kami duluan ya," Pamitnya.

"Ha'i," Chuuya tersenyum berpamitan, lalu mendadak menekan pipi si surai hitam yang sedikit memerah, "Ha'i? Ada apa?", "Tidak ada, ayo, kita juga pasti dicari oleh bos,"

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang