The Stranger's Due #2

82 13 0
                                    

"Doushita no, Chuuya-kun?" Tanya wanita tinggi bersurai merah muda dengan payungnya yang selalu ia bawa kemana-mana. Kimono pinknya adalah ciri khasnya di Port Mafia.

"Aku tidak apa," Chuuya menyembunyikan perkara tersebut. Ia juga tak ingin menyebarluaskan skandalnya tentang hubungan dengan si surai hitam.

"Kau yakin? Selama kita berjalan-jalan begini kau suram sekali lho," Tanya Kouyou lagi, merasa cemas padanya, "Kenapa kau tidak berjalan dengan Akutagawa-kun? Ada masalah?"

"Ah, tidak kok, tidak! Aku hanya ingin berpikir sendiri,"

"Bagaimana diskusimu dengan Akutagawa-kun soal kerjasamamu?" 

"Ah... soal itu... kita belum terlalu mendiskusikannya. Selalu ada yang datang pada kita," Ungkap Chuuya setengah mengeluh. Kouyou hanya tertawa kecil mendengar cara bicaranya, "Yah, namanya artis pasti banyak pekerjaan dadakan, ya?"

"Yah apa boleh buat, anee-san, sepertinya aku juga harus berbicara pada Akutagawa-kun,"

"Ah, silakan," Wanita berpakaian kimono tersebut tersenyum manis di hadapan si surai senja, sambil melihatnya berbalik arah ke Akutagawa yang tengah memandangi bunga-bunga sakura sepanjang jalan. Pandangannya langsung tertuju pada Chuuya yang menghampirinya.

"Akutagawa-kun?"

"Ha'i?"

"Tadi anee- maksudku, Kouyou-san bertanya soal diskusi kita yang lama kita tidak bahas lagi," Chuuya mengingatkan.

"Kerjasama... yang... waktu itu?"

"Iya, terlalu banyak tugas yang kita dapatkan, mana dadakan semua pula..." Ujar Chuuya menghela napas, "Setidaknya kita punya waktu senggang saat ini, bagaimana kalau kita...-"

Klik! Ckrek!

"Heh-? Suara kamera?" Akutagawa langsung menoleh ke kanan dan kirinya, langsung was-was. 

"Kamera???" Chuuya ikut-ikutan menoleh, "Dari mana asal suaranya?"

Si surai hitam menunjuk ke semak-semak di sebelahnya, namun hal itu tidak mungkin terjadi.

Itu adalah semak bunga mawar, tentu saja banyak duri yang akan menancap jika memang ada sesuatu yang bersembunyi di antaranya.

"Kau... mungkin berimajinasi?" Tanya Chuuya ragu. Ia tidak yakin pasti tidak ada orang yang menguntit mereka selama perjalanan.

Akutagawa kembali menghadap ke depan jalannya, meskipun masih diselimuti rasa penasaran, ia tetap berjalan.

"Yah, sudah, sudahlah, kalau memang ada yang mengikuti kita tadi kita bisa lapor kepolisian atas tindak ilegal yaitu menguntit," Ujar Chuuya menenangkannya. Akutagawa hanya mengangguk pasrah.

"Ha'i,"

*

*

*

"Selamat datang," Salam seorang penjaga restoran, menggiring para anggota Port Mafia yang masuk ke ruang VIP untuk segera makan siang.

Nafsu makan Akutagawa sejak tadi pagi sudah tidak ada, namun Chuuya tetap membujuknya agar mau makan meskipun sedikit saja.

Lagi-lagi Akutagawa menuruti permintaannya.

Ia termenung sendiri, memikirkan siapa yang bisa setega itu membongkar privasi orang? Ah, barangkali orang yang terlalu usil untuk mengambil informasi.

"Kak? Kau mau pesan apa? Jangan melamun ah," Gin melambaikan tangan di depan wajah kakaknya itu, berhasil mengembalikannya dari lamunannya sendiri.

"Heh?"

"Tuh kan melamun lagi..." Gin menggelengkan kepalanya, "Makanan ringan juga tidak masalah kok... gimana kalau salad buah?"

Meskipun merasa enggan, adiknya itu terus-terusan membujuknya sampai akhirnya Akutagawa menerima tawarannya itu.

"Saya izin ke kamar kecil dulu," Izin si surai hitam segera pergi ke toilet. Langkahnya terasa berat karena ia sama sekali masih tidak menyangka hal ini bisa terjadi. Yah, mungkin ekspektasinya terlalu tinggi. Hidup di dunia tak seindah yang kaubayangkan.

"Kau tidak nafsu makan?" Chuuya yang ternyata sudah lebih dulu berada di toilet tengah mengeringkan tangannya, berpapasan dengan Akutagawa.

Si surai hitam hanya menggeleng. Yah, ia tidak bisa merepotkannya.

"Soukka... aku tahu kau masih shock... tapi apa boleh buat? Setidaknya tadi hanya sebatas kunjungan..." Ujarnya berusaha menetralkan keadaan.

"Iya sih..." Gumam si surai hitam ragu. Ia tak yakin dunia artis akan selancar itu, apalagi di saat... Dazai bilang akan banyak skandal yang terjadi.

Si surai senja menghela napas, "Ya sudah, kau lakukan saja yang mau kaulakukan di sini, aku akan menunggumu di meja nanti,"

"Ha'i..." Akutagawa berbalik badan, dan merasakan sesuatu yang hangat menempel di bibirnya.

Ternyata Chuuya memberikan ciuman hangat padanya secara perlahan, lalu melepaskannya setelah menyadari wajah si surai hitam merona merah.

Chuuya tersenyum, "Ya sudah, cepat ya,"

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang