Cahaya lampu jalan remang-remang menyentuh sela-sela gang yang hampir tidak bisa terlihat.
Sepertinya malam yang gelap ini sangat sejuk, membuat si surai hitam tertidur pulas di gang kecil tersebut, ditemani oleh pemuda bersurai oranye dan bermata biru berlian.
"Hmn... Chuu...ya... sa...-" Terdengar gumaman kecil si surai hitam yang masih terlelap itu.
"Heh?" Chuuya terbangun tiba-tiba, berusaha mengumpulkan kesadarannya kembali. Ia mengalihkan pandangannya ke arah orang yang dicintainya itu dengan tatapan kebingungan. Mungkin berpikir bagaimana mereka bisa berakhir di sini.
"Hahh... kuso na... aku mabuk lagi pasti," Batin Chuuya menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, berusaha mengingat kembali kejadian sebelumnya. Sontak, wajah si mata biru langsung memerah padam. "Sial, sial, sial, apa yang kulakukan kemarin?" Ia berhasil mengumpulkan kesadarannya sambil terus memerhatikan si surai hitam yang tertidur, sangat damai kelihatannya.
Perlahan sebuah senyum tersungging di wajah si mata biru, mengelus lembut kepala Akutagawa yang menurutnya imut jika sedang tertidur.
"Untung hotel kita tidak sejauh itu dari bar ini. Jam berapa sekarang? Sudah jam 1 malam, sebaiknya kita kembali sebelum dicari oleh Mori-san," Batinnya lagi.
Ia bangkit lalu segera merapikan pakaiannya. Berat Si Surai Hitam yang hanya 50 kg itu tidak membuatnya berarti bagi Chuuya untuk tidak bisa mengangkatnya.
*
**
Seberkas cahaya menyusuri tempat tidur si surai hitam yang terbaring pulas, masih di alam mimpinya.
"Ryu...! Ohayou,"
Sebuah suara yang terdengar lembut membangunkan si surai hitam yang masih memeluk selimutnya. Chuuya tertawa kecil melihat kelakuan Akutagawa.
"Jam berapa ini?" Tanya si surai hitam masih dalam posisi kesukaannya, berada di dalam selimut yang hangat.
"Sudah jam 5. Ayo cepat bangun. Mau ikut aku jalan pagi?" Ajak Chuuya tersenyum lebar. "Kemarin aku tak ingat apa-apa..." Tukas Si Surai hitam melihat keadaan sekitar. Hawa dingin dari AC kamarnya masih terasa menusuk, membuatnya enggan keluar dari selimutnya yang tebal dan nyaman tersebut.
"Kamu ini... sudah pagi, ayo cepat bangun," Ujar Chuuya lagi.
"Tunggu-! Kemarin-"
"Ehm, tidak penting. Mumpung belum jam 6.30, kita masih ada waktu untuk jalan pagi," Si mata biru menarik-narik selimut yang dipegang oleh pacarnya itu, membuat Akutagawa dengan terpaksa keluar dari tempat nyamannya itu. "Sana cuci muka dan ganti baju, aku akan menunggu di lobby hotel," Ujar Chuuya seraya mengambil jaketnya dan keluar duluan.
*
*
*
"Sudah? Ayo," Ucap si mata biru menarik lengan Akutagawa yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Maklum hari masih pagi.
"Tunggu-!" Akutagawa berusaha mengejar Chuuya yang tersenyum lebar melihatnya membuntutinya dari belakang.
"Hari masih gelap, banyak orang sudah jalan-jalan..." Komentar si mata biru melihat sekelilingnya. Bahkan beberapa anak sudah ada yang bermain bersama teman-temannya. "Apa tidak apa-apa nih kita jalan-jalan jam segini?" Tanya Akutagawa, "Hari masih pagi,"
"Tentu saja tidak apa-apa! Memangnya ada masalah apa-?" Si mata biru mengalihkan pandangannya kepada si surai hitam yang tengah mengancingkan jaket hitamnya. Sudah ciri khasnya memakai jaket hitam seperti itu.
"Ah... I'ie, tak ada..." Si surai hitam mengalihkan pandangannya, kembali mengingat kemarin apa yang terjadi?
Tidak ingat.
Chuuya menghela napas lembut. Ia memandangi jalan yang mereka lalui. Keindahan Osaka memang tak ada duanya.
Sebenarnya Chuuya sudah melihat-lihat melalui situs perjalanan online, dan di sekitar sini ada jalur taman yang penuh pohon sakura yang mekar indah sepanjang jalannya.
Ia berpikir untuk mengajak Akutagawa ke sana.
Namun ia belum benar-benar memikirkan hal lain selain itu.
Si mata biru mengalihkan pandangannya kepada Akutagawa yang berjalan dengan kepala sedikit ditundukkan.
Tatapannya sayu seperti orang baru bangun tidur dan masih mengantuk. Bagaimanapun ia tetap menyembunyikan hal itu. Tentu saja Chuuya menyadarinya.
Namun, Akutagawa bukanlah orang yang mudah bercerita.
"Nee, Ryu," Panggil Chuuya tiba-tiba.
"Ha'i?"
"Ehmn... Nggak jadi deh," Ucap Chuuya sungkan. Ia baru ingat kemarin malam ia mabuk. Ia juga takut kalau-kalau Akutagawa marah.
"Kalau begitu... bolehkah kita kembali?" Tanya Akutagawa yang merasa agak kedinginan. Chuuya mengangguk sambil mengalihkan pandangannya. "Sebelum kembali... apakah kau mau membeli sesuatu?"
"...mungkin teh...?"
"Baiklah. Teh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide
Fanfiction• When love and hate collide • Sebuah kasus terjadi seiring berjalannya waktu. Chuuya dan Akutagawa sudah dilanda berbagai macam kejadian yang hampir menjatuhkan reputasi mereka. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah itu Dazai? Chuuaku fanfiction N...