⚠️Warning, lemon⚠️
Gakuat? Skip
• • •
"Salah satu bar mahal di Osaka," Gumam Chuuya berbinar-binar.
Mereka memesan segelas wine, serta bir dan minuman lainnya. Akutagawa ditawari, namun ia menolak dengan sopan. Ia tidak terlalu suka minum minuman keras.
"Ch—Chuuya-san, kau sudah minum 2 gelas—"
"Aaahhh daijobu, daijobu~! Aku tidak mabuk kok~" Ujarnya terus terusan menuangkan wine ke gelasnya. Akutagawa yang semula akan membatasi winenya jadi tidak tega, dan akhirnya membiarkan Chuuya untuk minum lebih banyak.
Tentu saja cara bicara Chuuya sudah semakin aneh. Nada yang menggoda, membuat Akutagawa hanya bisa menahan diri. Bagaimanapun Akutagawa masih merasa Chuuya adalah atasannya, seniornya, maka itu ia takkan melakukan hal yang tidak sopan ke atasannya. Semakin Akutagawa perhatikan, Chuuya semakin menjadi agak... touchy, ia menyentuh lengan atau mungkin paha Akutagawa yang mulus dibalut celana panjang hitam itu. Namun Akutagawa membiarkannya. Dia pikir itu hanya sebuah efek samping dari wine. Berkali-kali Akutagawa dengan sabar berusaha secara perlahan mengembalikan Chuuya ke tempat duduknya, namun pria sepertinya mana mungkin bisa diam.
"Haa... sumimasen~ aku akan ke toilet dulu..." Chuuya tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya menuju pintu belakang bar. "Ch—Chuuya-san! Toiletnya bukan di situ—" Akutagawa ikut bangkit dan mengejar Chuuya yang bukannya ke toilet malah membuka pintu keluar menuju gang kosong dengan penerangan yang samar-samar saja.
"Chuuya-san!" Panggil Akutagawa dari belakang. Chuuya nampaknya sangat linglung di keadaannya saat ini. Jalannya saja sudah sempoyongan, maka itulah Akutagawa memapahnya. "Chuuya-san... sudah mabuk berat—", "I'ie~ aku tidak mabuk~" Begitu terus si mata biru ucapkan. Akutagawa menghela napas, "Ya sudah, aku akan antar ke toilet—", "I'ie~ tidak usah~" Bukannya mengikuti Akutagawa, Chuuya malah menuju ke bagian yang lebih dalam dari gang. Benar-benar mabuk rupanya. Akutagawa kembali memanggil Chuuya dan menepuk pundaknya. Tiba-tiba...
"BRAK!!"
"Ahh—Itte—tte..." Akutagawa meringis kesakitan. Rupanya Chuuya mendorong Akutagawa hingga terjatuh dan kepalanya tak sengaja membentur tembok gang.
Akutagawa memberanikan diri melihat ke mata Chuuya, namun tatapannya sangat berbeda dari biasanya.
Tiba-tiba saja sebuah tangan dingin meraba paha Akutagawa dengan sangat lembut, Chuuya mendekatkan kepalanya pada wajah Akutagawa yang memerah padam. "Ch—Chuuya-san—jangan..." Akutagawa berusaha mendorongnya, namun tenaga Chuuya nyatanya lebih kuat untuk menahan Akutagawa di posisinya saat ini. Si surai hitam hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini. Jika ada celah ia akan langsung membawa Chuuya masuk ke dalam.
Namun rencana itu segera buyar ketika Chuuya mulai mencium bibir Akutagawa secara mendadak, membuat si surai hitam tersentak kaget dan dengan refleks mendorong Chuuya menjauh darinya.
"Ahaha~ maa~ Akutagawa... biarkan aku bermain~ boleh kan....?" Ucap Chuuya kembali mendekatinya. Akutagawa menelan ludah, "Jangan, Chuuya-san—"
Brak!
Chuuya menekan pergelangan tangan Akutagawa ke atas kepalanya. Si surai hitam terkejut, berusaha meronta namun apa daya tenaganya melawan tenaga Chuuya yang bisa dibilang cukup kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide
Fanfiction• When love and hate collide • Sebuah kasus terjadi seiring berjalannya waktu. Chuuya dan Akutagawa sudah dilanda berbagai macam kejadian yang hampir menjatuhkan reputasi mereka. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah itu Dazai? Chuuaku fanfiction N...