"Apa artinya?" Tanya Chuuya penasaran.
"Kau berhasil mengawali segala suatunya dengan baik!" Tukas Gogol tersenyum di hadapan Akutagawa yang malah keheranan. Perasaan dari dulu mana ada namanya awal yang baik?
"Maksudku, ini merupakan opsional. Tergantung apa kau mau lanjut saja atau..." Gogol tersenyum miring, "Kau mengulang segala suatunya sesuai yang kau mau. Tak semua cerita berjalan mulus, kan?"
Dazai melirik sekilas ke si surai hitam dan chuuya secara bergantian, lalu mengalihkan pandangannya pada Atsushi yang masih asyik mendengarkan Gogol.
"Tambahan deh~! Kau juga orang yang selalu berani mengambil risiko, karena itulah kau akan terus berkembang, cepat atau lambat sepertinya kau akan mendapatkan apa yang seharusnya kau dapatkan sejak dulu, namun tertunda karena adalah hambatan dari luar dirimu," Tambah Gogol.
"Kau tahu semua yang ia ucapkan bisa jadi 80% benar," Tukas Sigma ikut mengobrol, "Dulunya dia adalah peramal yang cukup handal. Bahkan aku saja lupa bagaimana dia ternyata bertalenta memainkan biola dan drum,"
"Soukka??? Sepertinya menarik," Atsushi tersenyum manis. Ia memang orang yang bisa dibilang ceria.
"Nakajima Atsushi, kan? Tanpa kau ambil satu kartu aku sudah bisa membaca pikiranmu seperti membaca buku! Coba lihat... kau suka chazuke, bisa memainkan piano dan gitar serta vokalisasi yang mendekati sempurna, benar kan, benar kan?" Sekali lagi ucapan Gogol tepat sasaran.
"Ah—? Sou! Benar, tapi aku masih latihan kok..." Laki-laku bersurai putih cerah itu malu-malu mengakuinya. Sekali lagi diingatkan bahwa ia adalah anggota agensi yang cukup muda untuk saat debutnya seperti ini. Siapa yang tahu ternyata ia berbakat memainkan beberapa alat musik bahkan vokalnya yang memadai?
"Chotto nee, sebelum kita semua kembali ke dalam limusin masing-masing, bolehkah kita bicara sebentar, Chuuya-kun?" Tanya Dazai menyeringai, membuat si surai hitam yang bahkan namanya tak dipanggil pun ikut menoleh. Ia sudah tahu akan ada sesuatu yang cepat atau lambat mengusiknya.
"Haa??? Ngapain? Gak, ah!" Ujar Chuuya menolaknya mentah-mentah. Ia sendiri juga sudah berupaya tidak berinteraksi dengannya lagi.
"Aku hanya akan bertanya sebentar kok, kau hanya perlu jawab ya atau tidak,"
"Nggak penting," Si mata biru mendecih kesal sendiri. Akutagawa sendiri malah sudah menjauhkan diri dari mereka berdua, termasuk Atsushi yang ikut pindah tempat.
"Heh, ternyata Akutagawa-kun mengerti maksudku," Tukas Dazai merapikan coatnya, "Jaa, langsung saja ya,"
"Apa sih? Nggak penting tahu, kau menanyakan sesuatu padaku," Chuuya masih berusaha menahan diri agar tidak bertindak keterlaluan di depan Gogol, namun laki-laki bertopi khas badut itu sudah merasakan adanya hawa pertengkaran di antara mereka, jadi ia ditarik menjauh oleh Sigma, Fyodor malah sudah masuk limusinnya kembali sejak tadi.
"Aku tidak mau repot-repot menunggumu, ya, sudah bagus aku tetap di sini. Kau mau tanya apa? Kalau tidak penting maka aku segera pergi sekarang,"
"Sou... kau ini semakin kasar, menguatkan pertanda. Kalau begitu, coba jawab pertanyaan ini : kau sudah menyukai seseorang ternyata ya?" Tanya Dazai tanpa basa-basi, meskipun ia 95% tahu jawaban yang akan ia dapatkan.
Sejenak Chuuya terdiam, "Kalaupun kujawab ya, apa urusannya?"
"Oh, ii'e, hanya bertanya kok," Si surai coklat tersenyum, "Kau mau tahu sesuatu?"
"Nggak, aku tak butuh apapun darimu, kuso Dazai, aku sudah cukup mendengarkan omong kosongmu, sekarang aku akan segera pergi," Chuuya memegang coatnya dan langsung jalan kembali ke limusin begitu saja.
Si surai coklat menyeringai lebar, "Matakku... seandainya dia mau mendengarkan lebih dari itu,"
"Aku telah melakukan sesuatu padanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music II - When Love and Hate Collide
Fiksi Penggemar• When love and hate collide • Sebuah kasus terjadi seiring berjalannya waktu. Chuuya dan Akutagawa sudah dilanda berbagai macam kejadian yang hampir menjatuhkan reputasi mereka. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah itu Dazai? Chuuaku fanfiction N...