Taman

106 21 3
                                    

"Sudah?"

"Ayo, lebih baik kita turun dulu,"

*

*

*

"Sudah selesai?" Tanya Mori yang tengah duduk di sofa depan tempat reservasi.

"Kalian selalu paling lama," Ujar Mori terkekeh, ia sama sekali tidak keberatan, hanya saja lucu melihat tingkah mereka.

"Ahh, gomenasai," Ucap Chuuya meminta maaf, "Ada barangku yang tidak ketemu tadi, makanya jadi memakan waktu lama,"

"Eeeh? Ii'e, tak masalah. Oh ya semuanya sudah kuberitahu pengumuman, jika pemotretan hari ini kita akan merayakannya dengan minum-minum di bar!"

"Hee?? Hontou nii?!" Chuuya terlihat bersemangat. Tentu saja semua orang tahu minuman kesukaannya adalah minuman keras. "Uhn, kau terlihat paling bersemangat,"

Akutagawa sebenarnya merasa agak cemas dengan kondisi Chuuya yang mudah mabuk. Namun ia tak ingin mengakuinya, karena ia tidak mau mengecewakan si surai oranye itu.

*

*

*

Sesampainya di lokasi pemotretan, tempatnya benar-benar ruangan terbuka. Sangat nyaman bagi mereka untuk duduk menunggu di angin semilir yang sejuk ini. Seperti biasa Akutagawa mengambil sesi pemotretan yang paling akhir agar dia bisa bersantai sejenak memandangi pepohonan yang merontokkan bunga-bunga yang sebenarnya indah, sayangnya saja Akutagawa merasa risih dengan itu.

Walaupun begitu ia tetap tidak memalingkan pandangannya dari bunga pink yang berjatuhan lembut sesekali menghentak di depan matanya.

"Hoi Ry—Akutagawa," Sapa Si Mata biru seraya duduk di sebelahnya. Harum rumput masih tercium di sekitar mereka. "Kau belum melakukan sesi pemotretan ya?", "I'ie, belum," Jawabnya seraya meletakkan kepalanya di silangan tangannya. Chuuya tersenyum, menaruh tangannya yang kecil itu ke atas kepala si surai hitam, dan mengelusnya lembut.

Angin yang bertiup sejuk membuat suasana semakin tenang, setidaknya untuk Akutagawa. Pria bersurai hitam tersebut menaruh pandangannya ke arah Chuuya. Darimana Chuuya-san tahu bahwa diam-diam Akutagawa suka diperlakukan seperti ini?

Mungkin insting

Atau hanya kebetulan?

*

*

*

"Akutagawa-san, silakan,"

Mendengar namanya dipanggil, si surai hitam langsung bangkit dari tempat duduknya dan segera pergi ke tempat pemotretan.

Ya mungkin hanya Chuuya yang tahu, tapi Akutagawa punya masalah yaitu tidak bisa senyum tulus. Aneh, tapi nyatanya begitu.

"Ry—Akutagawa," Chuuya mendapatkan perhatian si surai hitam tersebut yang langsung menoleh. Chuuya tersenyum, "Tidak perlu dipaksa ya, senyumnya,"

 Chuuya tersenyum, "Tidak perlu dipaksa ya, senyumnya,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ha'i"

*

*

*

"Jaa Arigatou,"

Kembali Chuuya meletakkan tangannya di kepala si surai hitam yang lebih tinggi darinya, lalu mengusapnya lembut. "Kau sudah selesai?", "Ha'i,"

Beruntung bagi mereka lokasi pemotretan untuk agensi yang lain dilakukan di tempat berbeda-beda. Setidaknya suasana tidak jadi runyam.

Mungkin.

Gaze Upon Music II - When Love and Hate CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang